Anda di halaman 1dari 29

Tuberculosis Paru

Putus Obat pada


Dewasa Muda
Kelompok A5 :
1. Della Nabila (102016190)
2. Gabriela Chivinversia (102016142)
3. Harry Sondrio Wibowo (102015109)
4. Edward Christianto (102016177)
5. Gabriel Cahyani Harefa (102013165)
6. Bernarda Karina Karwayu (102016090)
7. Merry Beatrix Da Clama Nusa(102016241)
8. Dhanny (102016279)
9. Hersi Khansa Alifah Helmy ( 102014164)
Skenario

Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang dengan keluhan


batuk sejak 3 bulan yang lalu.
Analisis Masalah

9.Komplikasi & 1.Anamnesis


10.Prognosis

7.Penatalaksanaan, Seorang pasien laki-laki berusia 35 2.Pemeriksaan


tahun mengalami penyakit TB paru Fisik &
8.Penceghan putus obat.
3.Penunjang

4.Etiologi,
5.Epidemiologi, 4.Diagnosis
6.Patofisiologi, Banding
Anamnesis
– Auto-anamnesis atau Allo-anamnesis
– Identitas
– Keluhan : berhenti pengobatan TB
– RPS : batuk, sesak napas, hemoptisis Identitas : Laki-laki 35 tahun
– RPD : KU : Batuk 3 bulan yang lalu
– apakah pernah pasien berkontak dengan pasien TB? Keluhan lain : Batuk berdahak, sedikit warna putih
tidak ada darah, demam (-), BB turun beberapa bulan
– apakah pasien pernah menjalani pemeriksaan rontgen toraks dengan hasil abnormal?
terakhir.
– adakah riwayat vaksinasi BCG?
Riwayat pengobatan : memiliki riwayat pengobatan TB kira-
– adakah riwayat diagnosis TB? Pasien immunosupresi? kira satuh tahun yang lalu namun putus obat (
– Pengobatan : hanya selama 2 bulan lalu tidak minum lagi)
– apakah sudah pernah melakukan pengobatan sebelumnya ?
– apakah pasien melakukan pengobatan secara teratur ?
– RPK :
– Apakah di keluarga ada yang mengalami penyakit TB ?
Pemeriksaan Fisik
– Keadaan Umum : tampak sakit ringan; Kesadaran : composmentis
– TTV : TD = 120/70 mmHg, Nadi = 78x/menit, RR = 20x/menit, Suhu = 37.5˚C
– Inspeksi :
– Kepala : mata konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik
– Abdomen : perut datar
– Ekstremitas : tidak ada odem, tidak ada sianosis, clubbing finger (-)
– Palpasi :
– Kepala : leher tidak keraba KGB yang membesar, tiroid tidak teraba membesar
– Ekstremitas : akral hangat
– Perkusi
– Auskultasi :
– Suara napas : bronkovesikular, Rh +/- (ronksi basah halus di paru apeks kanan) , Wh -/-
– Jantung : BJ I dan II murni regular, murmur (-), gallop (-)
– Bising Usus Normal (+)
Pemeriksaan Penunjang

– pemeriksaan darah
– Leukosit ↑ (N=4000-11000 µl)
– LED ↑ (N= <15 mm/jam)
– Hasil pemeriksaan darah :
– Hb 10g/dl, Ht 30%, leukosit 9.900 µl, trombosit 160.000 µl, LED 70 mm/jam
– pemeriksaan radiologis
– pemeriksaan sputum
– BTA (+) = infeksi tuberkulosis
– Hasil : BTA +++
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Radiologi
Proses aktif :
• Infiltrat/konsolidasi/kesuram
an

• Pembesaran kelenjar hillus

• Cavitas / disertai efusi


Working Diagnosis

TB PUTUS
OBAT
Diferential Anamnesis Therapy Penyebab
Diagnosis

MDR Resisten thdp INH dan Rifampisin Fluorokuinolon + obat organisme yang
serta obat lini pertama lainnya lini kedua resisten/
ketidakpatuhan terapi

XDR Resisten thdp INH dan Rifampisin Pilihan pengobatan organisme yang
juga terhadap Fluorokuinolon + sangat terbatas resisten/
salah satu dari obat suntikan lini ketidakpatuhan terapi
kedua (yaitu, amikasin, kanamisin,
atau kapreomisin).

