Anda di halaman 1dari 64

ASUHAN KEPERAWATAN

GERONTIK

Ns. Rina Herniyanti, M.Kep

Website : STIKes.payungnegeri.ac.id
FB : Ners STIKes Payung Pekanbaru
IG : ners_stikes_pn
KONSEP KEPERAWATAN
GERONTIK
O Keperawatan gerontik adalah suatu bentuk pelayanan
profesional yang didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik
keperawatan yang bersifat konprehensif terdiri dari bio-
psiko-sosial-spritual dan kultural yang holistik, ditujukan
pada klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada
tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
(UU RI No.38 tahun 2014).

Website : STIKes.payungnegeri.ac.id
FB : Ners STIKes Payung Pekanbaru
IG : ners_stikes_pn
FOKUS KEPERAWATAN
GERONTIK
PENINGKATAN KESEHATAN (HEALTH
PROMOTION)

PENCEGAHAN PENYAKIT (PREVENTIF)

MENGOPTIMALKAN FUNGSI MENTAL

MENGATASI GANGGUAN KESEHATAN YANG


UMUM
TUJUAN KEPERAWATAN
GERONTIK
1. Lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari–hari secara
mandiri dan produktif.
2. Mempertahankan kesehatan serta kemampuan lansia
seoptimal mungkin.
3. Membantu mempertahankan dan meningkatkan semangat
hidup lansia (Life Support).
4. Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita
penyakit (kronis atau akut).
5. Memelihara kemandirian lansia yang sakit seoptimal
mungkin.
CARE PROVIDER

COLLABORATOR EDUKATOR

CASE MANAGER MOTIVATOR


PERAN
PERAWA
T
GERONTI
K

RESEARCHER ADVOKATOR

CONSULTANT KONSELOR
Tanggung Jawab Perawat Gerontik

1. Membantu klien lansia memperoleh


kesehatan secara optimal
2. Membantu klien lansia untuk memelihara
kesehatannya
3. Membantu klien lansia menerima kondisinya
4. Membantu klien lansia menghadapi ajal
dengan diperlakukan secara manusiawi
sampai dengan meninggal.
PROSES KEPERAWATAN

