Anda di halaman 1dari 21

Oleh:

Arista Candra Irawati, SH., MH.adv


DEFINISI KORUPSI

• Korupsi berasal dari bahasa latin corruptusl corrupti.

• Dari bahasa Latin itulah turun ke berbagai bahasa di Eropa, seperti corruption
dan corrupt di Inggris, corruption di Perancis, dan corruptive di Belanda.

• Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, korupsi memiliki arti penyelewengan


atau penyalagunaan uang Negara (perusahaan dan sebagainya) untuk
keuntungan pribadi atau orang lain.

• Korupsi dianggap sebagai ‘wabah penyakit’ yang tidak mudah


dihilangkan/diberantas. Yang terbaik adalah mencegah korupsi.
Prof. Romli Atmasasmita:
“Ada 2 (dua) alasan sulitnya pemberantasan tindak pidana korupsi, yaitu pertama,
karena alasan historis/ budaya, dan kedua, karena lemahnya perundang-undangan.”

Mantan Ketua OPSTIB Laksamana Soedomo:


“ Sumber-sumber potensial terjadinya korupsi dan penyelewengan:
1. Proyek pembangunan fisik.
2. Proyek pengadaan barang.
3. Bea dan cukai.
4. Perpajakan.
5. Pemberian ijin usaha dan kredit perbankan.
Korupsi terjadi pada kegiatan yang berkisar pada kualitas, harga, dan komisi.”
• Korupsi bersifat lintas negara: (Korupsi, TPPU, Terorisme, Pelanggaran berat HAM, dan Narkotika)

• Korupsi diatur di dalam 12 Pasal di dalam UU No. 31 tahun 1999 jo. UU No. 20 tahun 2001;

• Korupsi terdiri atas 7 macam perbuatan utama


1. Kerugian Keuangan Negara
• Melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi.
• Menyalahgunakan kewenangan, kesemapatan atau sarana yang ada

2. Suap Menyuap
• Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Pegawai Negeri / Penyelenggara Negara
• Memberi sesuatu karena berhubungan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam
jabatannya
• Memberi hadiah atau janji dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada
jabatan atau kedudukannya
• Menerima pemberian atau janji
• Menerima hadiah atau janji dengan menggerakan agar melakukan sesuatu atau tidak melakukan
sesuatu dalam jabatannya
• Menerima hadiah sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan sesuatu atau tidak
melakukan sesuatu dalam jabatannya
• Diberikan hadiah atau janji karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan
jabatannya atau yang menurut pikiran orang yang memberikan ada hubungannya dengan jabatannya
• Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim
• Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada advocat
• Hakim yang menerima hadiah atau janji untuk mempengaruhi putusan perkara.

3. Penggelapan dalam Jabatan


• Pegawai Negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan
umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau
surat berharga yang disimpan karena jabatannya.
• Memalsu buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi
• Menggelapkan, merusakkan atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat
atau daftar untuk meyakinkan pejabat yang berwenang, yang dikuasai karena
jabatannya
• Dengan sengaja membiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan,
merusakkan atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat atau daftar
tersebut

4. Pemerasan
• Menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu,
membayar atau menerima pembayaran dengan potongan atau untuk mengerjakan
sesuatu bagi dirinya sendiri
• Menjalankan tugas, menerima atau meminta pekerjaan atau penyerahan barang
seolah merupakan utang kepada dirinya padahal bukan merupakan utang
• Menjalankan tugas, menerima atau memotong pembayaran kepada Pegawai
Negeri atau penyelenggara negara lain kepada kas umum, seolah mempunyai
utang kepadanya padahal bukan merupakan utang
5. Perbuatan Curang
•Pemborong, ahli bangungan yang membuat bangunan yang menyerahkan bahan bangunan, melakukan
perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang, keselamatan negara dalam
keadaan perang
•Mengawasi pembangunan atau menyerahkan bahan bangunan sengaja membiarkan perbuatan curang
•Menyerahkan barang keperluan TNI / Kepolisian Negara melakukan perbuatan curang

6. Benturan Kepentingan dalam Pengadaan


• langsung atau tidak langsung sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan atau persewaan yang
saat dilakukan perbuatan untuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya

7. Gratifikasi
•Dianggap pemberian suap bila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban
tugasnya
JENIS KORUPSI

Dalam Korupsi apabila dijabarkan lebih rinci terdapat 30 (tigapuluh) jenis perbuatan korupsi, yakni:

1) Melawan hukum untuk memperkaya diri dan dapat merugikan keuangan negara
2) Menyalahgunakan kewenangan untuk kepentingan diri sendiri dan dapat merugikan keuangan negara
3) Menyuap pegawai negeri
4) Memberi hadiah kepada pegawai negeri karena jabatannya
5) Pegawai negeri menerima suap
6) Pegawai negeri menerima hadiah yang berhubungan dengan jabatannya
7) Menyuap hakim
8) Menyuap advokat
9) Hakim dan advokat menerima suap
10) Pegawai negeri menggelapkan uang atau membiarkan penggelapan
11) Pegawai negeri memalsukan buku untuk pemeriksaan administrasi
12) Pegawai negeri merusakkan bukti
13) Pegawai negeri membiarkan orang lain merusakkan bukti
14) Pegawai negeri membantu orang lain merusakkan bukti
15) Pegawai negeri memeras
16) Pegawai negeri memeras pegawai yang lain
17) Pemborong berbuat curang
18) Pengawas proyek membiarkan perbuatan curang
19) Rekanan TNI / Polri berbuat curang
20) Pengawas rekanan TNI / Polri membiarkan perbuatan curang
21) Penerima barang TNI / Polri membiarkan perbuatan curang
22) Pegawai negeri menyerobot tanah negara sehingga merugikan orang lain
23) Pegawai negeri turut serta dalam pengadaan yang diurusnya
24) Pegawai negeri menerima gratifikasi dan tidak lapor KPK
25) Merintangi proses pemeriksaan
26) Tersangka tidak memberikan keterangan mengenai kekayaannya
27) Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka
28) Saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi keterangan palsu
29) Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan keterangan atau
memberi keterangan palsu
30) Sanksi yang membuka indentitas pelapor
PERILAKU KORUPSI

Dalam sosiologi, perilaku seseorang digolongkan menjadi 3 hal, yakni:


• Sikap
• Tindakan, dan
• Pengetahuan

Hubungannya dengan perilaku korupsi/ koruptif ialah segala hal yang berkaitan dengan sikap, Tindakan, dan
pengetahuan seseorang atau sekelompok orang yang menjebakkan dirinya pada perbuatan korupsi.

Salah satu upaya pencegahan terhadap potensi korupsi dengan menguatkan peran aktif keluarga sebagai agen social,
diharapkan perilaku koruptif bisa direduksi untuk tidak terus berkembang.

Ketika sebuah keluarga tidak mampu menjalankan fungsi sosialnya, missal dalam
mendidik anak agar berperilaku jujur atau dapat berperilaku sesuai dengan nilai dan tata
aturan yang berlaku di masyarakat, maka akan berimplikasi pada munculnya
permasalahan / patalogi social, termasuk perilaku koruptif. Oleh karena itu penting
untuk melibatkan seluruh elemen masyarakat untuk Bersama-sama menerangi korupsi.
Terdapat banyak sekali perilaku koruptif yang setiap hari dilakukan oleh masyarakat Indonesia, namun tidak pernah disadari
bahwa hal ini seperti menjadi kebiasaan yang wajar, misalnya:

 Pelanggaran lalu lintas.


Seringkali kita tidak sadar diri, dan tidak memiliki kejujuran di jalan raya (tidak memiliki SIM, surat kendaraan
tidak lengkap, tidak memakai helm, dll). Sikap ini adalah bibit bahwa kita juga calon koruptor. Karena jika tidak
diawasi mereka bertindak semaunya dan melanggar peraturan yang berlaku.

 Suap menyuap untuk kelancaran izin; proses dan prosedur perizinan dapat meliputi prosedur pelayanan perizinan,
proses penyelesaian perizinan yang merupakan proses internal yang dilakukan oleh apparat/petugas.
Dalam hal ini untuk mempersingkap proses / memperlancar pelayanan, orang sudah dianggap lazim untuk
memberikan suatu imbalan kepada petugas, karena bila tidak seperti itu seringkali urusan menjadi tersendat-
sendat.
 Peraturan yang dibuat-buat (uang terimakasih)
Dalam peraturan Bupati tentang tarif pernikahan telah ditentukan besaran tarif atau biaya yang
harus dikeluarkan, namun terkadang terdapat pegawai KUA yang meminta uang lebih dari tarif
yang ditetapkan

 Memberikan tips pada aparat pelayanan public


Selama ini dianggap wajar dan merupakan bentuk kepedulian kita terhadap orang yang telah
memberikan pelayanan kepada kita

 Kebiasaan telat (korupsi waktu)


CIRI KORUPSI

Korupsi sebagai Kejahatan Luar Biasa


1.Berpotensi dilakukan oleh setiap orang.
2.Random target/victim.
3.Kerugiannya besar dan meluas.
4.Terorganisasi atau oleh organisasi.

