Anda di halaman 1dari 32

FILSAFAT ILMU

sebagai
basic sciences
URGENS FILSAFAT ILMU
• Dalam percakapan sehari-hari istilah ‘ilmu’ dan ‘ilmiah’ mempunyai
penghargaan yang tinggi karena dianggap objektif, pasti, benar,
tidak diragukan, dapat dipertanggung jawabkan.
• Dalam dunia pendidikan: penelitian atau studi dinyatakan sebagai
ilmu untuk meyakinkan bahwa metode yang digunakan
mempunyai dasar yang kuat dan produktif sama seperti fisika.
• Istilah ilmu politik dan ilmu sosial sudah biasa. Bahkan terdapt
juga Ilmu Perpustakaan, Ilmu Administrasi, Ilmu Bahasa, Ilmu
Kehutanan, Ilmu Pemerahan Susu Sapi, dst.
• Sering kali itu dimaksudkan mengikuti metode empiris fisika:
pengumpulan ‘fakta’ lewat observasi dan eksperimen dengan
menggunakan prosedur logika.
• Bahkan ada yang mengatakan “Apabila anda tidak dapat
mengukur, berarti pengetahuan anda miskin dan tidak
memuaskan”. Berarti bersifat kuantitatif.
• Gejala-gejala seperti ini menuntut adanya klarifikasi.
PENGERTIAN ILMU
• Secara klasik ilmu dimengerti sbg suatu aktivitas rasional
yang beroperasi berdasarkan satu atau beberapa metode
tertentu.
• [Meskipun pemahaman seperti itu sebenarnya telah
menimbulkan banyak reaksi dan penolakan, karena
kemajuan-kemajuan pokok dalam ilmu – penemuan baru
Galileo, Newton, Darwin atau Einstein – bukanlah
merupakan hasil dari metode di atas.]
• Biasanya yang disebut “ilmu” di dalam filsafat ilmu
terbatas pada ilmu pengetahuan alam atau “natural
sciences”, yang meliputi Astronomi, Fisika, Kimia, Biologi;
sedangkan ilmu-ilmu empiris lainnya atau ‘socical
sciences’ serta matematika tidak menjadi bahasan.
FILSAFAT ILMU
• Secara tradisional filsafat ilmu merupakan usaha
untuk mempertahankan, mengevaluasi,
memaknai, atau memperbaiki praktek ilmu
sejamannya.
• Hal yang paling penting dan sentral di dalam
filsafat ilmu adalah masalah kodrat dan struktur
teori-teori ilmiah, termasuk berbagai peran yang
dimainkan oleh teori-teori hampir di semua
aspek kegiatan ilmiah.
• Maka perkembangan pemahaman di dalam ilmu
juga mengakibatkan perkembangan di dalam
filsafat ilmu: awal abad ke-20 terjadi revolusi di
dalam filsafat ilmu seiring dengan revolusi di
dalam sains.
FRANCIS BACON
1561-1626

• Baginya: knowledge is power


• Ia menginginkan:
– Mendirikan lembaga kerajaan yang berfungsi memandu pengembangan
sains dan
– Mendirikan kolese yang mempelajari ilmu pengetahuan eksperimental.
– Kedudukan professor dlm sains di Oxford dan cambridge
• Gagal.
• Royal Society baru didirikan 1662 dg Bacon sbg bapak
pelindungnya. Newton dan Darwin mengakui berhutang budi
padanya.
• Pengetahuan ilmiah dpt memberi kekuasaan atas alam:
perkembangan sains dpt mewujudkan kesejahteraan dan
kemakmuran manusia dlm skala yang tak terbayangkan sebelumnya
(sekaligus = tujuan ilmu).
• Diperlukan prosedur sistematik: metode induksi (observasi,
generalisasi, hipotesis dan eksperimen) – teori ttg hukum alam –
prediksi yang akurat
• Penerapannya melalui deduksi
THOMAS HOBBES
1588-1679