Evaluasi Pengkajian
• evaluasi
• pengumpulan
pencapaian
tujuan data, validasi dan
pencatatan
Implementasi Dx Kep.
• analisa
• Observasi/monitoring
Perencanaan data,merumus
• Terapi Keperawatan kan dx :
• Penkes •Aktual
• Kolaborasi •NOC • Risiko
• Potensial
• NIC
1. PENGKAJIAN
O Pengkajian keperawatan pada lansia adalah suatu
tindakan peninjauan situasi lansia untuk memperoleh
data dengan maksud menegaskan situasi penyakit,
diagnosis masalah, penetapan kekuatan dan kebutuhan
promosi kesehatan lansia. Data yang dikumpulkan
mencakup data subyektif dan data obyektif meliputi data
bio, psiko, sosial, dan spiritual, data yang berhubungan
dengan masalah lansia serta data tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi atau yang berhubungan dengan
masalah kesehatan lansia seperti data tentang keluarga
dan lingkungan yang ada.
1. PENGKAJIAN
O Tujuan melakukan pengkajian adalah menentukan
kemampuan klien dalam memelihara diri sendiri,
melengkapi data dasar untuk membuat rencana
keperawatan, serta memberi waktu pada klien untuk
berkomunikasi. Pengkajian ini meliputi aspek fisik,
psikis, sosial, dan spiritual dengan melakukan
kegiatan pengumpulan data melalui wawancara,
observasi dan pemeriksaan CGA (comprehensive
geriatric assesment)
DATA PENGKAJIAN
1. Perubahan Fisik
2. Perubahan Psikologis
3. Perubahan Sosial Ekonomi
4. Perubahan Spiritual
5. Pengkajian khusus pada lansia
Pengkajian pada lansia
Pada prinsip nya sama dengan pengkajian pada pasien
dengan tahap tumbuh kembang lainnya, namun terdapat
beberapa pengkajian spesifik/ khusus lansia, yaitu:
O Pengkajian status fungsional: Indeks KATZ, Barthel
Indeks, Sullivan Indeks Katz
O Pengkajian status kognitif/ afektif: Pengkajian short
portable status questionner (SPMSQ), Mini Mental State
Exam (MMSE), Inventaris Depresi Beck (IDB), Geriatric
Depression Scale (GDS).
O Pengkajian fungsi sosial: APGAR Keluarga
O Pengkajian lainnya; Resiko Jatuh  Functional reach test
(FR), the Timed UP and Go (TUG) test
1. Pengkajian Status Fungsional
O Pengkajian status fungsional ini meliputi
pengukuran kemampuan seseorang dalam
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari,
penentuan kemandirian, mengidentifikasi
kemampuan dan keterbatasan klien, serta
menciptakan pemilihan intervensi yang tepat
O Melakukan pemeriksaan dengan instrumen
tertentu untuk membuat penilaian secara objektif.
1. Pengkajian Status Fungsional
O Instrumen yang biasa digunakan dalam pengkajian
status fungsional adalah :
1. Indeks Katz
2. Barthel Indeks
3. Sullivan Indeks Katz
O Alat ini digunakan untuk menentukan hasil tindakan
dan prognosis pada lansia dan penyakit kronis.
1. Pengkajian Status Fungsional
O Lingkup pengkajian meliputi keadekuatan 6 fungsi
yaitu :
1. Mandi
2. Berpakaian
3. Toileting
4. Berpindah
5. Kontinen
6. Makan
A. Indeks Katz
O Pengkajian Indeks Katz merupakan pengukuran
kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari secara mandiri untuk
menentukan hasil tindakan dan prognosis pada lanjut
usia dan penyakit kronis.
O Indeks Katz meliputi keadekuatan pelaksanaan dalam
enam fungsi seperti mandi, berpakaian, toileting,
berpindah, kontinen, dan makan.
O Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan,
atau bantuan pribadi aktif.
Tujuan
Pengkajian Indeks Katz ini bertujuan untuk :
1. Mengidentifikasi kemampuan dan keterbatasan klien
serta menciptakan pemilihan intervensi yang tepat
dan
2. Menggambarkan tingkat fungsional klien (mandiri
atau tergantung) dan secara objektif mengukur efek
tindakan yang diharapakan untuk memperbaiki
fungsi
Kriteria Indeks Katz
A: Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke
kamar kecil, berpakaian, mandi
B: Kemandirian dalam semua hal, kecuali satu dari fungsi
tersebut
C: Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi
tambahan
D: Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian dan
satu fungsi tambahan
E: Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar kecil, dan satu fungsi tambahan
F: Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar kecil, berpindah, dan satu fungsi tambahan
G: Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut
Lain-lain: Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
diklasifikasikan sebagai C,D,E atau F
B. Barthel Indeks
O Pengkajian Barthel Indeks merupakan pengukuran
kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari secara mandiri untuk
menentukan hasil tindakan dan prognosis pada
lanjut usia dan penyakit kronis.
O Barthel Indeks meliputi keadekuatan pelaksanaan
dalam enam fungsi seperti mandi, berpakaian,
toileting, berpindah, kontinen, dan makan.
O Kemandirian berarti tanpa pengawasan,
pengarahan, atau bantuan pribadi aktif
Tujuan
Pengkajian Barthel Indeks ini bertujuan untuk:
O Mengidentifikasi kemampuan dan
keterbatasan klien serta menciptakan
pemilihan intervensi yang tepat dan
O Menggambarkan tingkat fungsional klien
(mandiri atau tergantung) dan secara objektif
mengukur efek tindakan yang diharapakan
untuk memperbaiki fungsi
Barthel Indeks
2. Pengkajian Status Kognitif /
Afektif
O Pengkajian status kognitif / afektif merupakan pemeriksaan status
mental sehingga dapat memberikan gambaran perilaku dan
kemampuan mental dan fungsi intelektual.
O Pengkajian status mental ditekankan pada pengkajian tingkat
kesadaran, perhatian, keterampilan berbahasa, ingatan interpretasi
bahasa, keterampilan menghitung dan menulis, serta kemampuan
konstruksional.
O Pengkajian ini meliputi :
1. Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
2. Mini Mental State Exam (MMSE)
3. Inventaris Depresi Beck (IDB)
4. Geriatric Depression Scale (GDS).
A. SPMSQ (short portable status questionner)

