Anda di halaman 1dari 49

KETENTUAN UMUM DAN

TATA CARA PERPAJAKAN


UU No. 6 / 1983  UU No. 9 / 1994  UU No.
16 / 2000  UU No. 28 / 2007  UU No. 16
Tahun 2009
Pendahuluan
Pasal 1 – 2A

1. UU KUP dilandasi falsafah Pancasila dan


UUD ’45, yang di dalamnya tertuang
ketentuan yang menjunjung tinggi hak warga
negara dan menempatkan kewajiban
perpajakan sebagai kewajiban kenegaraan.
UU ini memuat KUP yang pada prinsipnya
diberlakukan bagi UU pajak materil, kecuali
dalam UU pajak ybs. telah mengatur sendiri
mengenai KUP-nya.
Cont’d….
2. Sejalan dengan perkembangan ekonomi, TI,
sosial, dan politik, disadari bahwa perlu dilakukan
perubahan UU KUP. Perubahan itu bertujuan
untuk :
a. Lebih memberikan keadilan
b. Meningkatkan pelayanan kepada WP
c. Meningkatkan kepastian dan penegakan
hukum
d. Mengantisipasi kemajuan di bidang TI dan
perubahan ketentuan materil di bidang
perpajakan
e. Meningkatkan profesionalisme aparatur pajak
f. Meningkatkan keterbukaan administrasi pajak
g. Meningkatkan kepatuhan sukarela WP
Cont’d….
3. Sistem, mekanisme, dan tata cara
pelaksanaan hak dan kewajiban
perpajakan yang sederhana menjadi ciri
dan corak dalam perubahan UU ini
dengan tetap menganut sistem self
assessment. Perubahan itu khususnya
berkaitan dengan peningkatan
keseimbangan hak dan kewajiban bagi
WP sehingga WP dapat melaksanakan
hak dan kewajiban perpajakannya
dengan lebih baik.
Cont’d ……
4. Dengan berpegang teguh pada prinsip kepastian hukum,
keadilan, dan kesederhanaan, arah dan tujuan perubahan
UU ini mengacu pada kebijakan pokok sbb. :
a. Meningkatkan efisiensi pemungutan pajak dalam
rangka mendukung penerimaan negara
b. Meningkatkan pelayanan, kepastian hukum dan
keadilan bagi masy guna meningkatkan daya saing
dalam bidang investasi, dengan tetap mendukung
pengembangan UKM
c. Menyesuaikan tuntutan perkembangan sosial eko masy
serta perkembangan di bidang TI
d. Meningkatkan keseimbangan antara hak dan kewajiban
e. Menyederhanakan prosedur administrasi pajak
f. Meningkatkan penerapan prinsip self assessment
secara akuntabel dan konsisten
g. Mendukung iklim usaha ke arah yang lebih kondusif
dan kompetitif.
Pengertian Istilah
Pasal 1 Angka 1 - 41
1. Pajak adalah …
2. Wajib Pajak adalah …
3. Badan adalah …
4. Pengusaha adalah …
5. ….
….
….
41. Tanggal diterima adalah ….
Tahun Pajak
Tahun pajak umumnya sama dengan tahun
takwin. Bila tahun pajak tidak sama dengan
tahun takwin, maka yang menjadi pedoman
adalah banyaknya bulan dalam tahun tsb. Hal ini
harus mendapat persetujuan Dirjen Pajak
NPWP vs NPPKP