• “Alam semesta, segala yang ada, bersifat


korporeal, atau badani, yang memiliki dimensi
besaran panjang, lebar, dan kedalaman”
• Yang ada hanyalah materi,
• Setiap benda bergerak, termasuk manusia,
adalah mesin
• Proses mental merupakan gerakan materi yang
ada dalam kepala manusia.
• Hobbes terpesona oleh gerak, khususnya setelah
mengunjungi Galileo.
AUGUST COMTE
1798-1857
• Positivisme bermaksud menjadi tegar dengan ajaran-ajarannya:
– Di dalam alam terdapat hukum yang dapat diketahui.
– Di dalam alam penyebab benda-benda tidak dapat diketahui
– Setiap pernyataan yang pada prinsipnya tidak dapat direduksikan ke
pernyataan sederhana mengenai fakta, baik khusus maupun umum,
tidak dapat mempunyai arti nyata maupun masuk akal.
– Hanya hubungan antara fakta dapat diketahui.
– Perkembangan intelektual merupakan sebab perbuahan sosial
• Seluruh bidang penyelidikan ilmiah disusun secara logis oleh Comte.
Setiap ilmu menyumbangkan kepada yang berikutnya di dalam
susunan itu, tetapi tidak kepada yang mendahuluinya: Matematika,
Astronomi, Fisika, Kimia, Biologi, Sosiologi.
• Budi manusia berkembang dari tahap teologis (segala sesuatu
dijelaskan dengan kekuasaan ilahi), melalui metafisis (kekuasaan
ilahi menjadi essensi atau kekuatan abstrak), ke tahap akhir positif
(Hanya fenomena dan keterkaitan antarfenomena yang
diperhitungkan. Semua yang di luar pengalaman tidak relevan)
INDUKTIVISME: ILMU SEBAGAI
PENGETAHUAN BERASAL DARI FAKTA

• Pandangan Umum: Pengetahuan ilmiah adalah


pengetahuan yang telah dibuktikan kebenarannya. Teori-
teori ilmiah ditarik dengan cara ketat dari fakt-fakta
pengalaman yang diperoleh lewat observasi dan
eksperimen. Ilmu didasarkan pada apa yang dapat kita
lihat, dengar, raba, dan sebagainya.
• Pendapat atau selera subjektif dan dugaan-dugaan
spekulatif perorangan tidak mempunyai tempat di dalam
ilmu. Ilmu itu objektif
• Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang dapat
dieprcaya, karena telah dibuktikan kebenarannya secara
objektif.
Induktivisme
• Menurut pandangan induktivis, ilmu bertolak dari
observasi. Pengamat ilmiah harus memiliki
organ-organ indera yang normal dan sehat, dan
harus pula secara setia dan jujur merekam apa
yang ia lihat, dengar, dsb. Dalam hubungan
dengan situasi yang diamatinya, dan ia pun
harus menlakukan ini dengan alam fikiran tanpa
prasangka sedikit pun.
• Pernyataan-pernyataan yang dihasilkan
(keterangan-keterangan observasi) menjadi
dasar untuk menarik hukum-hukum dan teori-
teori yang membentuk pengetahuan ilmiah.
Induktivisme (2)
• Keterangan observasi:
– Keterangan tunggal: Besi (timah, tembaga, baja,
dst.) ini memuai sewaktu dipanasi.
– Keterangan universal: Semua besi (timah, tembaga,
baja, dst.) memuai sewaktu dipanasi.
• Membuat generalisasi dari serentetan tebatas
keterangan-observasi mengenai logam-logam
yang dipanasi sehingga menghasilkan hukum
universal: Logam-logam memuai bila dipanasi”.
• Batang tubuh pengetahuan ilmiah dibangun oleh
induksi dengan dasar kokoh yang diperoleh
lewat observasi.
Logika dan Penalaran
• Dari hukum-hukum dan teori-teori
universal dapat ditarik konsekuensi-
konsekuansi yang dpt digunakan untuk
memberi penjelasan dan membuat
ramalan.
• Penjelasan ditarik dengan deduksi
– Semua logam memuai bila kena panas
– Rel ini adalah logam
– Rel ini akan memuai kalau kena panas.
• Demikian juga dengan ramalan.
Metode Ilmiah
• Pertama, semua fakta diobservasi dan direkam, tanpa
melakukan pilihan atau dugaan a priori tentang arti
penting saling kaitannya antara fakta-fakata itu.
• Kedua, fakta-fakta yang telah diobservasi dan direkam
itu dianalisa, dibandingkan dan diklasifikasi, tanpa
hipotesa-hipotesa atau dalil-dalil (postulates), selain dari
apa yang langsung terlibat secara wajar menurut logika
fikiran.
• Ketiga, dari analisis fakta-fakta ini, generalisasi akan
ditarik secara induktif mengenai hubungan-
hubungannya, dengan mengklasifikasikannya atau
dengan cara kebetulan.
• Keempat, riset selanjutnya akan dilakukan secara
induktif maupun deduktif dengan menggunakan
penyimpulan dan generalisasi yang telah dilakukan
sebelumnya.
Gambar
Hukum dan Teori