O Pengkajian ini digunakan untuk mendeteksi adanya


tingkat kerusakan intelektual.
O intelektual dapat diuji melalui 10 pertanyaan yang
berkenan dengan orientasi, riwayat pribadi, memori
dalam hubungannya dengan kemampuan perawatan
diri, memori jauh, dan kemampuan matematis atau
perhitungan.
O Penilaian dalam pengkajian SPMSQ adalah nilai 1
jika rusak / salah, dan nilai 0 jika tidak rusak/ benar
SPMSQ
B. MMSE (Mini Mental State Exam)

O Pengkajian Mini Mental State Exam (MMSE)


merupakan pemeriksaan status mental untuk menguji
aspek kognitif dari fungsi mental yaitu orientasi,
registrasi, perhatian dan kalkulasi, mengingat kembali,
dan Bahasa.
O Pemeriksaan MMSE ini bertujuan untuk melengkapi
dan menilai, tetapi tidak dapat digunakan untuk tujuan
diagnostik.Pemeriksaan MMSE ini berguna untuk
mengkaji kemajuan klien.
MMSE
C. IDB (Inventaris Depresi Beck)
O Merupakan alat ukur status afektif yg digunakan untuk
membedakan jenis depresi yang mempengaruhi suasana hati.
O Berisikan 21 karakteristik : alam perasaan,pesimisme, rasa
kegagalan, kepuasan, rasa bersalah, rasa terhukum,
kekecewaan terhadap seseorang, kekerasan terhadap diri
sendiri, keinginan untuk menghukum diri sendiri, keinginan
untuk menangis, mudah tersinggung, menarik diri,
ketidakmampuan membuat keputusan, gambaran tubuh,
gangguan tidur, kelelahan, gangguan selera makan,
kehilangan berat badan.
O Selain itu, juga berisikan 13 hal tentang gejala dan sikap
yang berhubungan dengan depresi.
D. GDS (Geriatric Depression
Scale)
O Merupakan instrumen yang disusun secara khusus untuk
memeriksa depresi.
O Instrument terdiri atas 30 atau 15 pertanyaan dengan jawaban YA
atau TIDAK
O Beberapa nomor jawaban YA dicetak tebal, dan beberapa nomor
yang lain jawaban TIDAK dicetak tebal.
O Jawaban yang dicetak TEBAL mempunyai nilai 1 apabila dipilih.
O Instrumen GDS dengan 30 item pertanyaan disebut GDS Long
Version.
O Instrumen GDS dengan 15 item pertanyaan disebut GDS Short
Version
3. Pengkajian Fungsi sosial
O Pengkajian fungsi sosial ini lebih ditekankan kepada
hubungan lansia dengan keluarga sebagai peran
sentralnya dan informasi tentang jaringan pendukung.
O Hal ini penting dilakukan karena perawatan jangka
panjang membutuhkan dukungan fisik dan emosional
dari keluarga
O Pengkajian aspek fungsi sosial dapat dilakukan dengan
menggunakan alat skrining singkat untuk mengkaji
fungsi sosial lenjut usia, yaitu APGAR KELUARGA
(Adaptation, Partnership, Growth, Affection,
Resolve).
APGAR KELUARGA
1. Saya puas bisa kembali pada keluarga saya untuk membantu pada
waktu sesuatu menyusahkan saya (adaptasi)
2. Saya puas dengan cara keluarga saya membicarakan sesuatu dan
mengungapkan masalah dengan saya (hubungan)
3. Saya puas bahwa keluarga saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan aktivitas (pertumbuhan)
4. Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan afek dan
berespons terhadap emosi saya, seperti marah, sedih atau mencintai
(afek)
5. Saya puas dengan cara teman saya dan saya menyediakan waktu
bersama-sama
O Penilaian : Pertanyaan yg dijawab: Selalu (poin 2), kadang-kadang
(poin 1), hampir tidak pernah (poin 0 )
O Interpretasi: 0-3 (disfungsi keluarga sangat tinggi), 4-6 (disfungsi
keluarga sedang), 7-10 (Fungsi keluarga baik)
Pengkajian Resiko Jatuh
OTerdiri dari :
1. Fungtional Reach Test (FR
Test)
2. The Timed Up and GO Test
(TUG Test)
1. Fungtional Reach Test (FR Test)