LOOK AT KUP.XLS
Hak WP
1. Mendapatkan pembinaan dan pengarahan dari fiskus
2. Membetulkan SPT (belum 2 thn atau belum
diperiksa)
3. Memperpanjang waktu penyampaian SPT
4. Menunda atau mengangsur pembayaran pajak (tidak
menghilangkan sanksi bunga)
5. Memperoleh kembali kelebihan pembayaran pajak
(setelah terbit SKPLB)
6. Mengajukan keberatan dan banding
Kewajiban WP
1. Mendaftarkan diri
2. Mengisi dan menyampaikan SPT
3. Membayar atau menyetor pajak
4. Membuat pembukuan dan / atau pencatatan
5. Menaati pemeriksaan pajak
6. Melakukan pemotongan atau pemungutan
pajak
7. Membuat FP
Hak Fiskus
1. Menerbitkan NPWP dan / atau mengukuhkan
PKP secara jabatan
2. Menerbitkan STP
3. Melakukan pemeriksaan dan penyegelan
4. Melakukan penyidikan
5. Menerbitkan surat paksa dan melaksanakan
penyitaan
Kewajiban Fiskus
1. Melakukan penyuluhan kepada WP
2. Menerbitkan SKP
3. Merahasiakan data WP
Surat Pemberitahuan (SPT)
Pasal 3 - 10
Definisi SPT (Pasal 1 angka 11 – 13 UU KUP)
Fungsi SPT
1. Bagi WP
a. Sarana melaporkan dan mempertanggungjawab-
kan penghitungan pajak yang sebenarnya terutang
b. Melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak
yang telah dilaksanakan sendiri dan atau melalui
pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1
tahun pajak atau bagian tahun pajak
c. Melaporkan pembayaran dari pemotong atau
pemungut
2. Bagi PKP
a. Sarana melaporkan dan mempertanggung-
jawabkan perhitungan jumlah PPN dan
PPnBM yang sebenarnya terhutang
b. Melapor pengkreditan PPN M thd PPN K
c. Melapor pembayaran atau pelunasan pajak
yang telah dilaksanakan dan atau melalui pihak
lain dalam satu masa pajak
3. Bagi pemotong atau pemungut pajak
Sarana melapor dan mempertanggungjawab-
kan pajak yang dipotong / dipungut / disetor.
Jenis SPT
1. SPT Masa
2. SPT Tahunan
Tempat Pengambilan SPT
1. KPP
2. Download dari situs www.pajak.go.id
3. Fotokopi sendiri
Penyampaian SPT
SPT yang telah diisi diserahkan kembali ke KPP
beserta lampirannya dan SSP (kalau KB) dalam
batas waktu yang ditetapkan, dan meminta bukti
penerimaan SPT. Bila dikirim melalui pos, harus
dilakukan secara tercatat. Tanggal pengiriman
dan tanda bukti pengiriman dianggap sebagai
tanggal penerimaan dan tanda bukti.
Lampiran SPT
1. Bagi WP yang melakukan pembukuan
: L/K berupa neraca dan L/R serta
keterangan lain untuk menghitung besarnya
PKP.

2. Bagi WP yang menggunakan norma


penghitungan (pencatatan)
: peredaran bruto yang terjadi dalam tahun
pajak ybs.
Pembukuan vs Pencatatan
I. Pembukuan
Pembukuan adalah proses pencatatan secara teratur
untuk mengumpulkan data dan informasi tentang :
1. Keadaan harta
2. Kewajiban atau utang
3. Modal
4. Penghasilan dan biaya
5. Harga perolehan dan penyerahan barang/jasa yang :
a. Terutang PPN c. Dikenakan PPN 0%
b. Tidak terutang PPN d. Dikenakan PPnBM
Pembukuan ditutup dengan menyusun L/K berupa
neraca dan L/R pada setiap akhir tahun pajak.

Pembukuan wajib diselenggarakan oleh :


1. WP Badan
2. WP OP yang melakukan kegiatan / pekerjaan bebas
dengan peredaran bruto > Rp. 4,8 M/thn

Tujuan pembukuan adalah untuk mempermudah :


1. Mengisi SPT
2. Menghitung PKP
3. Menghitung PPN dan PPnBM
4. Mengetahui posisi keuangan dan hasil usaha
WP yang dapat menyelenggarakan
pembukuan dalam B. Ing dan US $ :
1. WP PMA
2. WP dalam rangka Kontrak Karya
3. WP dalam rangka Kontrak Bagi Hasil
4. BUT
5. WP yang berafiliasi dengan perusahaan
induk di LN

Hal-hal yang berkaitan dengan hal tsb. di


atas diatur dalam PP.
II. Pencatatan
Pencatatan adalah pengumpulan data secara
teratur tentang peredaran bruto dan / atau
penerimaan penghasilan sebagai dasar untuk
menghitung jumlah pajak yang terutang.

Pencatatan dapat dilakukan oleh WP OP yang


diperkenankan menggunakan norma
penghitungan penghasilan neto yaitu WP OP
yang peredaran brutonya < Rp. 4,8M/thn
Syarat pembukuan / pencatatan
1. Diselenggarakan secara teratur dan mencerminkan
keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya dengan
menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata
uang rupiah, dan disusun dalam B. Ind.
2. Pencatatan harus dibuat secara lengkap dan benar,
serta didukung dengan dokumen yang dijadikan dasar
penghitungan peredaran atau penerimaan bruto dan /
atau penghasilan bruto, serta penghasilan yang bukan
objek pajak dan / atau penghasilan yang dikenakan
pajak yang bersifat final, sehingga dapat dihitung
besarnya pajak yang terutang.
3. Pencatatan dalam suatu tahun pajak meliputi
jangka waktu 12 bln, harus diselenggarakan
secara kronologis.
4. Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi
dasar pembukuan atau pencatatan dan
dokumen laian termasuk hasil pengolahan data
dari pembukuan yang dikelola secara elektronik
atau secara program aplikasi online WP, harus
disimpan selama 10 thn di tempat tinggal WP
atau tempat kegiatan usaha / pekerjaan bebas.
5. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari
catatan yang dikerjakan secara teratur tentang
harta, kewajiban, modal, penghasilan, dan biaya
serta penjualan dan pembelian sehingga dapat
dihitung besarnya pajak yang terutang.
7. Bagi WP yang mempunyai lebih dari 1 jenis
usaha dan / atau tempat usaha, pencatatan
harus dapat menggambarkan secara jelas
jumlah peredaran / penerimaan bruto dari
masing-masing jenis usaha dan / atau tempat
usaha ybs.
8. Selain menyelenggarakan pencatatan di atas,
WP OP harus menyelenggarakan pencatatan
atas harta dan kewajiban.
Batas waktu pembayaran / penyetoran
dan pelaporan pajak

