Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

BLOK 4.5 HEALTHY LIFESTYLE AND HEALTH PROMOTION


PEMERIKSAAN KEBUGARAN FISIK

Oleh :
Kelompok C
Swastika Annafi
Rafa Naufalin
Rizkia Nauvalina
Safira Aulia Rahma
Elvira Pratiwi
Rakhmi Fatarahni
Dyah Ayu Anastasya P

G1A014064
G1A014066
G1A014075
G1A014078
G1A014079
G1A014081
G1A014087

Asisten :
Dessy Dwi Zahrina
G1A0130732

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PERGURUAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN UMUM
2016
I.

PENDAHULUAN

A. Judul Praktikum

Praktikum yang dilaksanakan adalah pemeriksaan mengenai Kebugaran Fisik


pada blok 4.5 Healthy Lifestyle And Health Promotion.
B. Waktu, Tanggal Praktikum
Praktikum dilaksanakan pada :
Hari

: Senin

Tanggal

: 27 Juni 2016

Waktu

: 15.00-17.00

C. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi kebugaran fisik.
2. Mahasiswa mampu mengukur tingkat kebugaran fisik.
a. Komposisi Tubuh
b. Fleksibilitas
D. Dasar Teori
1. Kebugaran Fisik
a. Pengertian Kebugaran Fisik
Kebugaran fisik adalah kemampuan untuk memenuhi tuntutan
mempertahankan keselamatan hidup sehari-hari dan efektif tanpa
mengalami kelelahan dan masih memiliki energi untuk melakukan
aktifitas lainnya dan kegiatan rekreasi (Hoeger, 2014).
Menurut Nala (2007) menyatakan bahwa kebugaran fisik ada dua
yaitu berhubungan dengan kesehatan dan non kesehatan. Kebugaran fisik
yang berhubungan dengan kesehatan sangat erat hubungannya dengan
kerja atau menunaikan tugas sehari-hari dalam mengukur kebugaran fisik
yang berhubungan dengan kesehatan hal yang paling penting adalah
pengukuran daya tahan kardiorespirasi. Kebugaran fisik yang berhubungan
dengan non kesehatan adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh
melakukan penyesuaian atau adaptasi terhadap pembebanan fisik yang
diberikan kepadanya tanpa menimbulkan kelelahan berarti.
b. Komponen Kebugaran Fisik
2

Menurut Hausmann, dkk (2015)menyatakan bahwa kesegaran


jasmani, kebugaran fisik, atau physical fitness terdiri atas sepuluh
komponen. Komponen tersebut sebagian besar komponen biomotorik
ditambahkan dengan komponen komposisi tubuh (terkait dengan masalah
kesehatan). Kesepuluh komponen kebugaran fisik tersebut adalah:
1. Kekuatan Otot (Muscle Strength)
Kekuatan otot adalah kemampuan dalam mempergunakan otot
untuk menerima beban sewaktu bekerja. Kekuatan otot dapat diraih
dari latihan dengan beban berat dan frekuensi sedikit. Kita dapat
melatih kekuatan otot lengan dengan latihan angkat beban, jika beban
tersebut hanya dapat diangkat 8-12 kali saja.
2. Daya Tahan Otot (Musculer endurance)
Daya

tahan

otot

adalah

kemampuan

seseorang

dalam

mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu


sependek-pendeknya. Dengan kata lain berhubungan dengan sistem
anaerobik dalam proses pemenuhan energinya. Daya tahan otot dapat
disebut juga daya ledak otot (explosive power). Latihan yang dapat
melatih daya ledak otot adalah latihan yang bersifat cepat atau
berlangsung secepat mungkin.
3. Kelenturan (Flexibility)
Kelenturan adalah efektifitas seseorang dalam menyesuaikan diri
untuk segala aktifitas dengan penguluran tubuh yang luas.
4. Komposisi Tubuh (Body Composition)
Jaringan lemak menambah berat badan, tapi tidak mendukung
kemampuan untuk secara langsung menggunakan oksigen selama olah
raga berat.
5. Daya Tahan Kardiovaskuler (cardivasculer endurance)
Daya tahan kardiovaskuler adalah kemampuan seseorang dalam
mempergunakan sistem jantung, paru-paru dan peredaran darahnya
secara efektif dan efisien untuk melaksanakan kerja secara terus
menerus. Dengan kata lain berhubungan dengan sistem aerobik dalam
proses pemenuhan energinya. Latihan untuk melatih daya tahan adalah

