Anda di halaman 1dari 26

Halo Effect

Akuntansi Keperilakuan

Dosen pembimbing:
Rudy Kurniawan

Kelompok 5:
1.NADIA IRIANI (B1033181016)
2.LERI ALIYAWAN (B1033181017)
3.GILLBERT GAIN (B1033181018)
Halo effect

Halo effect atau efek halo merupakan kecenderungan berpikir seseorang untuk
memberikan penilaian secara umum dan memberikan penilaian (pada atribut
kinerja spesifik seseorang) berdasarkan perasaan atau penilaian umum
(Thorndike, 1920).

Halo effect merupakan kecenderungan untuk menggunakan evaluasi secara


umum untuk membuat penilaian pada sifat-sifat spesifik. Atau dengan kata lain,
kita cenderung menggunakan karakteristik umum (misalnya menyenangkan,
menarik) untuk menentukan ciri kepribadian yang spesifik.
Halo Effect dalam Kehidupan Nyata
Halo effect juga terjadi dalam semua aspek kehidupan di sekitar kita, misalnya:

Penilaian Guru terhadap Siswa

Penilaian pada Pencarian Bakat

Penilaian Pimpinan terhadap Karyawan


Penggunaan Halo Effect
Halo Effect dan Pemasaran Produk
Halo effect efektif bagi perusahaan yang sangat bergantung pada image/brand untuk
meningkatkan permintaan. Hal ini juga efektif bagi perusahaan di industri kompetitif di mana
terdapat banyak perusahaan yang menawarkan layanan yang sama dengan perbedaan marjinal.
Perusahaan yang menghasilkan multiproduk juga menggunakan halo effect untuk membangun
diri di industri tertentu; misalnya, jika satu produk dari perusahaan tersebut dapat menjadi
pemimpin dalam industri, maka kepercayaan pada brand tersebut menyebar ke produk lainnya.
Halo Effect dan Interview Kerja
Halo effect sangat berpengaruh dalam interview kerja. Kalian mungkin pernah mendengar cerita
'horor' bahwa seseorang yang pandai di kelas tidak memperoleh pekerjaan dan gagal dalam
tahap tes interview setelah mampu melewati tes tertulis dan tes fisik, sedangkan teman
sekelasnya yang memiliki kemampuan akademik di bawah, lolos dalam tes interview. Terdapat
kecenderungan orang yang menarik akan mudah mendapat pekerjaan karena penampilan
mereka.
Cara Menghindari Manipulasi Oleh Halo Effect

 Sadar akan penilalan Anda


Langkah pertama untuk menghentikan halo effect adalah menyadari bahwa
penilaian kalian bisa salah.
 Beri kesan pertama Anda kesempatan kedua
Cobalah bersikap kritis terhadap kesan pertama yang Anda dapatkan. Cobalah
untuk mendukung perasaan kalian terhadap suatu objek berdasarkan data vang
sebenarnya. Jika Anda sulit menemukan alasan mengapa Anda menilai baik atau
tidak baik pada suatu objek, maka beri mereka kesempatan kedua.
Halo Effect di Akuntansi

THE HALO EFFECT IN BUSINESS RISK AUDITS: CAN STRATEGIC RISK ASSESMENT BIAS AUDITOR
JUDGMENT ABOUT ACCOUNTING DETAILS?
Ed O'Donnell dan Joseph J. Schultz The Accounting Review, 2005

 LATAR BELAKANG
Auditor yang menggunakan pendekatan audit risiko bisnis melakukan penilaian strategis untuk
membangun perspektif secara keseluruhan mengenai model bisnis kliennya. Penilaian secara
holistik sebelum melakukan detail audit akan menimbulkan halo effect karena penilaian kinerja
berdasarkan karakteristik secara keseluruhan akan mengurangi ketelitian dalam mengevaluasi
kriteria-kriteria yang lebih spesifik atau detail. Ketika auditor berfokus pada penilaian secara
keseluruhan terhadap klien akan mengurangi ketelitian dalam melakukan audit pada bukti-bukti
secara detail. Kurangnya ketelitian pada bukti-bukti audit yang detail menyebabkan kegagalan
audit seperti pada kasus Worldcom. Auditor eksternal meyakini bahwa Worldcom merupakan
bisnis yang sukses.
Penilaian Worldcom secara umum menyebabkan
halo effect