O Salah satu test screening faal pada lansia untuk


mengukur jarak maksimal lansia mampu
melampaui panjang lengan sambil
mempertahankan posisi berdiri.
O Fungtional Reach (FR) ini berguna untuk
mendeteksi resiko jatuh pada lansia dan
mkengajarkan lansia untuk mencapai jarak aman
pada posisi berdiri tanpa jatuh
INTERPRETASI FUNGTIONAL
REACH (FR) TEST

O Hasil ukur:
Umur 41- 69: laki- laki 38 cm, wanita 35 cm
Umur 70- 87; laki- laki 33 cm dan wanita 27 cm
Jika hasil ukur dibawah 15 cm, pasien diprediksi resiko
jatuh
Prosedur
1. Minta pasien berdiri disisi tembok dengan tangan
direntangkan kedepan
2. Beri tanda letak tangan ke I
3. Minta pasien condong kedepan tanpa melangkah
selama 1-2 menit dengan tangan direntangkan
kedepan
4. Beri tanda letak tangan ke II pada posisi condong
5. Ukur jarak antara tanda tangan I dan II
2. The Timed Up and Go (TUG)
Test

O Salah satu screening faal untuk menguji kemampuan


lansia dalam menjaga keseimbangan dalam posisi
duduk dan berdiri
O Tujuan The Timed Up and GO (TUG) Test ini adalah
untuk medndeteksi resiko jatuh pada lansia dan mealtih
lansia untuk menjaga keseimbangan tubuh
INTERPRETASI THE TIMED UP
AND GO (TUG) TEST
O Jika lama waktu yang dibutuhkan pasien ≤ 10
detik : Resiko Jatuh Rendah
O Jika lama waktu yang dibutuhkan pasien 11-19
detik : Resiko Jatuh Sedang
O Jika lama waktu yang dibutuhkan 20-29
detik : Resiko Jatuh Tinggi
O Jika lama waktu yang dibutuhkan ≥ 30 detik :
Gangguan Mobilitas (Resiko Jatuh Sangat
Tinggi)
Prosedur
O Minta pasien untuk duduk dikursi terlebih
dahulu
O Minta pasien untuk berdiri dari kursi dan
berjalan 10 langkah (3 meter), dan kembali
lagi ke kursi
O Ukur waktu dalam detik
2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
GERONTIK
O Diagnosis keperawatan adalah “ Clinical Judgment”
yang berfokus pada respon manusia terhadap kondisi
kesehatan atau proses kehidupan atau kerentanan
(vulnerability) baik pada individu, keluarga, kelompok
atau komunitas (NANDA, 2015-2017).
O diagnosis keperawatan gerontik adalah keputusan
klinis yang berfokus pada respon lansia terhadap
kondisi kesehatan atau kerentanan tubuhnya baik
lansia sebagai individu, lansia di keluarga maupun
lansia dalam kelompoknya.
KATEGORI DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
1. AKTUAL
2. RISIKO
3. SEHAT DAN SEJAHTERA (POTENSIAL)
4. SINDROM
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
AKTUAL
O Diagnosis berfokus pada masalah (diagnosis
aktual) adalah clinical judgment yang
menggambarkan respon yang tidak diinginkan
klien terhadap kondisi kesehatan atau proses
kehidupan baik pada individu, keluarga,
kelompok dan komunitas. Hal ini didukung
oleh batasan karakteristik kelompok data yang
saling berhubungan.
CONTOH DIAGNOSA AKTUAL
O Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh,
O gangguan pola nafas,
O gangguan pola tidur,
O Inkontinensia Urin
O disfungsi proses keluarga,
O ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik
keluarga
O Gangguan proses keluarga
O Kelemahan mobilitas fisik
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
RISIKO
O Adalah clinical judgment yang menggambarkan
kerentanan lansia sebagai individu, keluarga,
kelompok dan komunitas yang memungkinkan
berkembangnya suatu respon yang tidak
diinginkan klien terhadap kondisi
kesehatan/proses kehidupannya. Setiap label
dari diagnosis risiko diawali dengan frase:
“risiko” (NANDA, 2014).
CONTOH DIAGNOSIS RISIKO
O Risiko kekurangan volume cairan,
O Risiko terjadinya infeksi,
O Risiko intoleran aktifitas,
O Risiko ketidakmampuan menjadi orang tua,
O Risiko distress spiritual
O Risiko terjadinya disfungsi keluarga
O Risiko penurunan koping keluarga
O Risiko trauma fisik pada lansia pada kelompok
lansia di….
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
SEHAT DAN SEJAHTERA
O Adalah Clinical judgement yang menggambarkan
motivasi dan keinginan untuk meningkatkan
kesejahteraan dan untuk mengaktualisasikan