kebalikan dari latihan kekuatan. Daya tahan dapat dilatih dengan beban
rendah atau kecil, namun dengan frekuensi yang banyak dan dalam
durasi waktu yang lama.
6. Kecepatan Gerak (Speed Movement)
Kecepatan merupakan kemampuan seseorang untuk mengerjakan
gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dengan waktu
sesingkat-singkatnya. Kecepatan sangat dibutuhkan dalam olahraga
yang sangat mengandalkan kecepatan, seperti lari pendek 100 m dan
lari pendek 200 m. Kecepatan dalam hal ini lebih mengarah pada
kecepatan otot tungkai dalam melakukan aktifitas.
7. Kelincahan (Agility)
Kelincahan adalah kemampuan seseorang mengubah posisi di area
tertentu, dari depan ke belakang, dari kiri ke kanan atau dari samping
ke depan. Olahraga yang sangat mengandalkan kelincahan misalnya
bulu tangkis. Kelincahan dapat dilatih dengan lari cepat dengan jarak
sangat dekat, kemudian berganti arah.
8. Keseimbangan (Balance)
Keseimbangan merupakan kemampuan seseorang mengendalikan
organ-organ syaraf otot sehingga dapat mengendalikan gerakangerakan dengan baik dan benar. Senam merupakan salah satu cabang
olahraga yang sangan mengandalkan kesimbangan.
9. Kecepatan Reaksi (Reaction time)
Kecepatan reaksi adalah kemampuan seseorang untuk segera
bertindak secepatnya dalam menanggapi rangsangan yang ditimbulkan
lewat indera.
10. Koordinasi (coordination)
Koordinasi

adalah

kemampuan

seseorang

mengintegrasikan

berbagai gerakan yang berbeda ke dalam pola gerakan tunggal secara


efektif.
C. Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Fisik

Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran fisik


(Sharkey, 2008):
1. Jenis Kelamin
Jenis kelamin seseorang bertanggungjawab atas 25%
hingga 40% dari perbedaan nilai VO2 max. Lebih dari setengah
perbedaan

genotype

dengan

oleh

perbedaan

dikarenakan

faktor

lingkungan

genotype

aerobik

dengan

faktor

lingkungan sebagai penyebab lainnya.


2. Latihan
Latihan adalah gerakan tubuh yang terencana dan
terstruktur

dan dilakukan

berulang-ulang

untuk

menye

mpurnakan atau mempertahankan komponen kebugaran.


Latihan yang teratur dapat mencegah kematian dini pada
umumnya, kematian karena penyakit jantung, tekanan darah
tinggi, kanker usus, derajat kolesterol tinggi. Latihan yang
dilakukan lebih dari 30 menit akan memberikan efek ganda,
disatu pihak akan meningkatkan aliran darah, dilain pihak akan
membantu memecahkan metabolisme lemak dan kolesterol.
Bila

tujuan

dari

latihan

hanya

untuk

membina

atau

meningkatkan kesegaran jasmani bukan untuk meningkatkan


prestasi olahraga, maka frekuensi latihan cukup 3-5 kali
seminggu. Setiap berlatih waktu yang digunakan antara 15- 60
menit untuk latihan intinya.
3. Usia
Dengan penurunan sampai 10% perdekade untuk individu
yang tidak aktif, tanpa memperhitungkan tingkat kebugaran
awal mereka. Bagi yang aktif, dapat menghentikan setengah
penurunan tersebut 4% hingga 5% perdekade dan yang terlibat
dalam latihan fitness dapat menghentikan setengahnya hingga
2,5 perdekade.
4. Status Gizi