Induksi
Deduksi

Fakta didapat Ramalan dan


dari Observasi Penjelasan
Objektif
• Klaim: ilmu yang diperoleh dengan induksi
bersifat objektif karena ditarik dari fakta
yang diobservasi.
• Dapat dicek oleh siapa pun: tidak
tergantung pada selera, pendapat,
khayalan, harapan pengamat
KEBERATAN TERHADAP
INDUKTIVISME
• Validitas Induksi: Argumen induktif tidak
merupakan argumen-argumen yang valid
secara logis.
– Observasi beberapa gagak
– Kesimpulan: semua gagak berwarna hitam
Kesalahan: dari beberapa menjadi semua.
• Tuntutan:
– ‘sejumlah besar’ observasi: seberapa besar?
– ‘variasi keadaan yang luas’: seberapa luas?
• Ketergantungan Observasi pada
Teori
– Hanson: apa yang dilihat seorang pengamat
ketika memandang suatu objek, tergantung
sebagian pada pengalamannya di masa lalu,
pengetahuan dan harapan-harapannya
• Keterangan observasi membutuhkan Teori
Pandangan induktivis: membutuhkan penarikan
keterangan universal dari keterangan tunggal lewat
induksi:
– Semua logam memuai kalau dipanasi ditarik dari
contoh-contoh logam.
– Tetapi untuk mengambil logam, orang harus tahu apa
yang dimaksud dengan logam.
• Observasi dan Eksperimen dibimbing oleh Teori:
– Yang dicatat dari observasi sudah ditentukan, dan
apa yang mau dicobakan dalam eksperimen juga
sudah ditentukan.
FALSIFIKASIONISME
• Observasi dibimbing oleh teori dan pra-anggapan.
• Teori merupakan dugaan atau tebakan spekulatif dan
coba-coba, yang diciptakan secara bebas oleh intelek
manusia untuk mengatasi problema yang dijumpai
teori-teori terdahulu, dan untuk memberikan
keterangan yang tepat mengenai beberapa aspek
dunia atau alam semesta.
• Teori akan diuji dengan ketat oleh observasi dan
eksperimen. Yang gagal akan dibuang dan diganti
dengan yang baru: begitu ditemukan burung gagak
berwarna lain daripada hitam, maka teori “Semua
burung gagak berwarna hitam” dibuang.
• Ilmu berkembang melalui ‘trial and error’
• Kriteria teori: falsifiabilitas
– Ilmu: suatu perangkat hipotesis yang
dikemukakan secara coba-coba dengan
tujuan melukiskan secara akurat
perilaku suatu aspek dunia atau alam
semesta.
– Syarat ilmiah: harus falsifiabel: dapat
diuji dan mengakui kesalahan (Apabila
suatu teori harus mempunyai isi
informatif, ia harus menaggung resiko
difalsifikasi)
• Tingkat Falsifiabilitas:
– Suatu hukum atau teori ilmiah yang baik
adalah falsifiabel justru karena
mengemukakan klaim-klaim tertentu
tentang dunia.
– Teori yang baik: luas jangkauan
klaimnya, paling tinggi falisfiabilitasnya,
dapat bertahan terhadap upaya
falsifikasi.
– Maka teori harus dinyatakan dengan
jelas dan cermat.
• Kemajuan
– Ilmu bertolak dari problema-problema
berhubungan dengan keterangan ttg perilaku
beberapa aspek dunia atau alam semesta.
– Hipotesa-hipotesa yang falsifiable diajukan
– Hipotesa-hipotesa diuji dan dikritik. Ada yang
bertahan ada yang runtuh.
– Kalau yang bertahan itu akhirnya runtuh oleh
ujian berikut, diperlukan hipotese lebih lanjut
yang sudah berkembang lebih jauh.
– Hipotese baru berarti sudah lebih berkembang
dari yang terdahulu dan memerlukan ujian yang
lebih keras, dst.
– Jadi tidak ada teori yang dapat dibuktikan
kebenarannya, tetapi hanya dapat dibuktikan
kesalahannya.
KETERBATASAN
FALSIFIKASIONISME
• Ketergantungan Observasi pada Teori dan falibilitas Falsifikasi:
– Karena falsifikasi tergantung pada ujian faktual, diperlukan keterangan
observasi yang terjamin sempurna dapat diperoleh. Ini soal tersendiri.
– Falsifikasi langsung terhadap teori tidak dapat dicapai, karena