LOOK AT UR SHEET
Perpanjangan batas waktu
penyampaian SPT Tahunan
Dapat dilakukan dengan mengajukan surat
permohonan dengan disertai :
1. Alasan penundaan

2. Surat penghitungan sementara pajak yang


terutang
3. Bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak
yang terutang menurut perhitungan sementara
tsb.
Cont’d ….
Apabila permohonan disetujui max. 6 bln dan
ternyata pajak yang sebenarnya lebih besar dari
perhitungan sementara, maka atas kekurangan
pembayaran dikenakan bunga 2% / bln terhitung
dari batas waktu penyampaian SPT s/d tanggal
pembayaran.
Pembetulan SPT
1. Dalam 2 tahun sesudah berakhirnya masa pajak
a. Belum dilakukan pemeriksaan  Pajak KB
dikenakan sanksi adm berupa bunga 2% / bln
b. Telah dilakukan pemeriksaan tapi belum
dilakukan penyidikan  Pajak KB dikenakan
sanksi adm berupa denda 2x pajak KB.

2. Lewat 2 tahun berakhirnya masa pajak


 Pajak KB dikenakan sanksi adm berupa kenaikan
50% dari pajak KB tsb.
Sanksi adm dan sanksi pidana
sehubungan dengan SPT

LOOK AT UR SHEET
Pengecualiaan sanksi adm
Khusus bagi WP non efektif dengan kriteria :
1. WP OP telah meninggal
2. WP OP tidak lagi melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas
3. WP OP status WNA tapi tidak tinggal lagi di Ind.
4. BUT tidak melakukan kegiatan lagi di Ind.
5. WP Badan tidak lagi melakukan usaha tapi belum
dibubarkan secara resmi
6. Bendahara tidak lagi melakukan pembayaran
7. WP lain yang diatur dengan PerMenKeu seperti WP yang
kena bencana atau WP tidak diketahui alamatnya
Surat Ketetapan Pajak (SKP)
Pasal 13 – 22
Fungsi SKP :
1. Koreksi atas jumlah pajak yang terutang
menurut SPT WP
2. Sarana untuk mengenakan sanksi
3. Sarana untuk menagih pajak
4. Sarana untuk mengembalikan kelebihan pajak
dalam hal LB
5. Sarana untuk memberitahukan jumlah pajak
yang sebenarnya terutang
Jenis SKP
1. STP  Pasal 14
2. SKPKB  Pasal 13 - 13A
3. SKPKBT  Pasal 15
4. SKPLB  Pasal 17 + 17B – 17 E
5. SKPN  Pasal 17A
6. SPPT  KP PBB
Surat Tagihan Pajak (STP)
STP adalah surat untuk melakukan tagihan pajak
dan / atau sanksi adm berupa bunga dan / atau
denda. STP mempunyai kekuatan hukum yang
sama dengan SKP.

- Dasar penerbitan STP


- Sanksi adm
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
(SKPKB)
SKPKB adalah SKP yang menentukan besarnya
jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah
kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya
sanksi adm, dan jumlah yang masih harus
dibayar.

- Dasar penerbitan SKPKB


- Sanksi adm
SKPKB Tambahan (SKPKBT)
SKPKBT adalah SKP yang menentukan tambahan
atas jumlah pajak yang telah ditetapkan. SKPKBT
merupakan koreksi terhadap SKPKB, dapat
diterbitkan jika sudah pernah diterbitkan SKPKB,
SKPLB, dan SKPN. Diterbitkan jika ada data baru
(novum) dan dapat diterbitkan lebih dari satu kali.

- Dasar penerbitan SKPKBT


- Sanksi adm
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
(SKPLB)
SKPLB adalah SKP yang menentukan jumlah
kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit
pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau
tidak seharusnya terutang.

- Dasar penerbitan SKPLB


- Pengembalian pendahuluan kelebihan pajak
- Imbalan bunga
- Surat keputusan pengembalian pendahuluan
kelebihan pajak (SKPPKP)
Surat Ketetapan Pajak Nihil
(SKPN)
SKPN adalah SKP yang menentukan jumlah
pokok pajak sama besarnya dengan jumlah
kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak
ada kredit pajak.

