Anda di halaman 1dari 34

REFERAT

PLASENTA PREVIA
Pembimbing :
dr. Rahmat Saptono, Sp.OG

Oleh : Moren Sahertian, S.Ked (2008-83-016)


BAB I
PENDAHULUAN
Pendahuluan
 Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai kelainan yang
berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau abortus,
sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum.

 Perdarahan antepartum biasanya dibatasi pada perdarahan jalan lahir setelah


kehamilan 22 minggu, walaupun patologi yang sama dapat pula terjadi pada
kehamilan sebelum 22 minggu.

 Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan


plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta
seperti kelainan serviks biasanya tidak terlalu berbahaya

 Perdarahan antepartum tanpa rasa nyeri tanda khas plasenta previa, disertai tanda-
tanda lainnya, seperti bagian terbawah janin belum masuk ke dalam pintu atas
panggul, atau kelainan letak janin
 Plasenta berada pada lokasi yang tidak seharusnya
yaitu di segmen rahim bagian bawah atau dekat
dengan jalan lahir meskipun perkembangan janin
sudah memasuki triwulan ketiga
 klasifikasi klinis perdarahan antepartum dibagi
sebagai berikut:
› plasenta previa
› solusio plasenta
› perdarahan antepartum yang belum jelas sumbernya
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi
 Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta
berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada
segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian
atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri
internal) dan oleh karenanya bagian terendah sering
kali terkendala memasuki Pintu Atas Panggul (PAP)
atau menimbulkan kelainan janin dalam rahim.
 Pada keadaan normal plasenta umumnya terletak di
korpus uteri bagian depan atau belakang agak ke
arah fundus uteri.
Epidemiology
 Plasenta previa lebih banyak terjadi pada kehamilan dengan
paritas tinggi, dan sering terjadi pada usia di atas 30 tahun.
 Uterus yang cacat juga dapat meningkatkan angka kejadian
plasenta previa.
 Pada beberapa Rumah Sakit Umum Pemerintah dilaporkan angka
kejadian plasenta previa berkisar 1,7 % sampai dengan 2,9 %.
 Sedangkan di negara maju angka kejadiannya lebih rendah yaitu
kurang dari 1 % yang mungkin disebabkan oleh berkurangnya
wanita yang hamil dengan paritas tinggi.
 1 dari 200 persalinan, insiden dapat meningkat diantaranya
sekitar 1 dari 20 persalinan pada ibu yang paritas tinggi
Etiologi
 Penyebab implantasinya blastokis pada segman bawah rahim belum
diketahui secara pasti
 Paritas tinggi
 Usia lanjut
 Cacat rahim misalnya bekas bedah sesar
 Kerokan (riwayat abortus)
 Miomektomi
 Perempuan merokok
 Plasenta yang terlalu besar seperti pada kehamilan ganda dan
eristoblasis fetalis bisa menyebabkan pertumbuhan plasenta
melebar ke segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau
seluruh ostium uteri internum
Klasifikasi
Secara umum plasenta previa dapat dibagi menjadi empat, yaitu :
› Plasenta previa totalis
Apabila jaringan plasenta menutupi seluruh ostium uteri
internum.
› Plasenta previa parsialis
Yaitu apabila jaringan plasenta menutupi sebagian ostium uteri
internum.
› Plasenta previa marginalis
Yaitu plasenta yang tepinya terletak pada pinggir ostium uteri
internum.
› Plasenta previa letak rendah
Apabila jaringan plasenta berada kira-kira 3-4 cm di atas
ostium uteri internum, pada pemeriksaan dalam tidak teraba
 Patofisiologi

TIDAK
DIKETAHUI PLASENTA
PREVIA

APH

Hipertrofi
Vaskularisasi desidua tidak
Plasenta
memadai/terganggu
DINDING SBR
TIPIS
& KURANG OTOT

Radang & Atrofi Hipoksemia

Paritas Tinggi
Usia lanjut
Cacat rahim Perokok
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)


Diagnosis
 Anamnesis

 Inspeksi
Dapat dilihat melalui banyaknya darah yang keluar melalui vagina, darah beku, dan
sebagainya. Apabila dijumpai perdarahan yang banyak maka ibu akan terlihat pucat

 Palpasi abdomen
Sering dijumpai kelainan letak pada janin, tinggi fundus uteri yang rendah karena
belum cukup bulan. Juga sering dijumpai bahwa bagian terbawah janin belum turun,
apabila letak kepala, biasanya kepala masih bergoyang, terapung atau mengolak di
atas pintu atas panggul.