keterangan observasi yang kokoh pun tidak mustahil untuk dibuktikan
tidak layak
• Kompleksitas situasi pengujian yang realistis:
– Teori ilmiah yang realistis akan terdiri dari keterangan universal yang
kompleks.
– Untuk bisa diuji, teori membutuhkan tambahan asumsi pendukung, e.g.
hukum-hukum dan teori-teori yang menguasai penggunaan alat-alat
yang dipergunakan dalam pengujian.
– Sebagai tambahan, untuk mendeduksi suatu ramalan yang validitasnya
harus diuji dengan eksperimen, dibutuhkan tambahan kondisi-kondisi
awal ssperti uraian ttg kerangka eksperiman yang akan dilaksanakan.
– Suatu teori tidak dpt difalsifikasi secara konsklusif, karena mungkin saja
ada bagian dari situasi pengujian yang kompelks (di luar teori yang
sekarang diuji) yang menyebabkan kekeliruan ramalan.
– Falsifikasionisme tidak sesuai dengan Sejarah:
TEORI SEBAGAI STRUKTUR:
1. Program Riset Lakatos
• Lakatos memandang teori-teori sebagai struktur-struktur
terorganisasi.
• Program riset Lakatosian adalah suatu struktur yang
membeirkan bimbingan untuk riset di masa depan dg cara
positif maupun negatif.
– Heuristik negatif adalah program terperinci yang menetapkan bawha
asumsi-asumsi dasar yang melandasi program itu (sbg inti-pokoknya)
seharusnya jangan sampai ditolak atau dimodifikasi. Diperlukan
lingkaran pelindung yang terdiri dari hopotesa-hipotesa pendukung,
kondisi-kondisi awal, dsb.
– Heuristik positif meliputi bimbingan garis besar mengenai bagaimana
program riset itu dpt dikembangkan (asumsi-asumsi tambahan utk
menerangkan fenomena yang sudah dikenal dan meramalkan
fenomena baru
• Inti pokok program: hipotesa teoretis yang
sangat umum yang akan menjadi dasar program
untuk dikembangkan.(Inti pokok astronomi
Copernicus adalah asumsi-asumsi bahwa bumi
dan planet-planet mengorbiti matahari dan bumi
berputar pada porosnya sendiri sekali sehari. Inti
pokok fisika Newton meliputi hukum-hukum
gerak ditambah hukum gravitasinya. Inti pokok
materialisme historis marx adalah asumsi bahwa
perubahan sosial harus diterangkan berdasarkan
perjuangan klas, watak klas-klas, dan perincian
perjuangannya yang pada instansi terakhir
ditentukan oleh dasar ekonominya.)
TEORI SEBAGAI STRUKTUR:
PARADIGMA KUHN
• Gambaran Kuhn ttg cara ilmu berkembang: pra-ilmu
– Ilmu biasa – krisis – revolusi – ilmu biasa baru –
krisis baru
• Aktivitas yang terpisah-pisah dan tidak terorganisasi
yang mengawali pembentukan suatu ilmu akhirnya
menjadi tersusun dan terarah apda saat suatu
paradigma tunggal telah dianut oleh suatu
masyarakat ilmiah.
• Ilmu biasa (normal science) adalah praktek yang
dilakukan para ilmuwan dengan menggunakan satu
paradigma untuk memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi.
• Krisis: di dalam praktek para ilmuwan, cepat atau lambat
akan menghadapi problema-problema yang tidak dapat
dipecahkan, yang disebut anomali. Kalau jumlah anomali
semakin besar dan bobot semakin berat, akan terjadi
krisis kepercayaan pada paradigma teori yang
dipegangnya.
• Krisis yang berkepanjangan akan memunculkan
paradigma-paradigma baru yang mengembangkan
(proliferasi) teori-teori baru untuk mengatasi anomali-
anomali tsb.
• Persaingan antar-paradigma akan menyebabkan
kemenangan salah satunya yang menyebabkan revolusi:
perpindahan kesetiaan para ilmuwan dari paradigma
lama ke paradigma baru.
• Revolusi akhirnya menjadi ilmu normal dengan
paradigma baru, dst.
REALISME, INSTRUMENTALISME, DAN
REALISME NON-REPRESENTATIF