Ketersediaan zat gizi dalam tubuh akan berpengaruh pada


kemampuan otot berkontraksi dan daya tahan kardiovaskuer.
Untuk mendapatkan kebugaran yang baik, seseorangg haruslah
melakukan latihan olahraga-olahraga yang cukup, mendapatkan
gizi yang memadai untuk kegiatan fisiknya dan tidur (Sharkey,
2008; Fatmah, 2011).
Status gizi yang baik dapat mencapai kesehatan dan
kesegaran jasmani yang optimal, mampu bertahan terhadap
latihan yang keras dan mampu mencapai performance dalam
olahraga secara baik
Status gizi adalah suatu kondisi tubuh sebagai akibat
keseimbangan intake makanan dan penggunaanyaoleh tubuh
yang dapat diukur dari berbagai dimensi. Untuk mengevaluasi
status gizi dapat digunakan nilai Indeks Massa Tubuh (IMT).
5. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik dapat meningkatkan konsumsi oksigen
maksimum (VO2 maks) yang dihasilkan oleh gerak badan
seseorang individu sekitar 36 ml/kg/menit dalam pria sehat
aktif dan sekitar 29 ml/kg/menit dalam wanita sehat aktif. VO 2
maks akan lebih rendah pada individu yang banyak duduk.
6. Pola Tidur
Keadaan tidur yang sebenarnya adalah saat pikiran dan
tubuh berbeda dengan keadaan terjaga, yakni ketika tubuh
beristirahat secara tenang, aktivitas metabolisme tubuh
menurun, dan pikiran menjadi tidak sadar terhadap dunia luar.
Tidur di tempatkan pada posisi ketiga terkait aktifitas paling
vital bagi manusia setelah udara dan air, tidur termasuk bagian
dari periode alamiah kesadaran yang terjadi ketika tubuh
direstorasi, yang dicirikan oleh rendahnya kesadaran dan
keadaan metabolisme tubuh yang minimal (Putra, 2014).

Komponen kebugaran fisik yang berhubungan dengan kesehatan, antara


lain:
1. Komposisi tubuh
2. Kelentukan (Flexibility)
3. Kekuatan otot
4. Ketahanan otot
5. Kesanggupan kardiovaskuler
2. Kelentukan (Flexibility)
Kelentukan adalah kemampuan tubuh mengulur dari seluasluasnya yang di tunjang oleh luasnya gerakan pada sendi. Kemampuan
untuk

menggerakkan

tubuh

dan

anggota

tubuh

seluas-luasnya,

berhubungan erat dengan kemampuangerakan kelompok otot besar dan


kapasitas kinerjanya (Chandler dan Brown, 2008). Semakin tua usia
seseorang kelentukan akan semakin menurun yang di sebabkan karena
elastik otot semakin berkurang (Nala, 2011).
Ketentuan membuat sendi-sendi dapat digerakkan dengan baik dan
sepenuhnya ke segala arah yang diinginkan (Chandler dan Brown, 2008).
Kehilangan kelentukan berarti mengurangi efisiensi gerakan dan
kemungkinan terjadi cidera sangat besar (Nala, 2011).
Menurut Fatmah (2011), pelatihan-pelatihan kelenukan sangat
penting dan perlu dilaksanakan karena dapat memperbaiki keluwesan dan
kekenyalan, mengembangkan aliran darah yang lebih efisien dalam
jaringan kapiler untuk mengurangi cidera. Pelatihan senam adalah
pelatihan yang cocok untuk meningkatkan ketentuan bergerak.
Menurut Karim (2006), kelenturan/fleksibilitas tubuh terdiri dari
beberapa hal pokok, yaitu:
a) Luas bidang gerak yang maksimal pada persendian tanpa dipengaruhi oleh
suatu paksaan atau tekanan.
b) Dipengaruhi oleh : jenis sendi, struktur tulang, jaringan sekitar sendi, otot,
dan ligament
c) Wanita (terutama ibu hamil) lebih lentur dari laki-laki.

d) Anak-anak lebih besar dari orang dewasa.


e) Puncak kelenturan terjadi pada masa pubertas
f) Pentingnya pada setiap gerak tubuh karena meningkatkan efisiensi kerja
otot.
g) Dapat mengurangi cidera (orang yang kelenturannya tidak baik cenderung
mudah mengalami cidera).
h) Pengukuran : duduk tegak depan (sit and reach test) Flexometer.

