Anda di halaman 1dari 67

Hubungan kualitas tidur dan indeks massa

tubuh terhadap nilai kesamaptaan siswa


Secaba Reguler Pusdikkes TNI AD Periode
2015/2016

BOBY ANGGARA MANALU


1010211099
Bab I Bab II Bab III
Pendahuluan Tinjauan Pustaka Metode Penelitian

Bab IV Bab V
Hasil Penelitian Kesimpulan
PENDAHULUAN

Latar Perumusan
Belakang Masalah

Tujuan Manfaat
Penelitian Penelitian
LATAR BELAKANG
Tugas pokok TNI AD adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan
keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar tahun 1945 (UUD’45), serta melindungi segenap
bangsa Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan
negara.
Untuk menjalani tugas-tugasnya seorang prajurit dituntut untuk memiliki
kapasitas kerja atau kesiapan fisik yang tinggi. Kesiapan fisik tersebut dapat dinilai
dengan cara melakukan serangkaian tes kesamaptaan jasmani. Kesamaptaan jasmani
dasar menunjukan kekuatan, daya tahan dan kelincahan tubuh dalam menyelesaikan
tugas dan pekerjaan fisik secara umum yang berat dalam waktu yang relatif panjang
(M.Yasin, 2004).
Dari beberapa pendapat para ahli disimpulkan bahwa tingkat kesamaptaan
jasmani seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, makanan/gizi, kebiasaan
hidup sehat, usia, lingkungan, istirahat yang cukup, faktor keturunan/genetik, dan
faktor latihan yang berat
Lain hal dengan yang dialami tentara, yang setiap harinya dengan aktifitas
yang cukup berat, waktu makan yang cukup singkat, dan tidur pun juga
singkat kira-kira tidur hanya sekitar 3-6 jam setiap harinya. Tapi mereka masih
gesit dalam menjalankan aktivitasnya. Hal ini sedikit bertentangan dengan
teori pada berbagai buku, untuk itu saya selaku peneliti tertarik ingin
mengetahui apakah terdapat hubungan kualitas tidur tentara terhadap
aktivitas fisik harian mereka.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin mengetahui hubungan


komponen dasar tersebut (kualitas tidur dan IMT) terhadap nilai kesamaptaan
siswa Secaba Pusdikkes Periode 2015.
PERUMUSAN MASALAH

• Apakah ada hubungan antara kualitas tidur dengan nilai kesamaptaan siswa
Secaba?
• Apakah ada hubungan antara IMT dengan nilai kesamaptaan siswa Secaba?
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran kualitas tidur,
IMT, dan nilai kesampataan siswa Secaba Pusdikkes TNI AD Periode 2014/2015.

Tujuan Khusus
• Mengetahui gambaran kualitas tidur siswa Secaba Pusdikkes TNI AD
• Mengetahui IMT siswa Secaba Pusdikkes TNI AD
• Mengetahui hubungan kualitas tidur terhadap nilai kesamaptaan siswa Secaba
Pusdikkes TNI AD
• Mengetahui hubungan IMT terhadap kesampataan siswa Secaba Pusdikkes TNI
AD
MANFAAT PENELITIAN

Manfaat Teoritis
• Pengetahuan tentang faktor yang mempengaruhi nilai kesamaptaan
sebagai salah satu indikator kesiapan jasmani siswa Secaba diharapkan
dapat meningkatkan kualitas prajurit TNI AD.
• Mendorong peneliti lain untuk mendalami hubungan faktor-faktor lain yang
mempengaruhi kesamaptaan jasmani khususnya prajurit TNI AD.
Manfaat Praktis
Bagi anggota militer Pusdikkes-Jakarta Timur
Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi anggota TNI untuk mempertahankan kesehatan
jasmani militer dan juga menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi anggota militer TNI.

Bagi Pimpinan Pusdikkes-Jakarta Timur


Penelitian ini dapat memberikan masukan yang baik kepada kesehatan jasmani militer dan juga
menambah wawasan ilmu pengetahuan kepada Pimpinan Pusdikkes untuk memperhatikan hal-hal
yang perlu diketahui dalam proses kebugaran tiap individu tentara.

Bagi Fakultas Kedokteran UPN “Veteran” Jakarta


Penelitian ini dapat memberikan informasi bagi Fakultas Kedokteran UPN “Veteran” Jakarta dalam
bidang penelitian khususnya dalam bidang Ilmu Kesehatan Matra.