Auditor eksternal meyakini bahwa Halo effect menyebabkan Auditor


secara keseluruhan Worldcom menjadi kurang teliti pada detail
merupakan bisnis yang sukses dan akun. Dan gagal mendeteksi
memiliki strategi bisnis yang baik. peningkatan tidak wajar akun capital
expenditure dan penurunan biaya
perawatan rutin yang merupakan
signal kesalahan pelaporan keuangan.
 TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini menguji apakah auditor yang melakukan penilaian risiko bisnis
perusahaan secara umum/ keseluruhan/ holistik akan mengurangi ketelitian auditor
dalam mendeteksi risiko salah saji pada pola fluktuasi dalam akun.
 TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Halo effect merupakan kecenderungan berpikir seseorang untuk memberikan
penilaian secara umum dan memberikan penilaian (pada atribut kinerja spesifik
seseorang) berdasarkan perasaan atau penilaian umum (Thorndike, 1920). Beberapa
hasil penelitian menunjukkan dukungan terhadap halo effect pada beberapa konteks.
Penilaian secara holistik/umum dapat memengaruhi bagaimana auditor mencari dan
mengevaluasi bukti-bukti yang detail. Phillips (1999) menemukan bahwa auditor yang
menganalisis akun yang sebelumnya diindentifikasi memiliki risiko rendah, kurang
sensitif pada kenyataan bahwa terdapat pelaporan keuangan yang agresif dalam akun
tersebut dibanding auditor yang menganalisis akun yang sama yang diklasifikasikan
sebagai akun tinggi risiko. Wilks (2002) menemukan bahwa auditor yang diberi
informasi mengenai hasil evaluasi going concern yang diberikan oleh partner auditor
sebelum melakukan audit detail, akan cenderung memberikan opini going concern
sesuai dengan yang diberikan oleh partner.
Halo effect memprediksi bahwa membuat pendapat umum mengenai resiko audit
akan mengurangi diagnostik bukti terperinci tentang perubahan saldo akun.
Hipotesis yang diajukan:
• H1: Auditor yang melakukan penilaian strategic assesment sebelum
melakukan prosedur analisis, menilai risiko akun ketika ada dan tidak ada
fluktuasi yang tidak konsisten lebih kecil dibanding auditor yang tidak
melakukan strategic assesment sebelum melakukan prosedur analisis
• H2: Ketika auditor melakukan melakukan strategic assesment sebelum
melakukan prosedur analisis, penilaian risiko strategis berhubungan positif
dengan penilaian risiko salah saji yang dikembangkan auditor kembangkan
untuk akun yang berfluktuasi secara tidak konsisten.
 METODE PENELITIAN
Metode penelitian menggunakan metode eksperimen desain antar subjek 2 x 2. Partisipan
merupakan senior level auditor Kantor Akuntan Publik Big 4. Partisipan dibagi ke dalam 4
kelompok. Penelitian ini membedakan penilaian risiko oleh auditor pada kelompok 1, 2, 3,
dan 4.
 HASIL
Hasil penelitian menunjukkan adanya halo effect:
1. Ketika auditor melakukan penilaian risiko strategis sebelum melakukan prosedur
analisis, maka akan terkena halo effect, sehingga penilaian risiko salah saji pada akun
kurang sensitif pada fluktuasi akun yang tidak konsisten.
2. Auditor yang diberi informasi mengenai rendahnya penilaian risiko strategis, maka
menjadi kurang teliti atau kurang sensitif terhadap fluktuasi akun yang tidak konsisten.
 KESIMPULAN
Penelitian ini mendukung halo effect bahwa auditor yang secara umum memberikan
penilaian kinerja tinggi pada perusahaan sebelum melakukan prosedur audit, akan
mengurangi penggunaan informasi diagnostik yang terkandung dalam ukuran-ukuran yang
lebih rinci.
DEBIASING THE HALO EFFECT IN AUDIT DECISION: EVIDENCE FROM EXPERIMENTAL
STUDY
Intiyas Utami, Indra Wijaya Kusuma, Gudono & Supriyadi Asian Review of
Accounting, 2017, 25(2): 211-241