II.

ISI DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Komposisi Tubuh
8

a. Persentase Lemak Tubuh


Nama
: Lambang Ksatria B.
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Usia
: 20 tahun
Hasil
:
1) Dada : 17, 18, 16 17
2) Perut : 29, 28, 28 28
3) Paha : 26, 25, 25 25
4) Rata-rata: 23,33 cross check sama pembahasan kia ya nes, takut
salah hehe
b. Indeks Massa Tubuh
Nama
: Swastika Annafi
Jenis Kelamin
: Perempuan
Usia
: 21 tahun
Hasil
:
1) Tinggi Badan : 161 cm
2) Berat Badan : 50 kg cek lg ya hehe
3) IMT
: 19,28
c. Lingkar Pinggang
Nama
: Swastika Annafi
Jenis Kelamin
: Perempuan
Usia
: 21 tahun
Hasil
: 74 cm
2. Fleksibilitas
Nama
: Rafa Naufalin
Jenis Kelamin
: Perempuan
Usia
: 19 tahun
Hasil
: 51,5 cm
B. Pembahasan
1. Komposisi Tubuh
a) Persentase Lemak Tubuh
Hasil pengamatan persentase lemak tubuh menggunakan skinfold
caliper pada bagian dada 17 mm, perut 28 mm, paha 25 mm, yang artinya
jumlah pengukurannya adalah sebesar 70 mm. Sehingga, persentase
lemak tubuh probandus adalah sebesar 19,3. Dengan besar persentase
tersebut, maka persen lemak tubuh probandus dapat diklasifikasikan
dalam kategori kurang baik. Pada kondisi ini, persen lemak tubuh
probandus dianggap kurang baik karena tidak sesuai dengan kategori
persen lemak tubuh normal atau cukup yaitu sebesar 15 (laki-laki). Hal

tersebut menunjukkan bahwa probandus memiliki komposisi lemak tubuh


yang lebih besar dari seharusnya.
b) Indeks Massa Tubuh (IMT)
Hasil pengamatan berat badan dan tinggi badan probandus adalah
sebesar 50 kg dan 160 cm. Dengan hasil tersebut, kita dapat menghitung
indeks massa tubuh probandus dengan perhitungan sebagai berikut:
IMT =

Berat badan(kg)
2
2
(Tinggi badan) (m )

50
1,612

= 19,29 kg/m2

Dari hasil perhitungan indeks massa tubuh probandus, maka


probandus dapat diklasifikasikan ke dalam kategori normal (18,5-22,9
kg/m2). Hal tersebut menggambarkan bahwa berat dan tinggi badan
probandus dianggap proporsional.
c) Lingkar Pinggang
Dari pengamatan terhadap lingkar pinggang probandus, didapatkan
besar lingkar pinggang probandus adalah 74 cm. Lingkar pinggang
probandus yang lebih kecil dari 80 cm (perempuan) menunjukkan bahwa
probandus dapat diklasifikasikan ke dalam keolompok yang tidak
berisiko menderita penyakit kardiovaskuler karena lemak visceral yang
terdapat di abdomen merupakan indicator faktor risiko penyakit
kardiovaskuler.
2. Fleksibilitas
Hasil dari praktikum menunjukkan bahwa fleksibilitas probandus
adalah 51,5 cm. Menurut tabel pada tinjauan pustaka, dapat disimpulkan
bahwa fleksibilitas probandus baik sekali (43 cm). Fleksibilitas yang baik
tersebut memungkinkan satu atau beberapa sendi secara bersamaan untuk
melakukan gerak yang efisien, juga memiliki peran penting dalam
mencegah cedera dan perbaikan postur yang buruk (Pulcheria & Muliarta,
2016). Banyak faktor yang berpengaruh terhadap penampilan fleksibilitas
seseorang, misalnya, faktor anatomis, faktor cedera dan sebagainya.

