• Dari bahasa Latin itulah turun ke berbagai bahasa di Eropa, seperti corruption
dan corrupt di Inggris, corruption di Perancis, dan corruptive di Belanda.
• Korupsi diatur di dalam 12 Pasal di dalam UU No. 31 tahun 1999 jo. UU No. 20 tahun 2001;
2. Suap Menyuap
• Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Pegawai Negeri / Penyelenggara Negara
• Memberi sesuatu karena berhubungan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam
jabatannya
• Memberi hadiah atau janji dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada
jabatan atau kedudukannya
• Menerima pemberian atau janji
• Menerima hadiah atau janji dengan menggerakan agar melakukan sesuatu atau tidak melakukan
sesuatu dalam jabatannya
• Menerima hadiah sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan sesuatu atau tidak
melakukan sesuatu dalam jabatannya
• Diberikan hadiah atau janji karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan
jabatannya atau yang menurut pikiran orang yang memberikan ada hubungannya dengan jabatannya
• Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim
• Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada advocat
• Hakim yang menerima hadiah atau janji untuk mempengaruhi putusan perkara.
4. Pemerasan
• Menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu,
membayar atau menerima pembayaran dengan potongan atau untuk mengerjakan
sesuatu bagi dirinya sendiri
• Menjalankan tugas, menerima atau meminta pekerjaan atau penyerahan barang
seolah merupakan utang kepada dirinya padahal bukan merupakan utang
• Menjalankan tugas, menerima atau memotong pembayaran kepada Pegawai
Negeri atau penyelenggara negara lain kepada kas umum, seolah mempunyai
utang kepadanya padahal bukan merupakan utang
5. Perbuatan Curang
•Pemborong, ahli bangungan yang membuat bangunan yang menyerahkan bahan bangunan, melakukan
perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang, keselamatan negara dalam
keadaan perang
•Mengawasi pembangunan atau menyerahkan bahan bangunan sengaja membiarkan perbuatan curang
•Menyerahkan barang keperluan TNI / Kepolisian Negara melakukan perbuatan curang
7. Gratifikasi
•Dianggap pemberian suap bila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban
tugasnya
JENIS KORUPSI
Dalam Korupsi apabila dijabarkan lebih rinci terdapat 30 (tigapuluh) jenis perbuatan korupsi, yakni:
1) Melawan hukum untuk memperkaya diri dan dapat merugikan keuangan negara
2) Menyalahgunakan kewenangan untuk kepentingan diri sendiri dan dapat merugikan keuangan negara
3) Menyuap pegawai negeri
4) Memberi hadiah kepada pegawai negeri karena jabatannya
5) Pegawai negeri menerima suap
6) Pegawai negeri menerima hadiah yang berhubungan dengan jabatannya
7) Menyuap hakim
8) Menyuap advokat
9) Hakim dan advokat menerima suap
10) Pegawai negeri menggelapkan uang atau membiarkan penggelapan
11) Pegawai negeri memalsukan buku untuk pemeriksaan administrasi
12) Pegawai negeri merusakkan bukti
13) Pegawai negeri membiarkan orang lain merusakkan bukti
14) Pegawai negeri membantu orang lain merusakkan bukti
15) Pegawai negeri memeras
16) Pegawai negeri memeras pegawai yang lain
17) Pemborong berbuat curang
18) Pengawas proyek membiarkan perbuatan curang
19) Rekanan TNI / Polri berbuat curang
20) Pengawas rekanan TNI / Polri membiarkan perbuatan curang
21) Penerima barang TNI / Polri membiarkan perbuatan curang
22) Pegawai negeri menyerobot tanah negara sehingga merugikan orang lain
23) Pegawai negeri turut serta dalam pengadaan yang diurusnya
24) Pegawai negeri menerima gratifikasi dan tidak lapor KPK
25) Merintangi proses pemeriksaan
26) Tersangka tidak memberikan keterangan mengenai kekayaannya
27) Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka
28) Saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi keterangan palsu
29) Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan keterangan atau
memberi keterangan palsu
30) Sanksi yang membuka indentitas pelapor
PERILAKU KORUPSI
Hubungannya dengan perilaku korupsi/ koruptif ialah segala hal yang berkaitan dengan sikap, Tindakan, dan
pengetahuan seseorang atau sekelompok orang yang menjebakkan dirinya pada perbuatan korupsi.
Salah satu upaya pencegahan terhadap potensi korupsi dengan menguatkan peran aktif keluarga sebagai agen social,
diharapkan perilaku koruptif bisa direduksi untuk tidak terus berkembang.
Ketika sebuah keluarga tidak mampu menjalankan fungsi sosialnya, missal dalam
mendidik anak agar berperilaku jujur atau dapat berperilaku sesuai dengan nilai dan tata
aturan yang berlaku di masyarakat, maka akan berimplikasi pada munculnya
permasalahan / patalogi social, termasuk perilaku koruptif. Oleh karena itu penting
untuk melibatkan seluruh elemen masyarakat untuk Bersama-sama menerangi korupsi.
Terdapat banyak sekali perilaku koruptif yang setiap hari dilakukan oleh masyarakat Indonesia, namun tidak pernah disadari
bahwa hal ini seperti menjadi kebiasaan yang wajar, misalnya:
Suap menyuap untuk kelancaran izin; proses dan prosedur perizinan dapat meliputi prosedur pelayanan perizinan,
proses penyelesaian perizinan yang merupakan proses internal yang dilakukan oleh apparat/petugas.
Dalam hal ini untuk mempersingkap proses / memperlancar pelayanan, orang sudah dianggap lazim untuk
memberikan suatu imbalan kepada petugas, karena bila tidak seperti itu seringkali urusan menjadi tersendat-
sendat.
Peraturan yang dibuat-buat (uang terimakasih)
Dalam peraturan Bupati tentang tarif pernikahan telah ditentukan besaran tarif atau biaya yang
harus dikeluarkan, namun terkadang terdapat pegawai KUA yang meminta uang lebih dari tarif
yang ditetapkan
• Apabila melihat sejarah korupsi di Indonesia, bahkan hal ini sudah terjadi
sejak zama pra kemerdekaan. Menurut Puspito & Tim Penyusun (2011: 30-
34), korupsi pada zaman pra kemerdekaan di Indonesia pertama terjadi sejak
masa pemerintahaan kerajaan, hal tersebut ditandai dengan kehancuran
kerajaan-kerajaan besar seperti Sriwijaya, Majapahit, dan Mataram.
Kemudian korupsi berlanjut pada masa kolonial Belanda dengan datangnya
VOC di Indonesia pada tahun 1755. Namun, tidak berhenti disitu saja, pada
zaman pasca kemerdekaan tindak pidana korupsi terus berlanjut di negeri ini,
baik pada masa orde lama, orde baru, reformasi, dan hingga sekarang.
SEJARAH KORUPSI
• Pada era Orde Baru pemberantasan korupsi diatur dalam Undang-Undang Nomor 3
Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.