Untuk PPN, yang dimaksud dengan jumlah


pajak yang terutang adalah jumlah Pajak
Keluaran (PK) setelah dikurangi dengan jumlah
Pajak Masukan (PM) yang dipungut oleh
pemungut PPN.
Surat Pemberitahuan Pajak Terutang
(SPPT)
SPPT adalah surat keputusan Kepala KP PBB
mengenai pajak terutang yang harus dibayar
dalam satu tahun pajak.

SPPT diterbitkan berdasarkan SPOP. Pelunasan


max. 6 bln sejak diterimanya SPPT oleh WP.
Jika terlambat dikenakan sanksi 2% / bln, max.
24 bln.
Pembetulan SKP
1. Atas permohonan WP atau karena jabatan, Dirjen
Pajak dapat membetulkan SKP, yang dalam
penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan
hitung, dan / atau kekeliruan tertentu dalam UU.
2. Dirjen Pajak max. 6 bln sejak tanggal surat
permohonan pembetulan diterima, harus memberikan
keputusan.
3. Lewat 6 bln, maka permohonan dianggap diterima.
4. Apabila diminta WP, Dirjen Pajak wajib memberikan
ket. secara tertulis mengenai hal-hal yang menjadi
dasar untuk menolak atau mengabulkan sebagian.
Tata cara pemberian angsuran dan
penundaan pembayaran pajak
1. WP dapat mengajukan permohonan untuk
mengangsur atau menunda pembayaran SKP apabila
mengalami kesulitan likuidasi atau force majeure.
2. Syarat :
a. Diajukan max 15 hari sebelum jatuh tempo
pembayaran
b. Menyatakan alasan penundaan pembayaran
c. Menyatakan jumlah pajak yang dimohonkan untuk
diangsur / ditunda.
d. Melampirkan bukti-bukti yang menguatkan
e. WP harus bersedia memberikan jaminan kecuali
KPP menganggap tidak perlu
3. KPP a/n Dirjen Pajak menerbitkan surat
keputusan dalam 10 hari. Isi keputusan
dapat menerima seluruhnya atau
sebagian atau menolak.
4. Apabila lewat, maka permohonan
dianggap diterima
5. Masa angsuran atau penundaan
diberikan tidak lebih dari 12 bln
6. Terhadap utang pajak yang telah
diterbitkan surat keputusan, tidak dapat
lagi diajukan permohonan
Khusus PPh 25, WP dapat mengajukan
permohonan untuk mengurangi besarnya
angsuran. Syarat :
1. Dapat menunjukkan bahwa PPh yang akan
terutang kurang dari ¾ PPh yang menjadi dasar
perhitungan angsuran PPh 25
2. Menyebutkan jumlah pajak dan angsuran pajak
yang menurut perhitungan WP seharusnya
terutang.

Surat permohonan akan diberikan keputusan


dalam 3 bln. Jika lewat, dianggap diterima.
Keberatan
Pasal 25 – 26A
Pasal 25 : Pengajuan Keberatan
1. WP dapat mengajukan keberatan atas SKP atau atas
pemotongan/pemungutan pajak
2. Keberatan diajukan dalam B. Ind dalam waktu 3 bln
sejak dikirim SKP atau sejak tanggal
pemotongan/pemungutan pajak
3. Bila WP mengajukan keberatan atas SKP, maka WP
wajib melunasi pajak ymh dibayar min. sejumlah
yang telah disetujui WP pada saat akhir pemeriksaan
4. Jangka waktu pelunasan pajak
tertangguh s/d 1 bln sejak tgl penerbitan
Surat Keputusan Keberatan
5. Bila keberatan ditolak atau diterima
sebagian, maka dikenakan sanksi adm
berupa denda sebesar 50% dari jumlah
pajak
6. Denda tidak akan dikenakan bila WP
mengajukan banding
Pasal 26 : Jangka waktu keputusan banding
1. Dirjen Pajak harus memberikan
keputusan atas pengajuan banding dalam
jangka waktu 12 bln
2. Jika lewat berarti permohonan diterima
3. Dirjen Pajak dapat mengabulkan semua
atau sebagian atau menolak
4. WP harus dapat membuktikan ketidak-
benaran dalam SKP yang diajukan
keberatan
Banding
Pasal 27
1. WP dapat mengajukan banding hanya kepada
badan peradilan pajak atas Surat Keputusan
Keberatan pasal 26
2. Permohonan diajukan dalam B.Ind paling lama 3
bln sejak SKK diterima
3. Jumlah pajak yang harus dibayar tertangguh s/d 1
bln sejak tanggal penerbitan Putusan Banding
4. Bila ditolak atau dikabulkan sebagian, dikenakan
sanksi adm berupa denda sebesar 100% dari jumlah
pajak

Anda mungkin juga menyukai