Bagi Mahasiswa
Penelitian ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk menambah wawasan serta
pengalaman dalam melakukan penelitian di bidang kedokteran khususnya yang terkait dengan
kualitas tidur, IMT yang berdampak kepada kesamaptaan dan diharapkan mahasiswa memiliki
keterampilan dalam mengaplikasikan ilmu yang didapat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jasmani Militer
Untuk dapat melaksanakan tugas pokok TNI AD maka jasmani militer
adalah salah satu fungsi khusus TNI AD yang berperan menyelenggarakan
segala usaha pekerjaan dan kegiatan fungsi jasmani militer berkenaan dengan
pembentukan, peningkatan dan pemeliharaan jasmani perorangan maupun
satuan dalam mewujudkan kesamaptaan jasmani untuk mendukung tugas TNI
AD (Yasin,M. 2004)
Penggolongan Pembinaan Jasmani Militer
Pembinaan postur tubuh prajurit agar prajurit TNI AD memiliki postur
tubuh yang memenuhi standar sesuai ketentuan, sehingga dapat
menampilkan wujud atau sosok prajurit yang berwibawa.
Sasaran terbentuknya postur tubuh calon prajurit dengan memiliki unsur
tenaga, kekuatan, kelenturan, keseimbangan dan koordinasi, sehingga
diperoleh keseimbangan antara perbandingan berat badan (BB)/ tinggi badan
(TB), struktur anatomis dalam batas normal serta menunjukan sikap dan
penampilan trengginas, serta terwujud dan terpeliharanya postur tubuh
prajurit selama bertugas di satuan maupun sewaktu mengikuti pendidikan,
dengan sasaran terwujudnya keseimbangan antara perbandingan BB/TB,
struktur anatomis tidak ada kelainan, sikap dan penampilan serta memiliki
gerakan cepat, tepat dan trengginas.
Golongan kedua adalah pembinaan kesamaptaan jasmani militer yang
bertujuan mewujudkan kesamaptaan jasmani prajurit agar memiliki
ketahanan fisik, sehingga mampu melaksanakan kegiatan dan pekerjaan yang
berat tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti serta cepat pulih kembali.
Dengan sasaran terbentuknya kesamaptaan jasmani calon prajurit selama
mengikuti pendidikan pertama dengan memiliki unsur tenaga, kekuatan,
kecepatan, kelincahan, koordinasi dan daya tahan dengan sasaran klasifikasi
baik.
Selain itu sasarannya adalah terwujud dan terpeliharanya kesamaptaan
jasmani prajurit selama bertugas di satuan maupun sewaktu mengikuti
pendidikan dengan sasaran klasifikasi baik.
Golongan ketiga adalah pembinaan ketangkasan jasmani militer yang
bertujuan agar prajurit memiliki ketangkasan jasmani yang terampil dan
trengginas dalam melakukan gerakan yang umum maupun khusus, sulit
maupun berat dengan cepat dan tepat sesuai standar yang ditentukan,
sehingga dapat mendukung pelaksanaan tugas baik secara perorangan
maupun satuan.
Dengan sasaran, terbentuknya ketangkasan jasmani calon prajurit selama
mengikuti pendidikan pertama dengan memiliki unsur tenaga, kekuatan,
kecepatan,ketepatan, daya tahan, kelincahan, koordinasi, ketelitian dan
kelenturan dengan sasaran klasifikasi dapat.
Sasarannya adalah terwujud dan terpeliharanya ketangkasan jasmani
prajurit selama bertugas di satuan maupun sewaktu mengikuti pendidikan
dengan sasaran klasifikasi cakap atau mampu.
Pembagian Kesamaptaan Jasmani Militer
Kesamaptaan jasmani militer dibagi menjadi: Kesamaptaan jasmani A
yaitu lari 12 menit (Cooper Test), dan kesamaptaan jasmani B yang terdiri dari
pria dan wanita.
Kesamaptaan Jasmani B pada pria, yaitu: pull ups maksimal 1 menit,
kegiatan ini bertujuan untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot lengan ;
sit ups maksimal 1 menit, kegiatan ini bertujuan untuk mengukur kekuatan dan
ketahanan otot perut. ; push ups maksimal 1 menit, kegiatan ini bertujuan
untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot lengan. ;shuttle run 6 X 10
meter, kegiatan ini bertujuan untuk mengukur kelincahan, koordinasi,
kecepatan, ketepatan dan cara mengubah arah. Kesamaptaan Jasmani B pada
wanita, yaitu: chinning maksimal 1 menit ; modified sit up maksimal 1 menit ;
modified push up maksimal 1 menit ; shuttle run 6 X 10 meter. (SeskoAD, 2016)
Kesamaptaan Jasmani