 PENDAHULUAN
Auditor diharapkan membuat penilaian yang akurat setiap kali mereka melakukan
tes audit. Kegagalan auditor dalam membangun hipotesis awal dapat menciptakan
sebuah penilaian yang tidak akurat pada tahap akhir penelitian (Bedard & Biggs,
1991). Kegagalan seperti itu disebabkan oleh hipotesis awal yang tidak akurat dan
pertimbangan terakhir disebabkan oleh ambiguitas data, termasuk
ketidakmampuan dan kompleksitas data (Luippold & Kida, 2012). Data yang
kompleks mengacu pada informasi dengan cakupan holistik.
• Berbagai penelitian menunjukkan bahwa data yang disajikan dalam lingkup
holistik dapat meningkatkan keakuratan pertimbangan profesional auditor
(Luippold & Kida, 2012), namun penelitian psikologisnya menunjukkan bahwa
menilai objek yang disajikan dalam cakupan holistik berpotensi menciptakan
Halo Effect (Murphy, Jako & Anhalt, 1993).
• Studi lain yang meneliti di bidang audit telah mengonfirmasi bahwa halo
effect dapat menyebabkan keputusan yang tidak akurat dalam penilaian risiko
salah saji material selama tahap prosedur analisis (O'Donnel & Schultz 2005)
atau dalam penilaian kontrol pengganti (Grammling O'Donnel & Vandervalde,
2010). Oleh karena itu, penting untuk mengurangi penilaian risiko salah saji
material yang tidak akurat akibat halo effect sehingga kualitas keputusan
akhir auditor dapat ditingkatkan (Grammling, O'Donnel & Vandervalde, 2010).