10

Namun fleksibilitas seseorang dapat ditingkatkan melalui latihan


peregangan khusus (Putra, 2014).
C. Aplikasi Klinis
1.

Diabetes
Kebugaran fisik mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kehidupan

seseorang dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Kebugaran fisik berfungsi untuk


meningkatkan kemampuan kerja bagi siapapun yang memilikinya sehingga dapat
melaksanakan tugas-tugasnya secara optimal untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik (Ali, 2014).
Manfaat latihan kebugaran fisik juga salah satunya dapat mencegah
penyakit diabetes. Pada penyakit diabetes tipe 2, kelainan pada insulin
kebanyakan terjadi akibat kegemukan dan obesitas. Jadi, agar tubuh terhindar dari
penyakit diabetes terutama tipe 2 hindari kegemukan dan obesitas yaitu dengan
cara melakukan kegiatan untuk meningkatkan kebugaran fisik (Djoko, 2008).
Peran kebugaran jasmani dalam penyakit diabetes tipe 2 yakni membantu
menormalkan kadar insulin yang terjadi akibat kegemukan atau obesitas. Hal
tersebut akan dapat menghindarkan Anda dari resiko terkena diabetes tipe 2.
Namun tentu saja harus diiringi pola makanan sehat seperti konsumsi manfaat
sayur-sayuran dan buah-buahan untuk diabetes (Fatmah dan Yati, 2011).
Kadar glukosa yang diketahui ini bisa membantu memprediksi
metabolisme yang mungkin terjadi dalam sel dengan kandungan gula yang
tersedia. Jika kandungan satu glukosa dalam tubuh sangat berlebih maka glukosa
tersebut akan mengalami reaksi katabolisme secara enzimatik untuk menghasilkan
energi. Pada usia lanjut sehat sehingga usia 73 tahun, sensitivitas insulin dan
toleransi glukosa dipengaruhi terutama oleh distribusi lemak regional (WHR), dan
bukannya oleh usia, obesitas, ataupun VO2 maximal. Toleransi glukosa pada usia
lanjut berhubungan dengan berkurangnya sensitivitas sel perifer terhadap efek
insulin (resistensi insulin). Faktor sekunder juga mempengaruhi yaitu perubahan
pola hidup, dan timbulnya penyakit lain (Eizabeth, 2013).
11

2. Obesitas
Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya
ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan
kadang terjadi perluasan ke dalam jaringan organnya. Obesitas

merupakan

keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan antara tinggi dan berat badan


akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan
yang

melampaui ukuran ideal. Dengan

memperhatikan

demikian

banyaknya masukan makanan dan

tiap
aktivitas

orang

perlu

fisik

yang

dilakukan. Keadaan obesitas dapat ditentukan dengan mengklasifikasikan status


gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan lingkar pinggang.
Pengaruh yang ditimbulkan sebagai akibat dari obesitas adalah sebagai
berikut: Kegemukan memberikan beban psikologis, menambah tekanan darah,
menambah hiperkolesterolemia, menambah kemungkinan diabetes, menambah
resiko kanker, menambah resiko kematian, menambah resiko penyakit pembuluh
jantung koroner. Aktivitas fisik (olahraga) sangat berpengaruh terhadap
terpeliharanya kapasitas organ-organ faal tubuh. Terpeliharanya kapasitas organorgan faal tubuh akan dapat memperlancar semua sistem yang terdapat didalam
tubuh. Khusus berfungsinya secara baik organ-organ sistem pencernaan akan
dapat memperlancar proses metabolisme sehingga penimbunan lemak maupun
asam laktat yang berlebihan dapat dikurangi. Dengan penimbunan lemak dan
asam laktat yang sedikit maka akan dapat mengurangi terjadinya obisitas
(Mappaompo, 2010)

12

III.