Kegiatan atau kesanggupan seseorang untuk melakukan pekerjaan sehari-


hari dengan efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti atau fase
kelelahan yang proses pemulihannya berlangsung dalam waktu singkat
setelah seseorang menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang berat.
Komponen penting dalam kesamaptaan jasmani, yaitu kesamaptaan
jasmani dasar yang harus dimiliki oleh setiap prajurit untuk melakukan suatu
pekerjaan tertentu dengan baik tanpa mengalami cedera dan kelelahan yang
berlebihan.
Standar Kesamaptaan Jasmani
Tingkat kesamaptaan jasmani. Berdasarkan kondisi kesamaptaan jasmani
seseorang maka tingkat kesamaptaan jasmani dapat dibedakan menjadi 5,
yaitu:
Kategori I, yaitu anggota yang mencapai nilai 81 – 100 pada tes kesamaptaan
jasmani. Kelompok ini memiliki tingkat kesamaptaan jasmani yang baik sekali.
Kategori II, yaitu anggota yang mencapai nilai 61 – 80 pada tes kesamaptaan
jasmani. Kelompok ini memiliki tingkat kesamaptaan jasmani yang baik.
Kategori III, yaitu anggota yang mencapai nilai 41 – 60 pada tes kesamaptaan
jasmani. Kelompok ini memiliki tingkat kesamaptaan jasmani yang
cukup/sedang.
Kategori IV, yaitu anggota yang mencapai nilai 21 – 40 pada tes kesamaptaan
jasmani. Kelompok ini memiliki tingkat kesamaptaan jasmani yang kurang.
Kategori V, yaitu anggota yang mencapai nilai 0 – 20 pada tes kesamaptaan
jasmani. Kelompok ini memiliki tingkat kesamaptaan jasmani kurang sekali.
Definisi Tidur

Tidur merupakan suatu aktivitas dari sistem susunan saraf pusat, yang
berperan sebagai biologic clock, biologic clock tersebut terletak pada nucleus
suprachiasmatic di bagian otak dan mempunyai periode selama 24 jam dalam
sehari.
Dalam satu periode 24 jam, manusia pada umumnya memiliki lama waktu
tidur normal selama 6-8 jam. Manusia dewasa memerlukan tidur rata-rata 6-8
jam/hari, Orang-orang tidur kurang dari 6-6,5 jam per malam disebut natural
short sleepers dan tidur yang lebih dari 9,5 jam per malam disebut natural long
sleepers
Mekanisme Tidur
Cara perangsangan pertama melalui nuklei
rafe, nuklei ini terletak di separuh bagian bawah
pons dan di medulla. Serabut-serabut saraf
yang dimiliki oleh nuklei ini akan menyebar di
formasio retikularis batang otak dan juga ke
tempat lain seperti thalamus, hipotalamus,
sistem limbik, dan neokorteks serebri. Telah
diketahui bahwa nuklei ini mensekresikan suatu
serotonin, yang dianggap suatu
neurotransmitter yang dihubungkan dengan
timbulnya keadaan tidur.
Cara perangsangan kedua
melalui nucleus traktus solitaries,
nuklei ini terletak di daerah
terminal medulla dan pons yang
dilewati oleh beberapa sinyal
sensorik viseral yang masuk
melalui nervus vagus dan
glossopharyngeus, yang juga
dapat menimbulkan tidur.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas
Tidur
• Obat
• Penyakit
• Nutrisi
• Latihan dan Kelelahan
• Lingkungan
• Stress psikologis
• Motivasi
Fisiologi Tidur

Menurut pola polisomnografik, tidur normal dapat dibagi dalam 2 tahap


yaitu : Non Rapid Eye Movement (NREM) dan Rapid Eye Movement (REM) .
Tidur dibagi melalui beberapa tahapan (Potter&Perry, 2005), yaitu :
Tahap 1 : Sesuai dengan keadaan dimana seseorang baru saja terlena. Seluruh
otot menjadi lemas, kelopak mata menutupi mata dan kedua bola mata
bergerak bolak-balik kedua samping. Elektroensefalogram (EEG)
menunjukkan adanya gelombang alfa yang main lama makin menurun
frekuensinya.
Tahap 2 : Keadaan ini timbul sekelompok gelombang yang berfrekuensi
14-18 siklus perdetik pada aktivitas dasar yang berfrekuensi 3-6 siklus per
detik.kelompok gelombang-gelombang tersebut dikenal sebagai gelombang
tidur sleep spindles. Dalam tahap kedua ini kedua bola mata berhenti bergerak,
tetapi tonus otot masih terpelihara.