potensi kesehatan pada individu, keluarga,
kelompok atau komunitas. Respon dinyatakan
dengan kesiapan meningkatkan perilaku kesehatan
yang spesifik dan dapat digunakan pada seluruh
status kesehatan. Setiap label diagnosis promosi
kesehatan diawali dengan frase: “Kesiapan
meningkatkan”…… (NANDA, 2014).
CONTOH
O Kesiapan meningkatkan nutrisi,
O Kesiapan meningkatkan komunikasi,
O Kesiapan untuk meningkatkan kemampuan
pembuatan keputusan,
O Kesiapan meningkatkan pengetahuan,
O Kesiapan meningkatkan religiusitas
O Kesiapan meningkatkan komunikasi keluarga
O Kesiapan meningkatkan pembuatan keputusan
keluarga
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
SINDROM
O Adalah clinical judgement yang menggambarkan
suatu kelompok diagnosis keperawatan yang terjadi
bersama, mengatasi masalah secara bersama dan
melalui intervensi yang sama. Sebagai contoh adalah
sindrom nyeri kronik menggambarkan sindrom
diagnosis nyeri kronik yang berdampak keluhan
lainnya pada respon klien, keluhan tersebut biasanya
diagnosis gangguan pola tidur, isolasi sosial,
kelelahan, atau gangguan mobilitas fisik. Kategori
diagnosis sindrom dapat berupa risiko atau masalah.
CONTOH
O Sindrom kelelahan lansia,
O Sindrom tidak berguna,
O Sindrom post trauma,
O Sindrom kekerasan.
INTERVENSI KEPERAWATAN
O Perencanaan keperawatan gerontik adalah suatu proses penyusunan
berbagai intervensi keperawatan yang berguna untuk untuk
mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah-masalah lansia.
O Perawat memerlukan berbagai pengetahuan dan keterampilan
diantaranya pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan klien,
nilai dan kepercayaan klien, batasan praktek keperawatan, peran dari
tenaga kesehatan lainnya. Pengetahuan dan keterampilan lain yang
harus dimiliki perawat adalah kemampuan memecahkan masalah,
kemampuan mengambil keputusan, kemampuan menulis tujuan
serta memilih dan membuat strategi keperawatan yang aman dalam
memenuhi tujuan, menulis intruksi keperawatan serta kemampuan
dalam melaksanakan kerja sama dengan perangkat kesehatan lain.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
O Pelaksanaan tindakan merupakan langkah keempat
dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan
berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan),
strategi ini terdapat dalam rencana tindakan
keperawatan. Tahap ini perawat harus mengetahui
berbagai hal, diantaranya bahaya-bahaya fisik dan
pelindungan pada lansia, teknik komunikasi,
kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman
tentang hak-hak dari lansia dan memahami tingkat
perkembangan lansia. Pelaksanaan tindakan gerontik
diarahkan untuk mengoptimalkan kondisi lansia agar
mampu mandiri dan produktif.
EVALUASI KEPERAWATAN
O Penilaian dalam keperawatan merupakan kegiatan
dalam melaksanakan rencana tindakan yang telah
ditentukan, kegiatan ini untuk mengetahui
pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan
mengukur hasil dari proses keperawatan.
O Penilaian keperawatan adalah mengukur
keberhasilan dari rencana, dan pelaksanaan
tindakan keperawatan dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan lansia.
Beberapa kegiatan yang harus diikuti
oleh perawat ketika evaluasi
O Mengkaji ulang tujuan klien dan kriteria hasil
yang telah ditetapkan,
O Mengumpulkan data yang berhubungan
dengan hasil yang diharapkan,
O Mengukur pencapaian tujuan,
O Mencatat keputusan atau hasil pengukuran
pencapaian tujuan,
O Melakukan revisi atau modifikasi terhadap
rencana keperawatan bila perlu.
Manfaat Evaluasi Keperawatan
O Menentukan perkembangan kesehatan klien
O Menilai efektifitas, efisiensi dan produktifitas
asuhan keperawatan yang diberikan,
O Menilai pelaksanaan asuhan keperawatan,
O Sebagai umpan balik untuk memperbaiki atau
menyusun siklus baru dalam proses
O keperawatan,
O Menunjang tanggung gugat dan tanggung jawab
dalam pelaksanaan keperawatan
Jenis Evaluasi
Evaluasi Struktur

Evaluasi Proses

Evaluasi Hasil
Evaluasi Struktur
O Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan
tata cara atau keadaan sekeliling tempat
pelayanan keperawatan diberikan. Aspek
lingkungan secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi dalam pemberian pelayanan.
Persediaan perlengkapan, fasilitas fisik, rasio
perawat-klien, dukungan administrasi,
pemeliharaan dan pengembangan kompetensi
staf keperawatan dalam area yang diinginkan.
Evaluasi Proses
O Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja
perawat, dan apakah perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan merasa
cocok, tanpa tekanan, dan sesuai wewenang.
Area yang menjadi perhatian pada evaluasi
proses mencakup jenis informasi yang didapat
pada saat wawancara dan pemeriksaan fisik,
validasi dari perumusan diagnosa keperawatan,
dan kemampuan tehnikal perawat
Evaluasi Hasil
O Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien.
Respons perilaku lansia merupakan pengaruh dari
intervensi keperawatan dan akan terlihat pada
pencapaian tujuan dan kriteria hasil.
O Evaluasi formatif dilakukan sesaat setelah perawat
melakukan tindakan pada lansia.
O Evaluasi hasil/sumatif: menilai hasil asuhan
keperawatan yang diperlihatkan dengan perubahan
tingkah laku lansia setelah semua tindakan keperawatan
dilakukan. Evaluasi ini dilaksanakan pada akhir
tindakan keperawatan secara paripurna.
OSEMOGA BERHASIL
ODALAM
MELAKSANAKAN
OPROFESI NERS

Anda mungkin juga menyukai