KESIMPULAN

1. Kebugaran fisik adalah kemampuan untuk melaksanakan latihan fisik seharihari dengan kesungguhan dan kesigapan tanpa kelelahan, dengan masih
menyisakan tenaga untuk melakukan latihan fisik di waktu luang dan latihan
fisik di luar kebiasaan (Nieman, 1993).
2. Kebugaran fisik memiliki dua komponen, yang berhubungan dengan
kesehatan (health-related fitness) dan yang berhubungan dengan keterampilan
3.
a.
b.
c.
d.
e.
4.

(skill-related fitness)
Komponen kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan (ACSM,2006):
Komposisi tubuh
Fleksibilitas
Kekuatan otot
Ketahanan otot
Ketahanan jantung-paru
Komposisi tubuh adalah persentase berat tubuh yang terdiri dari jaringan
nonlemak dan jaringan lemak. Dapat diukur dengan menggunakan parameter

seperti :
a. persentase lemak tubuh
b. Indeks Massa Tubuh (IMT)
c. Lingkar pinggang
5. Fleksibilitas adalah kemampuan persendian untuk melakukan gerakan dalam
ruang gerak sendi secara maksimal. dapat diukur menggunakan metode sit
and reach test.

13

DAFTAR PUSTAKA
Ali Khomsan. (2014). Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Chandler, T. Jeff dan Brown, Lee E. 2008. Conditioning for Strength and Human
Performance. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins

Djoko Pekik Irianto. 2008. Panduan Latihan Kebugaran Yang Efektif Dan
Aman.Yogyakarta: Lukman Offset
Elizabeth B. Hurlock, 2013. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan
Sepajang Rentang Kehidupan Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Fatmah dan Yati Ruhayati.2011. Gizi Kebugaran dan Olahraga. Bandung: Lubuk
Agung.
Hausmann, dkk. 2015. Seeking Behaviour and the health system. Universitas
Autonoma de Barcelona. Social Anthropology Department.
Hoeger, Werner K. dan Hoeger, Sharon A. 2014. Principles and Labs for Physical
Fitness. United States: Cengange Learning.
Karim, Faizati. 2006. Panduan Kesehatan Olahraga Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: Tim
Departemen Kesehatan.

Mappaompo, Muhammad Adam. 2010. Obesitas dan Olahraga. Jurnal ILARA,


Volume I, Nomor 2. Halaman 10-16.
Nala I Gusti Ngurah, 2007. Kumpulan Kesegaran Jasmani, Yayasan Ilmu Faal
Widhya Laksana, Bali: Udayana University Press.
Nala I Gusti Ngurah. 2011. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Bali: Udayana
University Press.

14

Pulcheria, M., Muliarta, IM. 2016. Fleksibilitas Mahasiswa Universitas Udayana


yang Berlatih Tai Chi Lebih Baik Daripada yang Tidak Berlatih Tai Chi. EJURNAL MEDIKA. Vol. 5, No.5. Hlm. 1-6.
Putra, Rangga Nuansa dan Amalia, Leily. 2014. Hubungan Asupan Energi,
Protein, dan Frekuensi Olahraga dengan Daya Tahan Kardioespirasi dan
Massa Otot Pada Mahasiswa IPB. Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas
Ekologi Manusia (FEMA). Jurnal Gizi dan Pangan.
Putra, RBA. 2014. Software Tentang Fleksibilitas Atlet Senam. Journal of
Physical Education, Health and Sport. Vol. 1, No. 1. Hlm. 15-22.
Sharkey, B.J. 2008. Kebugaran dan Kesehatan. Penerbit PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta. Hal : 71-74.

15

Anda mungkin juga menyukai