Tahap 3 : EEG memperlihatkan gelombang dasar yang lambat dengan sekali-


kali timbulnya sleep spindles.
Tahap 4 : Hanya gelombang lambat saja yang terlihat tanpa sleep spindles.
Tahap 5 : Tonus otot meninggi kembali, terutama otot rahang bawah. Bahkan
otot-otot anggota gerak dan badan dapat berkejang. Selama tahap ketiga dan
keempat, bola mata berhenti bergerak, kini pada tahap kelima bola mata
mulai bergerak kembali dengan kecepatan yang lebih tinggi, yang pada tahap
ini dinamakan REM. Sedangkan tahap tidur pertama sampai keempat
dinamakan NREM.
Tidur NREM

Pada tahapan ini, terjadi tidur yang nyenyak yang ditandai dengan tidur
yang dalam, gelombang otak lebih lambat, serta istirahat secara penuh. Tidur
nyenyak dicirikan sebagai tidur yang menyegarkan, tidak mimpi, tekanan
darah menurun, nadi menurun, frekuensi nafas menurun, pergerakan mata
menjadi lebih lambat, serta metabolisme yang menurun (Hidayat, 2008) Pada
tahap tidur ini dikenal juga sebagai tidur tanpa mimpi, namun sebenarnya
sering terjadi suatu mimpi bahkan mimpi buruk juga terkadang timbul pada
tahap ini
Tidur REM

Lazim dari setiap malamnya, seseorang mengalami tidur REM selama 5-30
menit dan biasanya terjadi setiap 90 menit. Lain halnya dengan seseorang
yang sangat mengantuk, tidur REM dapat berlangsung singkat bahkan
mungkin tidak ada. Sebaliknya jika seseorang makin nyenyak, maka durasi
REM yang timbul juga makin lama (Guyton & Hall, 2007). Dengan ciri-ciri
biasanya disertai dengan mimpi, lebih sulit untuk dibangunkan dari tidur
nyenyak fase NREM, tonus otot tertekan sangat kuat, sehingga dapat lebih
memiliki efek inhibisi yang kuat terhadap pengaktivasi retikularis, selain itu
beberapa frekuensi seperti jantung dan nadi menjadi tidak teratur, disertai
pergerakan otot-otot perifer yang tidak disadari, mata menjadi tertutup dan
terbuka secara cepat, nadi menjadi irregular, tekanan darah meningkat,
sekresi gaster serta metabolisme tubuh menjadi meningkat pula
Status Gizi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang


dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari
organ-organ, serta menghasilkan energi. Keadaan gizi adalah keadaan akibat
dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan
zat-zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologi akibat tersedianya zat gizi dalam
selular tubuh.
Indeks Massa Tubuh (IMT)

IMT adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara BB dan TB


seseorang. IMT dipercayai dapat menjadi indikator atau mengambarkan kadar
adipositas dalam tubuh seseorang. IMT tidak mengukur lemak tubuh secara
langsung, tetapi penelitian menunjukkan bahwa IMT berkorelasi dengan
pengukuran secara langsung lemak tubuh seperti underwater weighing dan
dual energy x-ray absorbtiometry
Kerangka Teori, Konsep dan Hipotesis
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif-analitik dengan data primer yaitu pengumpulan
data dengan melakukan tes secara langsung, kemudian dianalisis hubungan antara
variabel-variabel yang didapat dengan hasil tes yang dilakukan.

Lokasi Dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Di Pusdikkes TNI AD Kramat Jati, Jakarta Timur. pada tanggal
5 April 2015.

Subjek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa Sekolah Calon Bintara (Secaba) Pusdikkes
TNI AD
Teknik Sampling

Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Secaba Pusdikkes TNI
AD Jumlah keseluruhan siswa adalah 78 orang yang terdiri dari 18 orang wanita
dan 60 orang Pria.

Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap mewakili seluruh
populasi. Besar sampel minimal ditentukan dengan menggunakan Slovin.
n = N / Ne2+1

Berdasarkan rumus tersebut, maka diperoleh besar sampel minimal sebanyak 65


responden.
Rancangan Penelitian
Desain studi atau rancangan penelitian yang digunakan adalah cross
sectional (potong lintang), yaitu desain penelitian dengan pengukuran variabel
yang dilakukan satu saat hanya satu kali. Dalam penelitian cross sectional
peneliti melakukan observasi dan pengukuran variabel pada satu saat tertentu
tiap subyek hanya diobservasi satu kali dan pengukuran variabel subyek
dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut.

Metode Pengumpulan Data


Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
probability sampling berupa simple random sampling. Pada simple random
sampling, semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan
dimasukan dalam penelitian. Kriteria tersebut :
Kriteria inklusi
a. Jenis Kelamin Pria/Wanita
b. Dalam kondisi sehat

Kriteria Eksklusi
Mengkonsumsi multivitamin / obat tertentu

Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Simple
random sampling, pengambilan sampel sedemikian rupa sehingga setiap
anggota mempunyai kesempatan yang sama utuk diseleksi sebagai sampel
(Notoadmodjo, 2010).
RancanganPenelitian
Pada penelitian ini digunakan rancangan penelitian pre-experimental
design (one group posttest).