Halo effect adalah bias


individu yang hadir saat
menilai orang atau objek
tertentu.
• Halo effect adalah bias individu yang hadir saat menilai orang atau objek
tertentu dan halo effect ini dicapai dengan menggeneralisasi penilaian atribut
tertentu ke dalam penilaian atribut lainnya (Schultz & Schultz, 2010). Lebih
khusus lagi, penilaian awal yang didasarkan pada kesan awal terhadap
informasi pertama yang bisa diperoleh secara signifikan memengaruhi
penilaian atas informasi yang disajikan kemudian (Tetlock, 1983).
• Halo effect muncul saat pengetahuan para pengambil keputusan mengenai
keseluruhan evaluasi memengaruhi objektivitas mereka dalam evaluasi bukti
berikutnya (Slowakia, Finucane, Peters & MacGregor, 2002; Peecher, 1996)
dan saat pengambilan keputusan mengenai bukti akhir cenderung konsisten
dengan bukti awal (Nisbet & Wilson, 1977; Cooper, 1981a; Balzer & Slusky,
1992; Murphy, Jako & Anhalt, 1993).
• Halo effect juga bisa disebut error halo positif (Fisicaro, 1988). Penilaian
positif terhadap karakteristik tertentu dari benda- benda tertentu juga dapat
menyebabkan penilaian positif terhadap karakteristik lain dari objek yang
sama. Sebuah studi tentang halo effect biasanya memusatkan analisisnya
pada penyajian informasi yang menghasilkan kesan meyakinkan yang dianggap
sebagai proses konfirmatori (Tan dan Jamal, 2001).
• Halo effect telah diamati oleh beberapa peneliti, seperti O'Donnel * Schultz
(2005) dan Grammling: O'Donnel & Vandervalde (2010). eksperimen yang
dilakukan oleh O'Donnel & Schultz (2005) menunjukkan bahwa penilaian risiko
dilakukan oleh auditor yang melakukan strategic assesment (penilaian strategis)
cenderung kurang sensitif terhadap akun yang tidak konsisten fluktuasinya
dibandingkan terhadap penilaian risiko yang dilakukan oleh auditor yang tidak
melakukan strategic assesment (penilaian strategis). Hasil lainnya menunjukkan
bahwa auditor yang memperkirakan tingkat risiko bisnis rendah cenderung
kurang sensitif terhadap fluktuasi akun yang tidak konsisten dibanding auditor
yang memperkirakan risiko bisnis yang tinggi. Grammling O'Donnel &
Vandervalde (2010) menawarkan bukti empiris, yang mengonfirmasikan adanya
halo effect dalam konteks auditing.
• Penggunaan pendekatan holistik dalam menilai suatu objek tertentu dapat
menyebabkan keputusan terdistorsi dalam menilai atribut objek secara rinci,
misalnya penilaian risiko terhadap informasi analisis (Finucane et al., 2000)
atau risiko pada analisis keuangan (Moreno, Kida & Smith, 2002). Wilks (2002)
menemukan bahwa selama evaluasi going concern, auditor yang menyadari
penilaian mitra kerja mereka sebelum keseluruhan tugas dilakukan cenderung
mendistorsi penilaian terhadap bukti secara rinci agar sesuai dengan penilaian
partnernya.
• Studi sebelumnya (O'Donnel dan Schultz, 2005; Grammling, O'Donnel dan
Vandervalde, 2010) belum menawarkan solusi untuk mengurangi halo effect, yang
jika ditemukan, dapat membantu memastikan keakuratan penilaian profesional
auditor. Arel, Kaplan dan O'Donnel (2005) memberikan bukti empiris yang
menunjukkan bahwa halo effect dapat dikurangi dengan pengalaman. Mereka juga
menunjukkan bahwa prosedur audit tidak dapat meningkatkan akurasi auditor di
mana hal ini berarti tidak bisa mengurangi halo effect. Auditor membutuhkan waktu
lebih lama untuk mengumpulkan pengalaman agar bisa lebih peka terhadap halo
effect potensiai dalam tugas audit mereka.
• Sementara itu, KAP membutuhkan strategi yang lebih efektif untuk mengurangi halo
effect karena tugas audit saat ini nampaknya melibatkan lebih banyak auditor junior
yang cenderung kurang berpengalaman dan sebagainya, berpotensi rentan terhadap
halo effect. Utami et al. (2014) mengemukakan bwa ketika melakukan prosedur
analitik, auditor mengalami halo ffact karena kesan mereka terhadap penampilan
klien mereka. Auditor cenderung mengoperasionalkan penampilan klien mereka
dalam meyakinkan kondisi dan cakupan fisik informasi klien yang disajikan. Meskipun
Utami et al. (2014) fokus pada menginvestigasi halo effect pada penampilan klien;
mereka tidak membahas strategi yang bisa digunakan untuk mengurangi halo effect, Auditor mengalami
sehingga menciptakan celah yang diharapkan penelitian dapat mengisinya. halo effect karena
kesan mereka
terhadap penampilan
kliennya.
• Studi saat ini mengusulkan untuk pengembangan strategi mitigasi yang dapat
membantu mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bias halo effect.
Mengurangi halo effect dalam penugasan audit diperlukan karena dapat
meningkatkan Keakuratan penilaian profesional auditor yang menerapkan
risiko salah saji material dalam tugas mereka.
• Implikasi halo effect sangat luas. Coope (1981b) mengusulkan pelatihan
sebagai satu cara yang bisa membantu mengurangi halo effect. Dalam konteks
audit, bukti empiris menegaskan bahwa metode pelatihan, yang dapat
