“STRUKTUR KEPEMILIKAN”
Kelompok 4:
Struktur kepemilikan adalah elemen dasar dalam corporate governance suatu perusahaan.
Keberhasilan penerapan corporate governance tidak lepas dari struktur kepemilikan
perusahaan. Struktur kepemilikan tercermin baik dalam instrumen saham maupun
instrumen hutang, sehingga melalui struktur tersebut dapat ditelaah kemungkinan
menunjuk kepada konfigurasi saham yang dimiliki oleh investor, baik individual di luar
perusahaan. Struktur kepemilikan sangat tergantung bagaimana perusahaan memenuhi
kebutuhan pendanaannya.
JENIS-JENIS STRUKTUR KEPEMILIKAN
o Kepemilikan Tersebar
Pada model ini perusahaan memiliki pemegang saham yang banyak dengan jumlah saham yang sedikit.
Pemegang saham minoritas ini kurang mengawasi aktivitas perusahaan dan cenderung tidak terlibat dalam
pengambilan keputusan atau kebijakan perusahaan. Oleh karena itu, pemegang saham tersebut disebut outsider,
dan kepemilikan yang tersebar tersebut disebut sebagai outsider system dan menurut Roche (2005),
kepemilikan yang tersebar ini merupakan model dari negara-negara common law seperti Amerika Serikat dan
Inggris.
Pada tipe perusahaan yang seperti ini, terdapat dua kelompok pemegang saham, yaitu pemegang saham
mayoritas yang bertindak sebagai pengendali dan pemegang saham minoritas. Menurut Bae et al. (2003)
kepemilikan yang terkonsentrasi ini merupakan salah satu ciri dari control based model, selain menekankan pada
insider board, pengungkapan yang terbatas, dan ketergantungan pada keuangan atau sistem perbankan keluarga.
KOMPOSISI DALAM STRUKTUR KEPEMILIKAN
Kepemilikan Keluarga
Menurut Harijono (2013), penelususran kepemilikan keluarga dilakukan dengan melihat nama dewan direksi dan dewan komi saris Jika nama
dewan direksi dan dewan komisaris cenderung sama dalam beberapa tahun dan mempunyai saham dalam kepemilikan oleh keluarga.
Kepemilikan Manajerial
Menurut Bernandhi (2013), kepemilikan manajerial adalah tingkat kepemilikan saham oleh pihak
manajemen yang secara aktif terlibat di dalam pengambilan keputusan.
Kepemilikan Institusional
Menurut Nabela (2012), kepemilikan institusional adalah proporsi saham yang dimiliki institusi pada akhir tahun yang diukur dengan
persentase.
Kepemilikan Publik
Untuk mencapai tujuan utama suatu perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaannya, diperlukan pendanaan yang dapat diperoleh baik
melalui pendanaan internal maupun pendanaan eksternal.
Kepemilikan Asing
Kepemilikan Saham Asing Kepemilikan asing merupakan proporsi saham biasa perusahaan yang dimiliki oleh perorangan, badan hukum,
pemerintah serta bagian-bagiannya yang berstatus luar negeri.
KINERJA PERUSAHAAN
1. Rasio likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan utnuk memenuhi kewajiban finansial yang berjangka pendek tepat pada waktunya.
2. Rasio aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang menunjukkan bagaimana sumber daya telah dimanfaatkan secara optimal, kemudian dengan cara membandingkan rasio 30
aktivitas dengan sadar industry, maka dapat diketahui tingkat efisiensi perusahaan dalam industri.
3. Rasio profitabilitas
Rasio profitabilitas dapat mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba baik dalam hubungan penjualan, asset maupun laba bagi
modal sendiri. Rasio profitabilitas dibagi menjadi enam antara lain: gross profit margin (GRM), net profit margin (NPM), operating return on assets
(OPROA), return on assets (ROA), return on equity (ROE), operating ratio (OR).
4. Rasio solvabilitas
(Leverage) Financial leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Perusahaan yang tidak mempunyai leverage
berarti menggunakan modal sendiri 100%.
Rasio Pasar (Market ratio) Rasio ini menunjukkan informasi penting perusahaan yang diungkapkan dalam basis per saham.
Sistem Pengukuran Kinerja
Menurut Cascio (2003: 336-337), kriteria sistem pengukuran kinerja adalah sebagai berikut:
1. Relevan (relevance).
Relevan mempunyai makna (1) terdapat kaitan yang erat antara standar untuk pelerjaan tertentu dengan tujuan organisasi, dan (2) terdapat keterkaitan
yang jelas antara elemen-elemen kritis suatu pekerjaan yang telah diidentifikasi melalui analisis jabatan dengan dimensi-dimensi yang akan dinilai dalam
form penilaian.
2. Sensitivitas (sensitivity).
Sensitivitas berarti adanya kemampuan sistem penilaian kinerja dalam membedakan pegawai yang efektif dan pegawai yang tidak efektif.
3. Reliabilitas (reliability).
Reliabilitas dalam konteks ini berarti konsistensi penilaian. Dengan kata lain sekalipun instrumen tersebut digunakan oleh dua orang yang berbeda dalam
menilai seorang pegawai, hasil penilaiannya akan cenderung sama.
4. Akseptabilitas (acceptability).
Akseptabilitas berarti bahwa pengukuran kinerja yang dirancang dapat diterima oleh pihak-pihak yang menggunakannya.
5. Praktis (practicality).
Praktis berarti bahwa instrumen penilaian yang disepakati mudah dimenegerti oleh pihak-pihak yang terkait dalam proses penilaian tersebut.
Kesimpulan