Identifikasi Variabel Penelitian


Variabel bebas atau independent variable adalah variabel yang bila berubah
akan mengakibatkan perubahan variabel lain (Sudigdo, 2010).Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah waktu tidur dan IMT calon Prajurit Secaba.

Variabel Terikat
Variabel terikat atau dependent variable adalah variabel yang berubah
karenavariabel bebas tersebut (Sudigdo, 2010). Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah pembinaan jasmani militer.
Definisi Operasional Variabel
Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan data primer berupa pengisian kuesioner oleh siswa calon bintara dan
pengukuran tinggi badan dan berat badan. Data sekunder berupa nilai kesamaptaan siswa calon bintara.

Protokol Penelitian
Mengajukan surat izin penelitian kepada Komandan Pusdikkes

Melakukan informed consent kepada prajurit yang akan diteliti

Melakukan pengambilan data primer berupa identitas pasien, berat badan, tinggi badan, dan kuosioner

Bekerja sama dengan Staf Pusdikkes untuk mendapatkan nilai akhir tes kesamaptaan jasmani

Ke ruang arsip untuk pengambilan data dan mencatat semua sampel yang memenuhi kriteria penelitian

Data diolah dengan statistik komputer

Laporan
Pra-penelitian
Melakukan survei pendahuluan yang dilakukan. Mengajukan surat izin atau
permohonan kepada Pimpinan Pusdikkes untuk meminta izin mengambil data
kesehatan prajurit.

Saat Penelitian
Melakukan informed consent kepada para prajurit yang akan diteliti. Melakukan
pengukuran berat badan tinggi badan dan kuosioner. Kemudian bekerja sama dengan
bagian Staf Korem untuk mendapatkan nilai akhir tes prajurit yang memenuhi kriteria
penelitian, yang meliputi data : usia, pangkat, berat badan, tinggi badan dan tingkat
kesamaptaan jasmani prajurit.

Pengolahan data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya diolah dengan menggunakan system
komputerisasi software perangkat lunak statistik untuk komputer merupakan paket
program statistik yang berguna untuk mengolah dan menganalisis data penelitian.
Analisis data
Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis yang mendeskripsikan variabel
dependen dan independen yang diteliti sesuai dengan jenis datanya, sehingga
data yang dikumpulkan bisa menjadi informasi yang berguna. Hasil analisis
univariat bertujuan menggambarkan proporsi variabel dependen dan
independen dengan menggunakan distribusi frekuensi yang kemudian
disajikan dalam bentuk tabel atau diagram.

Uji Normalitas
Untuk menguji normalitas data menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov,
karena sampel berjumlah kebih dari 50. Taraf signifikasi uji α= 0,05. Dikatakan
distribusi normal jika taraf signifikasi (p) data lebih dari 0,05. Dan dikatakan
berdistribusi tidak normal jika sebaliknya.
Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara masing-
masing variabel. Pada penelitian ini analisisnya menggunakan uji chi- square,
yaitu mengukur keeratan hubungan antara variabel yang mempunyai dua
varian. Uji ini mensyaratkan bahwa sampel mempunyai dua varian dan
berdistribusi normal atau tidak normal.
Pengumpulan, Pengolahan dan Penyajian Data
Data yang sudah terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan sistem
komputerisasi software program statistic komputer. Program ini merupakan paket
program statistik yang berguna untuk mengolah dan menganalisis data penelitian.
Setelah pengumpulan data selesai, kemudian dilakukan pengolahan data, yang
meliputi :
1. Editing
Langkah ini digunakan untuk memeriksa kembali data yang diperoleh mencakup
kelengkapan/kesempurnaan data, kekeliruan pengisian, data sampel yang tidak
sesuai/tidak lengkap.
2. Koding
Data yang diperoleh diberikan kode tertentu untuk mempermudah pembacaan data.
3. Tabulasi
Setelah dilakukan editing dan koding, data yang terkumpul dimasukkan dalam
tabel distribusi frekuensi sesuai dengan kategori masing-masing, sehingga
mempermudah untuk dilakukan analisis.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Pusdikkes Kodiklat TNI AD
Sejarah
Pusdikkes Kodiklat TNI AD dibentuk pada pertengahan tahun 1951, melalui
pendidikan calon Intruktur Kesehatan Lapangan/ Militer yang diambil dari DKT
Teritorial. Dalam kurun waktu tahun 1951 sampai dengan sekarang Pusdikkes
Kodiklat TNI AD telah tumbuh dan berkembang sejalan dengan situasi dan
kondisi TNI AD saat itu.