• Realisme: teori-teori bertujuan untuk menguraikan
bagaimana dunia ini sebenarnya. Di satu pihak, kita
mempunyai teori-teori ilmiah hasil ciptaan manusia yang
tak hentinya dapat berubah dan berkembang. Di lain
pihak, kita mempunyai dunia di mana teori-teori itu
hendak ditrapkan yang perilakunya (minimal dalam
dunia fisika) tidak berubah.
• Teori kinetik tentang gas-gas menerangkan bagaimana
sebenarnya keadaan gas-gas itu. Gas-gas terbuat dari
molekul-molekul dalam gerak yang tidak teatur,
bertubrukan satu sama lain dan dengan dinding-dinding
wadahnya.
• Pandangan-pandangan kaum realis dihubungkan dengan
kebenaran. Suatu teori dikatakan benar kalau
mencerminkan dunia objektif ini sebagaimana adanya.
• Instrumentalisme: komponen teoretis ilmu
tidak menggambarkan kenyataan. Teori-teori
dipahami sebagai instrumen-instrumen yang
direncanakan untuk menghubungkan
serangkaian keadaan hal-ikhwal yang dapat
diobservasi dengan yang lainnya.
• Bagi kaum instrumentalis, molekul-molekul
bergerak yang dikemukakan leh teori kinetik gas
merupakan fiksi-fiksi untuk kemudahan yang
memungkinkan para ilmuwan menghubungkan
dan membuat ramalan-ramalan tentang
manifestasi sifat-sifat gas yang dapat diobservasi
• Realisme non-representatif: teori-teori
fisika yang berlaku sekarang dapat
ditrapkan pada dunia itu sampai pada
suatu derajat tertentu, dan umumnya pada
suatu derajat yang melampaui para
pendahulunya dalam banyak hal.
• Tujuan fisika adlaah untuk menetapkan
batas-batas kemampuan pentrapan teori-
teori yang belaku sekarang dan
mengembangkan teori-teori yang dapat
ditrapkan pada dunia sampai pada suatu
derajat pendektatan yang lebih tinggi di
bawah variasi keadaan yang lebih luas.
• Realis dalam dua pengertian:
– Realis karena melibatkan asumsi bahwa dunia fisika
adalah sebagaimana adanya, tidak tergantung pada
pengertian subjek.
– Realis karena melibatkan asumsi bahwa sejauh batas
teori-teori itu dapat ditrapkan pada dunia ini, teori-
teori itu akan selalu dapat ditrapkan di dalam dan di
luar situasi-situasi eksperimen.
• Non-representatif selama tidak menyatu dengan
teori yang harus sesuai dengan kebenaran (tidak
berasumsi bahwa teori-teori kita menguraikan
wujud-wujud di dalam dunia, dlm cara
sebagaimana ide akal-sehat kita memahami
bahasa kita untuk menggambarkan kucing atau
meja).
CATATAN AKHIR
• Filsafat ilmu dapat membantu para mahasiswa untuk
mengenal apa yang perlu diperhatikan di dalam
merefleksikan bidang masing-masing.
• Mereka bisa mempunyai wawasan yang luas mengenai
ilmu mereka sendiri dan ilmu-ilmu lain, sehingga tidak
fanatik pada bidangnya sendiri, tetapi dapat menghargai
bidangnya sendiri dan bidang-bidang lain secara
proporsional.
• Refleksi ini diharapkan kritis, sehingga mampu
mempertanyakan, mengevaluasi teori dan praktek yang
mereka terima dalam bidang mereka sendiri.
• Hanya saja materi filsafat ilmu hanya tepat (secara
ketat) bagi mahasiswa fisika, kimia, biologi, kalau
pembahasannya sampai mendalam. Itu pun, kalau
contoh bahasannya dari fisika, mahasiswa kimia dan
biologi belum tentu tahu. Dan sebaliknya.
• Pembahasan mengenai Copernicus,
Newton, Einstein mengandaikan
pengampu cukup memahami mereka
dengan teori masing-masing. Mungkin
mahasiswa fisika jauh lebih mengerti. Ini
dapat menimbulkan masalah tersendiri.
• [Sekadar bertanya: mengapa mengambil
filsafat ilmu bukannya epistemologi yang
dapat mencakup semua bidang
pengetahuan secara sejajar?]

Anda mungkin juga menyukai