 Pemeriksaan inspekulo
Dengan menggunakan spekulum secara hati-hati dilihat dari mana sumber perdarahan,
apakah dari uterus, ataupun terdapat kelainan pada serviks, vagina, varises pecah
 USG ( Ultrasonografi )
 Pemeriksaan radio-isotop
• Plasentografi jaringan lunak
• Sitografi
• Plasentografi indirek
• Arteriografi
• Amniografi
• Radio isotop plasentografi
Diagnosis Banding
Penatalaksanaan
 Ekspektatif
dilakukan apabila janin masih kecil. Sikap ekspektasi tertentu
hanya dapat dibenarkan jika keadaan ibu baik dan
perdarahannya sudah berhenti atau sedikit sekali. Dahulu ada
anggapan bahwa kehamilan dengan plasenta previa harus segera
diakhiri untuk menghindari perdarahan yang fatal.
 Menurut Scearce, (2007) syarat terapi ekspektatif yaitu:
› Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
› Belum ada tanda-tanda in partu.
› Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas
normal).
› Janin masih hidup.
 Terminasi,
dilakukan dengan segera mengakhiri kehamilan
sebelum terjadi perdarahan yang dapat
menimbulkan kematian, misalnya: kehamilan
telah cukup bulan, perdarahan banyak, dan anak
telah meninggal. Terminasi ini dapat dilakukan
dengan 2 cara yaitu:
- Persalinan Pervaginal
- Persalinan Perabdominal
Persalinan Pervaginal
1. Amniotomi ( pemecahan selaput ketuban)
Cara ini merupakan cara yang dipilih untuk melancarkan persalinan
pervaginam. Cara ini dilakukan apabila plasenta previa lateralis, plasenta
previa marginalis, atau plasenta letak rendah, namun bila ada pembukaan.
Pada primigravida telah terjadi pembukaan 4 cm atau lebih. Juga dapat
dilakukan pada plasenta previa lateralis/ marginalis dengan janin yang
sudah meninggal
2. Memasang cunam Willet Gausz
Dilakukan dengan mengklem kulit kepala janin dengan cunam Willet
Gausz. Kemudian cunam diikat dengan menggunakan kain kasa atau tali
yang diikatkan dengan beban kira-kira 50-100 gr atau sebuah batu bata
seperti katrol. Tindakan ini biasanya hanya dilakukan pada janin yang telah
meninggal dan perdarahan yang tidak aktif karena seringkali menimbulkan
perdarahan pada kulit kepala janin.
3. Metreurynter
Cara ini dapat dilakukan dengan memasukkan
kantong karet yang diisi udara dan air sebagai
tampon, namun cara ini sudah tidak dipakai lagi.
4. Versi Braxton-Hicks
Cara ini dapat dilakukan pada janin letak kepala,
untuk mencari kakinya sehingga dapat ditarik keluar.
Cara ini dilakukan dengan mengikatkan kaki dengan
kain kasa, dikatrol, dan juga diberikan beban seberat
50-100 gr.
 Indikasi dilakukannya persalinan
seksio sesarea pada plasenta
previa adalah:
a. Dilakukan pada semua plasenta
previa sentralis, janin hidup atau
meninggal, serta semua plasenta
previa lateralis, posterior, karena
perdarahan yang sulit dikontrol.
b. Semua plasenta pevia dengan
perdarahan yang banyak,
berulang dan tidak berhenti
dengan tindakan yang ada.
c. Plasenta previa yang disertai
dengan panggul sempit, letak
lintang.
Komplikasi
 Komplikasi pada ibu
› Dapat terjadi perdarahan bahkan syok
› Dapat terjadi robekan pada serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh
› Infeksi
 Komplikasi pada janin
› Kelainan letak janin.
› Prematuritas dengan morbiditas dan mortalitas tinggi
› Asfiksia intra uterin sampai dengan kematian
 Asfiksia intra uterin sampai dengan kematian (Manuaba, 2008)
 Plasenta abruptio. Pemisahan plasenta dari dinding rahim
 Laserasi serviks
 Prolaps tali pusar
 Prolaps plasenta
Pencegahan

Tidak ada cara untuk mencegah plasenta previa


karena penyebab pasti dari plasenta previa
belum ditemukan. Yang harus dilakukan adalah
mencoba menghindari faktor – faktor risiko
salah satunya seperti merokok.
Prognosis
 Sekarang lebih baik jika dibandingkan dengan masa
lalu

Hal ini dikarenakan diagnosa yang lebih dini, ketersediaan


transfusi darah, dan infus cairan yang telah ada hampir semua
rumah sakit kabupaten.