meningkatkan penilaian profesional, termasuk penjelasan sendiri dan
penjelasan umpan balik (Earley, 2001; 2003).
• Dalam mencari strategi yang dapat digunakan untuk mengurangi halo effect,
penelitian ini mengusulkan penggunaan penjelasan sendiri dan penjelasan
umpan balik sebagai upaya untuk mengurangi halo effect dalam menilai risiko
salah saji material.
 TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Halo Effect
• Halo effect muncul karena evaluasi keseluruhan pada obiek. tertentu selama
fase awal memengaruhi evaluasi dalam tak berikutnya (Slovic et al., 2002).
Halo effect merujuk pada potenet ketidakakuratan observasi yang disebabkan
oleh generalisasi yang berlebihan mengenai objek atau seseorang pada jumlah
bukti yang terbatas atau karena efek informasi yang didapatkan sebelumnya.
Thorndike (1920) mendefinisikan halo effect sebagai tendensi untuk
memikirkan seseorang secara umum, lebih baik atau agak inferior, dan untuk
memberikan penilaian (dimensi kinerja spesifik) dengan menggeneralisasi
perasaannya. Definisi tersebut mengimplikasikan bahwa halo effect
merupakan tendensi seseorang untuk mengandalkan penilaian umum
mengenai objek atau individu tertentu untuk menilai beberapa dimensi
spesifik mengenai objek atau individu tersebut.
• Dalam penugasan audit, penilaian strategis mengenai model bisnis klien dilakukan dengan
memberikan informasi dalam perspektif holistik (Bell et al., 1997). Auditor mengikuti
langkah-langkah berikut dalam melakukan penilaian strategis:
1) mendokumentasikan dokumen-dokumen kegiatan operasi, termasuk tujuan strategis,
proses bisnis, masalah internal dan eksternal, proses manajemen strategis untuk
memantau dan mengendalikan model bisnis tersebut.
2) menganalisis risiko dan aktivitas strategis yang dipengaruhi oleh risiko tersebut;
3) menganalisis proses yang menghubungkan risiko strategis dengan kelompok transaksi dan
mengevaluasi indikator kinerja utama dan proses kinerja (O'Donnel & Schltz, 2005).
• Dengan heuristik, auditor junior dan senior bisa menggunakan penilaian strategis dari
mitra kerja dan informasi yang diperoleh dari bisnis klien untuk menentukan salah saji
akun selama uji analisis Jika penilaian awal positif, maka penilaian selanjutnya juga
cenderung positif meskipun bukti yang ada dalam fase tersebut tentu positif. Penilaian
awal mengenai karakteristik umum yang memengaruhi penilaian terhadap karakteristik
spesifik lainnya disebut sebagai halo effect, yang merupakan contoh bias yang disebabkan
oleh korelasi ilusi.
• Hogarth (1987) menjelaskan bahwa korelasi ilusif mengacu pada dua variabel yang
dianggap terkait, padahal sebenarnya tidak. Informasi yang menunjukkan kondisi baik
klien pada tahap awal tidak harus sama dengan kondisi baik klien pada tahap selanjutnya.
• Phillips (1999) menemukan bahwa auditor yang menganalisis akun berisiko
rendah cenderung kurang sensitif terhadap pelaporan keuangan agresif
terhadap akun tersebut daripada auditor yang melakukan analisis akun
berisiko tinggi. Wilks (2002) menemukan banwa auditor yang terlibat dalam
evaluasi penilaian going concern uari mitra mereka sebelum proses evaluasi
secara rinci akun cenderung menyesuaikan dengan penilaian partner mereka
dan miengabaikan informasi lainnya.
• Penelitian Wilks '(2002) menunjukkan bahwa ketika melakukan penilaian
holistik, auditor menjadi bias bahkan sebelum melakukan analisis rinci
terhadap bukti audit. Keanehan seperti itu muncul karena evaluasi yang
dilakukan pada informasi rinci dipengaruhi oleh evaluasi informasi holistik
yang tidak terkait dengan pengambilan keputusan. O'Donnel dan Schultz
(2005) memberikan label bias tersebut sebagai halo effect.
 Debiasing
• Debiasing merupakan proses untuk mengurangi atau mengeliminasi bias yang
datang dari strategi pembuatan keputusan kognitif (Bazerman, 1994).
Kennedy (1993) menciptakan kerangka kerja debiasing dengan memfokuskan
pada sumber bias yaitu bias yang berhubungan dengan usaha dan data.
Kinerja merupakan fungsi dari usaha dan data. Usaha sendiri terdiri atas dua
komponen yaitu kapasitas dan motivasi, sedangkan data dibagi dalam data
internal dan data eksternal.
• Dalam konteks profesi audit, bias penilaian dapat dikurangi melalui berbagai
strategi. Ashton & Kennedy (2002) menunjukkan bahwa auditor yang
membuat keputusan going-concern mengalami bias resensi. Mereka dapat
menggunakan self-review untuk meminimalkan bias tersebut. Lowe & Reckner
(2002) mengandalkan pada keputusan foresight untuk membantu mengubah
perspektif foresight lebih dekat pada perspektif hindsight auditor sebagai
cara untuk mengurangi bias hindsight dan foresight.
• Dalam kerangka Kennedy (1993), halo effect berhubungan dengan data internal
dan eksternal. Informasi holistik yang kuat memberi kesan kuat pada auditor
yang berpengalaman dan karenanya meningkatkan halo effect. Bias ini terkait