Lokasi
Pusat Pendidikan Kesehatan Kodiklat TNI AD, yaitu Pusdikkes Kodiklat TNI
AD terletak di Jl. Raya bogor, Kramat Jati, Jakarta Timur.
Bintara Siswa Reguler Pendidikan Dasar
Kecabangan Kesehatan

Variabel Frekuensi Percent


Jumlah peserta bintara siswa yang
Laki-laki 50 76.9 mengikuti tes kesamaptaan jasmani di
Pusdikkes tahun 2015 dengan teknik
Perempuan 15 23.1
penghitungan sampel slovin 65 orang.
Yaitu Laki-laki berjumlah 55 orang dan
Total 65 100
perempuan berjumlah 10 orang.

Tabel 3 Sampel Siswa Bintara Pendidikan


Dasar Kecabangan Kesehatan
Distribusi Siswa Bintara Pendidikan Dasar
Kecabangan Kesehatan Menurut IMT
Variabel
Frekuensi Percent Berdasarkan data diatas didapatkan IMT siswa yang
IMT
memiliki IMT overweight (>23 kg/m2) berjumlah 5 orang

Normoweight 60 92.31 (7,69%) dari jumlah populasi, dan siswa yang memiliki IMT
normal (18.50-22.99 kg/m2) berjumlah 60 orang (92,31%) dari
Overweight 5 7.89 jumlah populasi.

Total 65 100
Distribusi Rerata Indeks Massa Tubuh Siswa

Variabel N Minimum Maksimum Rerata Std. Deviasi

IMT 65 24.8 Kg/m2 18.2 Kg/m2 20.7 Kg/m2 1.475

Dari data di atas didapatkan bahwa IMT siswa memiliki


rata-rata (mean) 20.79 kg/m2, dengan standar deviasi 1,475 nilai
terendah (minimum) 18.2 kg/m2 dan nilai tertinggi (maksimum)
24.8 kg/m2.
Distribusi Siswa Bintara Pendidikan Dasar
Kecabangan Kesehatan Menurut Kualitas Tidur

Variabel
Frekuensi Percent
Kualitas Tidur
Berdasarkan data diatas didapatkan kualitas tidur siswa
secaba yang memiliki good sleep quality berjumlah 26 orang
Good Sleep
26 40.00 (40%), dan siswa yang memiliki poor sleep quality berjumlah
Quality
39 orang (60%).
Poor Sleep
39 60.00
Quality
Total 65 100
Distribusi Rata-Rata kualitas tidur siswa
secaba
Minimu Maksimu Std.
Variabel N Rerata
m m Deviasi

Kualitas
65 22 15 6.55 2.604
Tidur

Dari data diatas didapatkan bahwa usia siswa memiliki rata-rata (mean) 6.55 = Good
Sleep Quality, dengan standar deviasi 2,604, nilai terendah (minimum) 2 = Good Sleep
Quality dan nilai tertinggi (maksimum) 15 = Poor Sleep Quaity.
Distribusi Perwira Siswa Pendidikan Dasar
Kecabangan Kesehatan Menurut Nilai Akhir
Kesamaptaan Jasmani
Variabel
Nilai Akhir Frekuensi Percent Berdasarkan data diatas didapatkan nilai kesamaptaan siswa
Kesamaptaan
yang memiliki nilai Baik sebanyak 18 orang (27.69%) dari
Baik 18 27.69 jumlah populasi dan siswa yang memiliki nilai baik sekali 47
Baik Sekali 47 72.31 orang (72.31%) dari jumlah populasi.
Total 65 100
Distribusi Rerata Nilai Akhir Kesamaptaan
Jasmani Siswa
Std.
Variabel N Minimum Maksimum Rerata
Deviasi

Samapta 65 71.88 88.25 81.61 3.012

Dari data di atas didapatkan bahwa nilai akhir kesamaptaan


jasmani siswa memiliki rata-rata (mean) 81,61, dengan standar
deviasi 3.012, nilai terendah (minimum) 71,88 dan nilai
tertinggi (maksimum) 88,25. Nilai rata-rata kesamaptaan
jasmani siswa SECABA termasuk kedalam kategori baik sekali
(72,31%)
Hasil Analisis Uji Chi Square IMT Dengan Nilai
Akhir Kesegaran
Jasmani Siswa
Kategori IMT
Total P
Kategori Normoweight Overweight Dari hasil uji Chi Square diperoleh nilai significancy 0,102,
Samapta
N % N % N % karena nilai p lebih dari 0.05 maka dapat diambil kesimpulan
bahwa tidak terdapat hubungan antara IMT dengan nilai akhir
Baik Sekali 42 64.6 18 7.7 60 72.3
kesamaptaan jasmani.
Baik 5 27.7 0 0.0 5 27.7
0.102