 Demikian juga dengan kematian anak mengalami penurunan,


namun masih belum terlepas dari komplikasi kelahiran prematur
baik yang lahir spontan maupun karena intervensi seksio cesarea
 Karenanya kelahiran prematur belum sepenuhnya bisa dihindari
sekalipun tindakan konservatif diberlakukan (Prawirohardjo, 2008)
BAB III
PENUTUP
 Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi
pada tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim
sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir
(ostium uteri internal) dan oleh karenanya bagian terendah
sering kali terkendala memasuki Pintu Atas Panggul (PAP) atau
menimbulkan kelainan janin dalam rahim.

 Plasenta previa lebih banyak terjadi pada kehamilan dengan


paritas tinggi, dan sering terjadi pada usia di atas 30 tahun.
Kejadian plasenta previa terjadi kira-kira 1 dari 200 persalinan,
insiden dapat meningkat diantaranya sekitar 1 dari 20 persalinan
pada ibu yang paritas tinggi.
 Penyebabnya, vaskularisasi desidua yang tidak
memadai, mungkin sebagai akibat dari proses radang
atau atrofi Paritas tinggi, usia lanjut, cacat rahim
misalnya bekas bedah sesar, kerokankarena abortus,
miomektomi, dan sebagainya berperan dalam proses
peradangan dan kejadian atrofi di endometrium
 Pada perempuan perokok dijummpai insidensi plasenta
previa lebih tinggi 2 kali lipat, hipoksemia akibat karbon
monoksida hasil pembakaran rokok menyebabkan
plasenta menjadi hipertrofi sebagai upaya kompensasi.
 Resiko plasenta previa pada wanita dengan umur
35 tahun 2 kali lebih besar dibandingkan dengan
umur < 35. Risiko plasenta previa pada
multigravida 1,3 kali lebih besar dibandingkan
primigravida. Risiko plasenta previa pada wanita
dengan riwayat abortus 4 kali lebih besar
dibandingkan dengan tanpa riwayat abortus.
Riwayat seksio sesaria tidak ditemukan sebagai
faktor risiko terjadinya plasenta previa.
 Secara umum plasenta previa dapat dibagi menjadi empat, yaitu, plasenta previa
totalis, . plasenta previa parsialis, plasenta previa marginalis, plasenta previa letak
rendah.

 Gejala paling khas dari plasenta previa adalah perdarahan pervaginam (yang
keluar melalui vagina) tanpa nyeri yang pada umumnya terjadi pada akhir
triwulan kedua. Ibu dengan plasenta previa pada umumnya asimptomatik (tidak
memiliki gejala) sampai terjadi perdarahan pervaginam. Biasanya perdarahan
awal plasenta previa, pada umumnya hanya berupa perdarahan bercak atau ringan
tidak terlalu banyak dan berwarna merah segar dan pada umumnya berhenti
secara spontan.

 Gejala tersebut, kadang-kadang terjadi pada waktu bangun tidur. Tidak jarang,
perdarahan pervaginam baru terjadi pada saat inpartu. Jumlah perdarahan yang
terjadi, sangat tergantung dari jenis plasenta previa.
 Diagnosis ditegakan memlaui pemeriksaan penunjang yakni dengan
menggunakan USG.
 Terapinya adalah Menurut Mose (2004) penatalaksanaan pada
plasenta previa dapat dibagi dalam 2 golongan,tindakan Eskpektatif
yaitu dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan
hidup di dunia masih kecil baginya. dilakukan dengan segera
mengakhiri kehamilan sebelum terjadi perdarahan yang dapat
menimbulkan kematian, misalnya: kehamilan telah cukup bulan,
perdarahan banyak, dan anak telah meninggal. Cara ini dapat
dilakukan pada janin letak kepala, untuk mencari kakinya sehingga
dapat ditarik keluar. Cara ini dilakukan dengan mengikatkan kaki
dengan kain kasa, dikatrol, dan juga diberikan beban seberat 50-100
gr (Mochtar, 1998).
 Komplikasi terdapat 2 yaitu komplikasi pada ibu
dan komplikasi pada janin.
 Prognosis : Dubia et Bonam
Thank You

Anda mungkin juga menyukai