Berpotensi dilakukan oleh setiap orang


korupsi bisa dilakukan siapa saja, tanpa memandang jenis kelamin, status, dan pangkat

Random Target/ victim


Korban korupsi sering tidak merasa sebagai korban. Makin luar biasa lagi jika korban juga
bertindak sebagai pelaku
Kerugiannya besar dan meluas
korban korupsi ini besar dan meluas. Korban tidak harus berada di
tempat kejadian, bisa saja ada di tempat lain makin bertambah

Terorganisasi atau oleh organisasi


Kalau ada koruptor yang main sendirian berarti masih koruptor
pemula. Korupsi itu sifatnya sistemik, masif, dan terstruktur.
SEJARAH KORUPSI

• Hans G Guterbock dalam Encylopedia Brittanica menunjukkan bahwa catatan


kuno tindakan korupsi menjadi musuh besar masyarakat tetapi korupsi sudah
mendapat perhatian khusus sejak zaman dahulu. Dalam catatan kuno, mengenai
masalah ini menunjuk pada penyuapan para hakim, dan tingkah laku para
pejabat pemerintah. Dalam catatan sejarah, korupsi sudah ada sejak peradaban
Mesir, Ibrani, Babilonia, Yunani Kuno, Romawi Kuno, Cina dan juga Negara-
negara Barat. G.R.Drdriver J.C. Miles dalam menrjemahkan The Babilonian
Constutution menyebut perilaku korup telah mencapai puncak
kesempurnaannya sejak sekitar tahun 1200 SM. Pada saat itu, Hammurabi dari
Kerajaan Babilonia menaiki tahta kekuasaannya. Ia memerintahkan seorang
Gubernur untuk mengurusi kasus penyuapan.
SEJARAH KORUPSI

• Apabila melihat sejarah korupsi di Indonesia, bahkan hal ini sudah terjadi
sejak zama pra kemerdekaan. Menurut Puspito & Tim Penyusun (2011: 30-
34), korupsi pada zaman pra kemerdekaan di Indonesia pertama terjadi sejak
masa pemerintahaan kerajaan, hal tersebut ditandai dengan kehancuran
kerajaan-kerajaan besar seperti Sriwijaya, Majapahit, dan Mataram.
Kemudian korupsi berlanjut pada masa kolonial Belanda dengan datangnya
VOC di Indonesia pada tahun 1755. Namun, tidak berhenti disitu saja, pada
zaman pasca kemerdekaan tindak pidana korupsi terus berlanjut di negeri ini,
baik pada masa orde lama, orde baru, reformasi, dan hingga sekarang.
SEJARAH KORUPSI

• pada era Orde Lama pemberantasan korupsi diatur dalam Peraturan


Pemberantasan Korupsi No.Prt/PM-06/1957.

• Pada era Orde Baru pemberantasan korupsi diatur dalam Undang-Undang Nomor 3
Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

• Pada era Reformasi pemberantasan korupsi diatur dalam banyak peraturan


perundang-undangan, bahkan dibentuk pula lembaga anti korupsi KPK (Komisi
Pemberantasan Korupsi) dan pengadilan khusus tindak pidana korupsi (Tipikor)
yang terpisah dari pengadilan umum.
SEJARAH KORUPSI

• Pada era Reformasi pemberantasan korupsi diatur dalam banyak peraturan


perundang-undangan, bahkan dibentuk pula lembaga anti korupsi KPK (Komisi
Pemberantasan Korupsi) dan pengadilan khusus tindak pidana korupsi (Tipikor)
yang terpisah dari pengadilan umum. Korupsi, suatu hal yang sedang merajalela
di Indonesia dan hingga kini belum bisa diberantas secara tuntas. Maraknya
korupsi di Indonesia bukan lagi disebut membudaya, tapi sudah menjadi suatu
seni, yaitu seni berkorupsi. Meraup uang negara merupakan hal yang mudah saja
dilakukan oleh para koruptor, tinggal bagaimana cara mereka untuk mengemas
hasil korupsi tersebut agar tidak tercium oleh KPK. Bahkan dengan kata lain,
dapat dikatakan bahwa korupsi di Indonesia sudah menjadi suatu life style atau
gaya hidup (Achmad, 2012).

Anda mungkin juga menyukai