dengan data internal atau eksternal. Di sini, data internal menunjuk pada
pengetahuan yang tersimpan di memori sementara data eksternal menunjukkan
informasi yang diambil dari lingkungan eksternal seseorang.
• Dari berbagai metode ini, pelatihan (mitigasi data internal) dan memberikan
bantuan keputusan (mitigasi data eksternal) dapar digunakan untuk
meningkatkan kualitas penilaian auditor. Helmen (1990) menemukan bahwa
ketika auditor memberikan setidaknya dua penjelasan alternatif, mereka
cenderung untuk mengubah penilaian mereka sebelumnya.
• Metode ini sesuai dengan proposisi Earley's (2001, 2003), yaitu metode
pelatihan atau metode akuisisi pengetahuan yang menggunakan penjelasan diri
(self-explanation) dan umpan balik penjelas (explanatory feedback). Pelatihan
merupakan upaya untuk memperoleh pengetahuan dengan memungkinkan
auditor untuk berdebat dan menjelaskan alasan penolakan audit mereka dalam
bentuk tertulis (self-explanation) dan juga untuk menerima umpan balik
penjelas dari manajer mereka.
 HIPOTESIS
1) H1: Auditor dengan kondisi halo effect akan membuat keputusan audit yang lebih akurat
jika mereka membuat self-explanation.
2) H2 : Auditor dengan kondisi halo effect akan membuat keputusan yang lebih akurat jika
mereka menerima explanatory feedback.
 METODE PENELITIAN
• Penelitian ini menggunakan metode eksperimental untuk menguji nubungan antara cakupan
informasi, metode akuisisi pengetahuan, dan penilaian risiko dari salah saji material. Lebih
spesifik, desain kelompok kontrol pre-test dan post-test digunakan karena terdapat
kelompok eksperimen dan kontrol yang tidak dimanipulasi. Subjek cara random
diklasifikasikan dalam kelompok eksperimental dan kontrol untuk menjamin bahwa kondisi
subjek dalam kelompok sama. Eksperimen dilakukan dengan melakukan seminar tentang ISA
yang dilakukan di Suarabaya pada 2 Februari 2013. Penelitian ini menggunakan matrik
eksperimen 2x3 between-subject.
1) Variabel independen (dimanipulasi) adalah Halo Effect (rendah atau tinggi) dan metode
akuisisi pengetahuan (self-explanation, explanatory feedback, dan no explanation dan
explanatory feedback sebagai kelompok kontrol).
2) Variabel dependen penelitian ini adalah keputusan audit dalam menentukan penilaian risiko
mengenai salah saji material pada akun penjualan.
 HASIL
1) H1 tidak terdukung
• Hasil independent t-test untuk kelompok yang menerima informasi dari cakupan
holistik menunjukkan bahwa nilai signifikansinya 0,760. Pengujian statistik
mengindikasikan bahwa rata-rata penilaian risiko salah saji material akun
penjualan dalam sel 1 (kelompok eksperimental) tidak berbeda secara signifikan
dari rata-rata penilaian risiko salah saji material dalam sel 3 (kelompok kontrol).
• Hasil kelompok yang menerima informasi dengan cakupan holistik nilai
signifikansinya 0,534. Temuan tersebut mengindikasikan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara penilaian risiko salah saji material dari
kelompok yang menerima strategi mitigasi self-explanation dibandingkan dengan
kelompok kontrol yang tidak menerima strategi mitigasi. Oleh karena itu H2
tidak terdukung yang artinya metode akuisisi pengetahuan self-explanation
bukan strategi mitigasi yang tepat untuk halo effect.
• Penelitian ini juga menunjukkan bahwa subjek dalam kelompok self-explaining
mungkin memiliki jenis kepribadian yang lebih menyukai argumen verbal
dibanding tulisan.
2) H2 terdukung
• H2 diuji dengan membandingkan perbedaan penilaian risiko salah saji
material dari akun penjualan (pre-test) dan penilaian risiko salah saji
material akun penjualan (post-test) dengan menggunakan independent t-test.
• Hasil menunjukkan perbedaan yang signifikan di antara sel 2 (Halo Effect
rendah dan strategi mitigasi explanatory feedback) dan sel 3 (Halo Effect
rendah tanpa strategi mitigasi). Hasil pengujian H2 pada kelompok dengan
cakupan informasi holistik menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan
antara sel 5 (explanatory feedback) dan sel 6 (tanpa mitigasi) (t = 2,200; p =
0,04).
• Hasil mengindikasikan bahwa explanatory feedback dapat digunakan sebagai
strategi mitigasi halo effect sehingga penilaian profesional auditor menjadi
lebih akurat. Dengan demikian, H2 terdukung
 IMPLIKASI
Penelitlan ini memberikan implíkasi praktik dan sosial:
• Implikasi Praktik
• Kantor akuntan publik dapat menggunakan explanatory feedback dalam
bentuk telaah manajer sebagai bentuk dari metode akuisísi pengetahuan
sebagai strategi mitigasi halo effect.
• Implikasi Sosial
• Implikasi sosial penelitian ini adalah halo effect dapat memengaruhi
keputusan dalam banyak aspek. Individu harus meningkatkan nilai profesional
mereka dengan memperbanyak melakukan pelatihan yang berguna untuk
memitigasi halo effect.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai