Anda di halaman 1dari 14

III.

Unsur-unsur Kredit

• Kredit diberikan atas dasar kepercayaan, sehingga pemberian kredit adalah pemberian kepercayaan. Berarti bahwa prestasi yang diberikan benar-benar diyakini dapat
dikembalikan oleh penerima kredit sesuai dengan waktu dan syarat-syarat yang telah disepakati bersama.

• Untuk itu, unsur-unsur dalam kredit adalah sbb. :


1. Adanya orang atau badan yang memiliki uang, barang atau jasa yang bersedia
untuk meminjamkan kepada pihak lain. Orang atau badan demikian lazim disebut
KREDITUR.
2. Adanya pihak yang membutuhkan / meminjam uang, barang atau jasa. Pihak ini
lazim disebut DEBITUR.
3. Adanya kepercayaan dari kreditur terhadap debitur.
4. Adanya janji dan kesanggupan membayar dari debitur kepada kreditur.
5. Adanya perbedaan waktu yaitu perbedaan antara saat penyerahan uang, barang atau jasa oleh
kreditur dengan pada saat pembayaran kembali dari debitur.
6. Adanya risiko yaitu sebagai akibat dari adanya unsur perbedaan waktu seperti di atas, dimana
dimasa yang akan datang merupakan sesuatu yang belum pasti, maka kredit itu pada dasarnya
mengandung risiko. Risiko tersebut berasal dari bermacam-macam sumber, termasuk
didalamnya penurunan nilai uang karena inflasi dsb.
7. Adanya bunga yang harus dibayar oleh debitur kepada kreditur (walaupun ada kredit yang tidak
berbunga)

2
IV. Tahapan Kredit

• Secara umum tahapan pemberian kredit adalah sbb. :


1. Persiapan Kredit (credit preparation)
2. Analisis atau Penilaian Kredit (credit
analysis / credit appraisal)
3. Keputusan Kredit (credit decision)
4. Pelaksanaan dan Administrasi Kredit
(credit realization dan credit administration)
5. Supervisi kredit dan Pembinaan Debitur
(credit supervision dan follow up)

3
IV. Tahapan Kredit

1. PERSIAPAN KREDIT

Adalah kegiatan tahap permulaan dengan maksud untuk saling mengetahui informasi dasar antara calon
debitur dengan bank, terutama calon debitur yang baru pertama kali akan mengajukan kredit kepada bank
ybs., biasanya dilakukan melalui wawancara atau cara-cara lain.

Informasi umum yang dikemukakan oleh pihak bank antara lain tentang : Prosedur / tata cara pengajuan
kredit serta syarat-syarat untuk memperoleh fasilitas kredit serta tugas utama bank ybs., yaitu sektor-sektor
usaha apa saja yang bisa dibiayai oleh bank ybs.

Dari pihak calon debitur diharapkan adanya informasi secara garis besar tentang antara lain : keadaan
usaha calon debitur, surat-surat essensial perusahaan (surat-surat ijin perusahaan, pengurus / pemilik
perusahaan, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan perusahaan, seperti neraca , laporan Laba/rudi dll.),
jaminan / agunan yang akan diberikan.

4
IV. Tahapan Kredit
Hasil dari informasi dan atau wawancara dengan calon debitur tersebut dapat digambarkan
atau disimpulkan sementara apakah permohonan kredit calon debitur tersebut dapat dilanjutkan
atau tidak. Apabila permohonan kredit ditindaklanjuti, maka pihak bank akan mempersiapkan
segala sesuatu administrasi permohonan kredit yang diperlukan untuk proses lebih lanjut.
Sedangkan apabila disimpulkan bahwa pengajuan kredit calon debitur tidak dapat dilanjutkan,
maka sebaiknya pihak bank segera memberikan jawaban yang baik bahwa pengajuan kredit
dimaksud belum bisa diproses lebih lanjut.
Untuk pengajuan kredit yang jumlahnya relatif besar, sebelum sampai kepada pembahasan
yang lebih mendetail, terlebih dahulu diadakan identifikasi untuk pengenalan yang tertuang
dalam laporan pengenalan proyek (Project Identification Report).

5
IV. Tahapan Kredit
2. TAHAP ANALISIS KREDIT

Tahap ini adalah tahap untuk penilaian yang lebih mendalam tentang keadaan usaha atau proyek dari pemohon kredit.
Penilaian tersebut meliputi berbagai aspek, yang pada umumnya meliputi antara lain :

a. Aspek Manajemen dan Organisasi (Management & Organization)

Aspek ini pada dasarnya membahas tentang siapa calon debitur,khususnya tentang jiwa kewiraswastaan calon
debitur dan keahlian tentang bidang usahanya. Sedangkan dari sisi organisasi,bagaimana struktur organisasi
dalam menjalankan usahanya, cukup jelas dan efisien tidak dan bagaimana kemampuannya untuk
menggerakan organisasi usahanya.

b. Aspek Pemasaran (Marketing)

Aspek ini membahas tentang bagaimana barang dan atau jasa yang dihasilkannya atau diperdagangkannya
harus mempunyai prospek pemasaran yang baik, antara lain, baik dilihat dari segi konsumen, jumlahnya,
pesaingnya, cara penjualannya (tunai, kredit - berapa lama) , maupun penebaran / distribusi daerahnya.

6
IV. Tahapan Kredit
c. Aspek Teknis (Technical)

Aspek ini membahas tentang antara lain : lokasi tempat usaha, peralatan atau tehnologi yang
digunakan baik, kapasitas maupun jenisnya serta proses produksi, hendaknya efektif dan efisien
dalam arti masih memberikan keuntungan yang cukup bagi perusahaan. Selain itu juga
membahas untuk pembelian dan ketersediaan bahan baku, dengan cara tunai atau kredit –
berapa lama sedangkan untuk pembelian barang-barang produksi (mesin dll atau konstruksi
bangunan) termasuk dibahas bagaimana cara memperolehnya tunai atau kredit dan bagaimana
angsurannya, didapat dari lokal / dalam negeri atau import. Selain itu faktor tenaga kerja juga
menjadi perhatian, khususnya untuk tenaga-tenaga ahli.

7
IV. Tahapan Kredit
d. Aspek Keuangan (Financial)

Aspek ini membahas tentang catatan-catatan / laporan dan ratio ratio keuangan
usaha / perusahaan, sehingga tercermin fundamental keuangan usaha
/perusahaan calon debitur (baik pada saat ini maupun perkiraan saat yang akan
datang). Dari perhitungan keuangan tersebut akan tercermin mampu tidak
usaha / perusahaan debitur untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya, baik
untuk pengembalian pokok pinjaman maupun bunganya dalam waktu yang wajar.
Disamping itu perusahaan harus mampu untuk mendapatkan laba yang cukup
wajar agar
usaha / perusahaan terus lebih berkembang

8
IV. Tahapan Kredit
e. Aspek Yuridis / Hukum (Legal)

Aspek ini membahas antara lain tentang : Ijin-ijin dan kepemilikan usaha calon
debitur, bentuk usaha calon debitur, surat-surat bukti pemilikan jaminan / agunan
yang diperlukan dan cara-cara pengikatan kredit dan jaminan / agunan. Pada
prinsipnya usaha / perusahaan calon debitur sudah memenuhi sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku.

f. Aspek Sosial Ekonomi (Social and Economic)

Aspek ini membahas tentang antara lain bagaimana dampak usaha / perusahaan
tersebut terhadap lingkungan, khususnya dampaknya terhadap pertumbuhan
ekonomi dilingkungan usaha / perusahaan, seperti penyerapan tenaga kerja,
sedapat mungkin tidak merusak atau mengganggu keadaan lingkungan hidup
seperti pencemaran limbah dsb. (dilihat dari analisis mengenai dampak atas
lingkungan / AMDAL).

9
IV. Tahapan Kredit
Pembahasan tentang aspek-aspek tersebut sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha pemohon kredit itu layak untuk diberi
bantuan kredit atau tidak.

3. TAHAP KEPUTUSAN KREDIT

Atas dasar laporan hasil analisis kredit, melalui seorang pejabat pemutus kredit yang ditunjuk atau pemimpin bank maupun berupa satu
komite dengan anggota lebih dari satu orang pejabat sesuai dengan yang tertuang dalam Kebijakan Perkreditan Bank (KPB), memutuskan
apakah permohonan kredit tersebut layak untuk diberi kredit atau tidak. Perihal Pemutus Kredit ini, kewenangannya antara pejabat yang
satu dengan yang lainnya berbeda, tergantung tingkat jabatannya, kedudukannya serta pangkat dari pejabat pemutus kredit.
Dalam hal kredit tersebut tidak layak menurut penilaian bank (berarti ditolak), maka bank harus segera memberikan surat penolakan secara
tertulis dengan disertai beberapa alasan dengan baik namun cukup dimengerti dan jelas. Sebaliknya apabila permohonan kredit tersebut
dianggap layak bagi bank (berarti permohonan kredit dikabulkan), maka pihak bank juga harus segera membuat surat keputusan kredit yang
biasanya disertai dengan beberapa persyaratan
tertentu.
Surat Keputusan Kredit tersebut biasanya berisi antara lain sbb. : Nama dan alamat Pemohon, Jumlah Kredit, Jenis Kredit (Modal Kerja dan
atau Investasi), Tujuan kredit, Jangka Waktu Kredit, Tingkat Suku Bunga Kredit, Cara Penarikan Kredit, Cara Pengembalian Kredit, Jaminan
yang diberikan beserta nilai jaminannya, Cara Pengikatan jaminan serta syarat-syarat lainnya bila ada.

10
IV. Tahapan Kredit
4. TAHAP PELAKSANAAN dan ADMINISTRASI / TATA USAHA KREDIT

4.1. TAHAP PELAKSANAAN KREDIT


Setelah calon debitur mempelajari dan menyetujui isi keputusan kredit serta Bank telah
menerima dan meneliti semua persyaratan kredit dari calon debitur, terutama surat-surat asli
bukti jaminan serta syarat-syarat yang lainnya, seperti copy : essensial perusahaan, NPWP dan bukti-bukti
pembayaran pajak dll., maka kedua belah pihak (Bank dan Debitur) menandatangani perjanjian kredit serta
syarat-syarat umum pemberian kredit, beserta lampiran-lampirannya, yang berupa antara lain : pengikatan
jaminan / agunan, baik berupa Hak Tanggungan, Fiducia, Promes / Aksep (surat janji membayar), dsb.
Penandatanganan perjanjian kredit dan lampiran-lampirannya bisa dilaksanakan secara di bawah tangan atau
secara Notariil.

4.2. TAHAP ADMINISTRASI KREDIT


Dalam tahap administrasi / penatausahaan kredit ini, maka kredit yang telah direalisasi, baik yang telah ditarik
oleh debitur maupun yang belum ditarik,segera dibukukan dengan mengacu kepada Pedoman Akutansi
Perbankan Indonesia (PAPI) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia bekerjasama dengan Ikatan Akuntan
Indonesia.
Disamping itu, tentunya dilaksanakan juga pembukuan secara benar dan baik. Pada tahap ini dilaksanakan
pula pengarsipan (filing) terhadap antara lain : berkas-berkas kredit debitur yang menyangkut, pelaporan,
pencatatan data / informasi debitur serta penyimpanan berkas-berkas jaminan kredit.

11
IV. Tahapan Kredit
5. TAHAP SUPERVISI KREDIT dan PEMBINAAN DEBITUR

5.1. Pengertian Supervisi Kredit dan Pembinaan Debitur

Supervisi / Pengawasan / Pengendalian kredit dan Pembinaan Debitur pada dasarnya


adalah upaya pengamanan kredit yang telah diberikan oleh bank dengan jalan terus
memantau / memonitor dan mengikuti jalannya perusahaan (secara langsung atau tidak
langsung), serta memberikan saran / nasihat dan konsultasi agar perusahaan / debitur
berjalan dengan baik sesuai dengan rencana, sehingga pengembalian kredit akan berjalan
dengan baik pula.

Mengapa kredit harus disupervisi dan debitur harus dibina ?


Pada dasarnya jawabannya terletak pengertian tersebut di atas, yaitu agar kredit berjalan
dengan baik sesuai dengan rencana. Untuk itu dalam perjalanan kredit, diperlukan saran,
pendapat dan tindakan-tindakan korektif dalam rangka pembinaan kepada debitur.
Sebagaimana dimaklumi, bahwa supervisi kredit dan pembinaan debitur merupakan tahap
terakhir dari siklus kredit dan sekaligus merupakan tahap yang paling kritis dan sulit, apalagi
kalau kondisi usaha debitur kurang menguntungkan / menggembirakan. Hal ini karena pada
tahap-tahap sebelumnya, bank belum melibatkan uang dalam pembiayaan usaha debitur,
sedangkan pada tahap ini bank telah melepaskan sejumlah uang kepada debitur

12
IV. Tahapan Kredit
5.2. Fungsi dan Tujuan Supervisi Kredit dan Pembinaan Debitur

5.2.1. Fungsi Supervisi dan Pembinaan


adalah memonitor jalannya usaha debitur dengan jalan antara lain :
a. Membina hubungan yang terbuka dan terus menerus dengan debitur
ybs.
b. Menerima, mencatat, mengklasifikasi dan menganalisis laporan-
laporan dari nasabah serta membuat laporan perkembangannya
c. Menganalisis sebab-sebab terjadinya suatu masalah atas usaha
debitur dan membuat rekomendasi tentang saran-saran perbaikan
dan penyelamatan
d. Memberikan saran dan konsultasi (counselling) kepada debitur dalam
segala aspek yang diperlukan, antara lain : Pembinaan administrasi,
metode kerja yang selalu diperbaiki dan ditingkatkan, Perencanaan
produksi dan quality control yang lebih baik, Penyempurnaan
manajemen dan organisasi, Pemeliharaan dan penggunaan mesin secara efisien,
Pengawasan mutu bahan baku, Petunjuk tentang dinas/badan/instansi mana yang
dapat dihubungi dalam rangka pengembangan usaha, hal-hal lain dalam rangka
peningkatan efisiensi, dll.

13
IV. Tahapan Kredit
5.2.2. Tujuan Supervisi dan Pembinaan

a. Agar pemberian kredit kepada debitur dilaksanakan


sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat
yang tertuang dalam perjanjian kredit. Disamping itu agar
penggunaan kredit sesuai dengan tujuan semula dan dalam
jadwal waktu yang telah ditetapkan.
b. Agar terciptanya iklim saling mempercayai dan terbina hubungan
timbal balik yang baik antara bank dengan debitur
c. Agar usaha yang dibiayai kredit bank berkembang dengan baik
sesuai dengan tujuan semula
d. Agar terlaksana administrasi yang memadai untuk kepentingan
perusahaan sendiri / debitur, bank, pemerintah dan pihak-pihak
lain.

14

Anda mungkin juga menyukai