Total 47 92.3 18 7.7 65 100


Hubungan Kualitas Tidur dengan Nilai Akhir
Kesamaptaan Jasmani Siswa
Dari hasil uji Chi-Square diperoleh nilai
Kategori Kualitas Tidur
significancy 0.070, karena nilai p kurang dari 0.05
Total
Kategori Good Sleep Quality Poor Sleep Quality
P maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak
Samapta
N % N % N % terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan
Baik 22 33.8 25 38.5 47 72.3 nilai akhir kesamaptaan jasmani. Nilai rata-rata
Sekali
Baik 4 6.2 14 21.5 18 27.7 kesamaptaan jasmani siswa SECABA termasuk
0.070

Total 26 40 39 60 65 100
kedalam kategori baik sekali (72,31%). Kualitas
tidur sebagian besar siswa SECABA termasuk
dalam kategori Poor Sleep Quality (60%).
Pembahasan

Nilai rata-rata kesamaptaan jasmani siswa SECABA termasuk kedalam


kategori baik sekali (72,31%). Kualitas tidur sebagian besar siswa SECABA
termasuk dalam kategori Poor Sleep Quality (60%). IMT sebagian besar siswa
SECABA termasuk kedalam kategori normoweight (92,31%).
Hubungan IMT dengan nilai akhir
kesamaptaan jasmani

Pada penelitian ini tidak terdapat hubungan antara IMT degan nilai akhir
kesamaptaan jasmani dengan nilai significancy P= 0.102 (P > 0.05) yang artinya
tidak ada hubungan yang signifikan antara IMT dengan tingkat kesamaptaan
jasmaninya.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Ratih Dewi
Setyowati (2008), dengan judul Sistem Penyelenggaraan Makanan, Tingkat
Konsumsi, Status Gizi serta Ketahanan Fisik Siswa Pusat Pendidikan Zeni
Kodiklat TNI AD Bogor Jawa Barat, yang menyimpulkan bahwa faktor yang
memiliki hubungan dengan ketahanan fisik adalah umur, pengeluaran energi
(kebutuhan energi), tingkat konsumsi fosfor, tingkat konsumsi vitamin serta
indeks massa tubuh (IMT) (P<0.05). Hasil penelitian serupa juga di dapat pada
penelitian Debianti (2011) dengan judul Hubungan Status Gizi (Indeks Massa
Tubuh dan Hemoglobin) dengan Nilai Akhir Kesegaran Jasmani Prajurit Kombi
B Batalyon Infanteri 144/Jaya Yudha Bengkulu Periode II tahun 2011, yang
menyimpulkan bahwa nilai akhir kesegaran jasamani memiliki hubungan yang
bermakna dengan IMT (P<0.05) dan Hemoglobin (P<0.05).
Dari hasil penelitian ini, kualitas tidur siswa memiliki nilai rata-rata good
sleep quality. Hipotesis adanya hubungan kualitas tidur dengan nilai akhir
kesamaptaan jasmani dalam penelitian ini tidak terbukti. Hasilnya
menunjukan nilai significancy P = 0.70 (P > 0.05) yang artinya tidak ada
hubungan yang signifikan antara kualitas tidur dengan nilai kesamaptaan pada
Secaba Pusdikkes periode 2015.
Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa IMT tidak berhubungan dengan
nilai akhir kesamaptaan jasmani pada siswa secaba pendidikan dasar
kecabangan kesehatan, karena kekurangan penelitian ini tidak mengukur
Tebal Lipatan Kulit (TLK) untuk mengukur massa lemak tubuh (Faat Body
Mass). Hal ini mungkin disebabkan IMT siswa tersebut terdiri dari masa otot
yang lebih besar dari massa lemak tubuh sehingga didapatkan hasil yang
menunjukan tidak terdapat hubungan antara IMT dan nilai akhir kesamaptaan
jasmani. Dapat disimpulkan bahwa IMT tidak dapat menilai status gizi secara
akurat pada tentara sehingga untuk menilai status gizi pada tentara di
butuhkan IMT dan Tebal lipatan kulit agar penilaian status gizi dapat di nilai
dengan akurat dan dapat di nilai secara statistik.
Hubungan kualitas tidur dengan nilai akhir
kesamaptaan jasmani

