PLASENTA PREVIA
Pembimbing :
dr. Rahmat Saptono, Sp.OG
Perdarahan antepartum tanpa rasa nyeri tanda khas plasenta previa, disertai tanda-
tanda lainnya, seperti bagian terbawah janin belum masuk ke dalam pintu atas
panggul, atau kelainan letak janin
Plasenta berada pada lokasi yang tidak seharusnya
yaitu di segmen rahim bagian bawah atau dekat
dengan jalan lahir meskipun perkembangan janin
sudah memasuki triwulan ketiga
klasifikasi klinis perdarahan antepartum dibagi
sebagai berikut:
› plasenta previa
› solusio plasenta
› perdarahan antepartum yang belum jelas sumbernya
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta
berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada
segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian
atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri
internal) dan oleh karenanya bagian terendah sering
kali terkendala memasuki Pintu Atas Panggul (PAP)
atau menimbulkan kelainan janin dalam rahim.
Pada keadaan normal plasenta umumnya terletak di
korpus uteri bagian depan atau belakang agak ke
arah fundus uteri.
Epidemiology
Plasenta previa lebih banyak terjadi pada kehamilan dengan
paritas tinggi, dan sering terjadi pada usia di atas 30 tahun.
Uterus yang cacat juga dapat meningkatkan angka kejadian
plasenta previa.
Pada beberapa Rumah Sakit Umum Pemerintah dilaporkan angka
kejadian plasenta previa berkisar 1,7 % sampai dengan 2,9 %.
Sedangkan di negara maju angka kejadiannya lebih rendah yaitu
kurang dari 1 % yang mungkin disebabkan oleh berkurangnya
wanita yang hamil dengan paritas tinggi.
1 dari 200 persalinan, insiden dapat meningkat diantaranya
sekitar 1 dari 20 persalinan pada ibu yang paritas tinggi
Etiologi
Penyebab implantasinya blastokis pada segman bawah rahim belum
diketahui secara pasti
Paritas tinggi
Usia lanjut
Cacat rahim misalnya bekas bedah sesar
Kerokan (riwayat abortus)
Miomektomi
Perempuan merokok
Plasenta yang terlalu besar seperti pada kehamilan ganda dan
eristoblasis fetalis bisa menyebabkan pertumbuhan plasenta
melebar ke segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau
seluruh ostium uteri internum
Klasifikasi
Secara umum plasenta previa dapat dibagi menjadi empat, yaitu :
› Plasenta previa totalis
Apabila jaringan plasenta menutupi seluruh ostium uteri
internum.
› Plasenta previa parsialis
Yaitu apabila jaringan plasenta menutupi sebagian ostium uteri
internum.
› Plasenta previa marginalis
Yaitu plasenta yang tepinya terletak pada pinggir ostium uteri
internum.
› Plasenta previa letak rendah
Apabila jaringan plasenta berada kira-kira 3-4 cm di atas
ostium uteri internum, pada pemeriksaan dalam tidak teraba
Patofisiologi
TIDAK
DIKETAHUI PLASENTA
PREVIA
APH
Hipertrofi
Vaskularisasi desidua tidak
Plasenta
memadai/terganggu
DINDING SBR
TIPIS
& KURANG OTOT
Paritas Tinggi
Usia lanjut
Cacat rahim Perokok
Pemeriksaan Penunjang
Inspeksi
Dapat dilihat melalui banyaknya darah yang keluar melalui vagina, darah beku, dan
sebagainya. Apabila dijumpai perdarahan yang banyak maka ibu akan terlihat pucat
Palpasi abdomen
Sering dijumpai kelainan letak pada janin, tinggi fundus uteri yang rendah karena
belum cukup bulan. Juga sering dijumpai bahwa bagian terbawah janin belum turun,
apabila letak kepala, biasanya kepala masih bergoyang, terapung atau mengolak di
atas pintu atas panggul.
Pemeriksaan inspekulo
Dengan menggunakan spekulum secara hati-hati dilihat dari mana sumber perdarahan,
apakah dari uterus, ataupun terdapat kelainan pada serviks, vagina, varises pecah
USG ( Ultrasonografi )
Pemeriksaan radio-isotop
• Plasentografi jaringan lunak
• Sitografi
• Plasentografi indirek
• Arteriografi
• Amniografi
• Radio isotop plasentografi
Diagnosis Banding
Penatalaksanaan
Ekspektatif
dilakukan apabila janin masih kecil. Sikap ekspektasi tertentu
hanya dapat dibenarkan jika keadaan ibu baik dan
perdarahannya sudah berhenti atau sedikit sekali. Dahulu ada
anggapan bahwa kehamilan dengan plasenta previa harus segera
diakhiri untuk menghindari perdarahan yang fatal.
Menurut Scearce, (2007) syarat terapi ekspektatif yaitu:
› Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
› Belum ada tanda-tanda in partu.
› Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas
normal).
› Janin masih hidup.
Terminasi,
dilakukan dengan segera mengakhiri kehamilan
sebelum terjadi perdarahan yang dapat
menimbulkan kematian, misalnya: kehamilan
telah cukup bulan, perdarahan banyak, dan anak
telah meninggal. Terminasi ini dapat dilakukan
dengan 2 cara yaitu:
- Persalinan Pervaginal
- Persalinan Perabdominal
Persalinan Pervaginal
1. Amniotomi ( pemecahan selaput ketuban)
Cara ini merupakan cara yang dipilih untuk melancarkan persalinan
pervaginam. Cara ini dilakukan apabila plasenta previa lateralis, plasenta
previa marginalis, atau plasenta letak rendah, namun bila ada pembukaan.
Pada primigravida telah terjadi pembukaan 4 cm atau lebih. Juga dapat
dilakukan pada plasenta previa lateralis/ marginalis dengan janin yang
sudah meninggal
2. Memasang cunam Willet Gausz
Dilakukan dengan mengklem kulit kepala janin dengan cunam Willet
Gausz. Kemudian cunam diikat dengan menggunakan kain kasa atau tali
yang diikatkan dengan beban kira-kira 50-100 gr atau sebuah batu bata
seperti katrol. Tindakan ini biasanya hanya dilakukan pada janin yang telah
meninggal dan perdarahan yang tidak aktif karena seringkali menimbulkan
perdarahan pada kulit kepala janin.
3. Metreurynter
Cara ini dapat dilakukan dengan memasukkan
kantong karet yang diisi udara dan air sebagai
tampon, namun cara ini sudah tidak dipakai lagi.
4. Versi Braxton-Hicks
Cara ini dapat dilakukan pada janin letak kepala,
untuk mencari kakinya sehingga dapat ditarik keluar.
Cara ini dilakukan dengan mengikatkan kaki dengan
kain kasa, dikatrol, dan juga diberikan beban seberat
50-100 gr.
Indikasi dilakukannya persalinan
seksio sesarea pada plasenta
previa adalah:
a. Dilakukan pada semua plasenta
previa sentralis, janin hidup atau
meninggal, serta semua plasenta
previa lateralis, posterior, karena
perdarahan yang sulit dikontrol.
b. Semua plasenta pevia dengan
perdarahan yang banyak,
berulang dan tidak berhenti
dengan tindakan yang ada.
c. Plasenta previa yang disertai
dengan panggul sempit, letak
lintang.
Komplikasi
Komplikasi pada ibu
› Dapat terjadi perdarahan bahkan syok
› Dapat terjadi robekan pada serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh
› Infeksi
Komplikasi pada janin
› Kelainan letak janin.
› Prematuritas dengan morbiditas dan mortalitas tinggi
› Asfiksia intra uterin sampai dengan kematian
Asfiksia intra uterin sampai dengan kematian (Manuaba, 2008)
Plasenta abruptio. Pemisahan plasenta dari dinding rahim
Laserasi serviks
Prolaps tali pusar
Prolaps plasenta
Pencegahan
Gejala paling khas dari plasenta previa adalah perdarahan pervaginam (yang
keluar melalui vagina) tanpa nyeri yang pada umumnya terjadi pada akhir
triwulan kedua. Ibu dengan plasenta previa pada umumnya asimptomatik (tidak
memiliki gejala) sampai terjadi perdarahan pervaginam. Biasanya perdarahan
awal plasenta previa, pada umumnya hanya berupa perdarahan bercak atau ringan
tidak terlalu banyak dan berwarna merah segar dan pada umumnya berhenti
secara spontan.
Gejala tersebut, kadang-kadang terjadi pada waktu bangun tidur. Tidak jarang,
perdarahan pervaginam baru terjadi pada saat inpartu. Jumlah perdarahan yang
terjadi, sangat tergantung dari jenis plasenta previa.
Diagnosis ditegakan memlaui pemeriksaan penunjang yakni dengan
menggunakan USG.
Terapinya adalah Menurut Mose (2004) penatalaksanaan pada
plasenta previa dapat dibagi dalam 2 golongan,tindakan Eskpektatif
yaitu dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan
hidup di dunia masih kecil baginya. dilakukan dengan segera
mengakhiri kehamilan sebelum terjadi perdarahan yang dapat
menimbulkan kematian, misalnya: kehamilan telah cukup bulan,
perdarahan banyak, dan anak telah meninggal. Cara ini dapat
dilakukan pada janin letak kepala, untuk mencari kakinya sehingga
dapat ditarik keluar. Cara ini dilakukan dengan mengikatkan kaki
dengan kain kasa, dikatrol, dan juga diberikan beban seberat 50-100
gr (Mochtar, 1998).
Komplikasi terdapat 2 yaitu komplikasi pada ibu
dan komplikasi pada janin.
Prognosis : Dubia et Bonam
Thank You