Dari hasil penelitian ini, kualitas tidur siswa memiliki nilai rata-rata good
sleep quality. Hipotesis adanya hubungan kualitas tidur dengan nilai akhir
kesamaptaan jasmani dalam penelitian ini tidak terbukti. Hasilnya
menunjukan nilai significancy P = 0.70 (P > 0.05) yang artinya tidak ada
hubungan yang signifikan antara kualitas tidur dengan nilai kesamaptaan pada
Secaba Pusdikkes periode 2015.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian hubungan lama tidur tentara
infanteri terhadap kualitas lari di rindam jaya yang dilakukan oleh Deasy Umi
Hajar Sari (2008) dengan nilai P = 0,355 (P > 0.05) yang artinya tidak terdapat
hubungan antara variabel lama tidur dan kualitas lari tentara infanteri.
Hal ini dimungkinkan oleh berbagai macam faktor terutama faktor
adaptasi, kebiasaan dan latihan mulai dari jam biologis mereka yang sudah
teratur sehingga otak sudah terbiasa sedemikian rupa dalam menyusun fase
REM dan Non-REM sehingga keesokan harinya aktivitas yang dilakukan oleh
orang tersebut tetap dalam kondisi prima, pola makan mereka yang
seimbang.
Hasil ini sesuai dengan teori Behaviorisme Haryanto (2010) John Broades
Watson, teori perubahan perilaku dalam kelompok behaviorisme ini,
memandang manusia sebagai produk lingkungan. Segala perilaku manusia
sebagian besar pengaruh lingkungan sekitarnya. Lingkunganlah yang
membentuk kepribadian manusia. Sesuai dengan lingkungan disiplin yang
diciptakan di dunia militer
Teori Kesegeraan Erwin Guthrie, asas belajar Guthrie yang utama adalah
hukum kontinguiti yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu
gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan
yang sama. Guthrie juga percaya bahwa hukuman memegang peranan
penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan.
Teori Burrhus Frederic Skinner, Skinner menyatakan bahwa unsur
terpenting dalam belajar adalah penguatan. Skinner membagi penguatan
menjadi dua yaitu penguatan positif (memberi hadiah/ penghargaan) dan
penguatan negatif (menunjukkan perilaku tidak senang). Dengan berbagai
teori psikologi ini mendukung adaptasi dan perilaku seseorang yang sudah
terbiasa dengan pola-pola yang diberikan pada saat pendidikan. (Calvin S.Hall
& Gardner Lindzey, 2001)
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Sesuai dengan pembahasan hasil penelitian terhadap 65 responden tentang
hubungan. Kualitas Tidur dan IMT dengan nilai kesamaptaan jasmani secaba di
Pusdikkes tahun 2015, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
• Dari sampel peserta pendidikan dasar kecabangan kesehatan tahun 2015 sejumlah
65 orang, laki-laki berjumlah 50 orang (76.9%) dan perempuan berjumlah 15 orang
(23.1%).
• Didapatkan siswa yang memiliki IMT overweight berjumlah 5 orang (7.89%), dan
siswa yang memiliki IMT normal berjumlah 59 orang (92.31%).
• Skor kualitas tidur siswa yang mengikuti pendidikan dengan kategori Good Sleep
Quality sebanyak 26 orang (40%) dan kategori Poor Sleep Quality sebanyak 39
orang (60%).
• Nilai kesamaptaan siswa yang memiliki nilai baik sebanyak 18 orang
(27.69%) dan siswa yang memiliki nilai sangat baik berjumlah 47 orang
(72.31%). Secara keseluruhan hasil nilai kesamaptaan jasmani perwira siswa
pendidikan dasar kecabangan kesehatan tahun 2015 adalah sangat baik.

• Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara IMT dengan nilai akhir
kesamaptaan jasmani (P=0.102).

• Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kualitas tidur dengan nilai
akhir kesamaptaan jasmani (P=0.7).
Saran

• Bagi siswa Secaba, hendaknya selalu mempertahankan IMT dalam kategori


normal, dan bagi siswa yang masuk dalam kategori IMT overweight agar
dapat mengupayakan menjadi normoweight dengan mengatur aktivitas
fisik dan asupan makanan yang tepat.

• Bagi pimpinan Pusdikkes diharapkan dapat mempertimbangkan kualitas


tidur dan IMT sebagai salah satu faktor dalam mempertahankan
kesamaptaan jasmani siswa Secaba.
• Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jakarta yang memiliki visi misi di bidang ilmu kesehatan matra diharapkan
untuk senantiasa memberikan pengetahuan bagi siswa atau siswi, tentang
kesamaptaan fisik yang merupakan hal penting yang harus di miliki oleh
calon prajurit maupun prajurit agar dapat menjalankan tugas dengan baik.

• Bagi peneliti lain diharapkan agar lebih mengeliminir variabel prediktor lain
yang mempengaruhi kesamaptaan jasmani, karena kesamaptaan jasmani
dapat dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga tidak memberikan hasil
yang ragu.
Lampiran
Boby Anggara Manalu |1010211099

Anda mungkin juga menyukai