TDR Resisten thdp OAT total baik lini Belum ada organisme yang
pertama maupun lini kedua pengobatan. resisten/
Angka kematian ketidakpatuhan terapi
individu penderita TDR
adalah 100%.
Anatomi dan Histologi Paru
Etiologi

– Mycobacterium tuberculosis
– Bakteri patogen utama penyebab tuberkulosis, Batang, gerak (-), kapsul (-)
spora (-), aerob
– Mudah mati pada suhu 80o 5 menit dan 20 menit pada suhu 60o
– Peka terhadap ultraviolet
– Dapat hidup berbulan-bulan pada suhu kamar dan ruangan lembab
Pewarnaan Ziehl-Neelsen
Epidemiologi
WHO Global Report 2014
– Angka insiden TB di Indonesia mencapai 183/100.000 penduduk
10% dari 206/100.000 penduduk tahun 1990
– Prevelensi : 272/100.000 penduduk
33% dari baseline sebesar 442/100.000 penduduk
– Angka mortalitas TB : 25/100.000 penduduk atau
49% dari 53/100.000 pada tahun 1990
Patogenesis TB
Patofisiologis
• Pada penderita TB putus obat

Gen yang mengalami


Pengobatan Mutasi gen kuman mutasi berperan dalam Resistensi kuman
berhenti pada tingkat sel mengkode enzim yang terhadap OAT
menjadi target OAT

-. Mono Resisten
berupa -. Multi Drug Resistance
-. Poli resisten
Resistensi kuman
terhadap OAT

-. Resistensi Primer
dibagi -. Resistensi Sekunder
Gejala Klinis

3 kriteria TB menurut WHO :


– Batuk > 3 minggu
– Demam
– Penurunan BB drastis

– Gejala lain :
– Batuk darah
– Sesak nafas
– Nyeri dada
– Malaise
– Anoreksia
Faktor Resiko TB Resisten

– Siapa saja bisa kena, tetapi paling sering pada penderita yang :
– 1. tidak menelan obat TB secara teratur
– 2. Sakit TB berulang serta ada riwayat pengobatan TB sebelumnya
– 3.Datang dari wilayah yang beban TB resisten obatnya tinggi
– 4.ada kontak erat dengan penderita TB resisten
Klasifikasi Tuberkulosis

1.Lokasi
–TB paru 3. Status HIV

–TB ekstraparu • Kasus TB dengan HIV positif

2.Riwayat Pengobatan • Kasus TB dengan HIV negatif

–Kasus baru • Kasus TB dengan HIV tidak diketahui


–Kasus dengan riwayat pengobatan sebelumnya
–Kasus Kambuh
–Kasus pengobatan gagal
–Kasus putus obat
Tatalaksana
Kategori OAT
Kategori Kasus Paduan obat yang diajurkan Keterangan

I - TB paru BTA (+), BTA (-) , 2 RHZE / 4 RH atau  


lesi luas 2 RHZE / 6 HE
  *2RHZE / 4R3H3

II - Kambuh -RHZES / 1RHZE / sesuai hasil uji resistensi atau 2RHZES / Bila streptomisin alergi,
- Gagal pengobatan 1RHZE / 5 RHE dapat diganti kanamisin
-3-6 kanamisin, ofloksasin, etionamid, sikloserin / 15-18
ofloksasin, etionamid, sikloserin atau 2RHZES / 1RHZE /
5RHE

II - TB paru putus berobat Sesuai lama pengobatan sebelumnya, lama berhenti minum  
obat dan keadaan klinis, bakteriologi dan radiologi saat ini
(lihat uraiannya) atau
*2RHZES / 1RHZE / 5R3H3E3

III -TB paru BTA (-), lesi minimal 2 RHZE / 4 RH atau  


  6 RHE atau
*2RHZE /4 R3H3

IV - Kronik RHZES / sesuai hasil uji resistensi (minimal OAT yang sensitif)  
+ obat lini 2 (pengobatan minimal 18 bulan)

IV - MDR TB Sesuai uji resistensi + OAT   lini 2 atau H seumur hidup  


 
Pasien baru Pasien yang belum pernah mendapapat pengobatan dengan OAT atau pernah
di obati menggunakan OAT < 1 bulan

Pengobatan Pasien yang mendapatkan pengobatan ulang karena :


ulangan · Kasus gagal pengobatan: pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap
positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama
pengobatan. Hal ini ditunjang dengan rekam medis dan atau riwayat
pengobatan TB sebelumnya.
· Kasus kambuh: pasien TB yang sebelumnya pernah mendapatkan
pengobatan TB dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,
didiagnosis kembali dengan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis dan biakan
positif.
· Pasien kembali setelah loss to follow up (lalai berobat / default): pasien
yang kembali berobat setelah loss to follow up / berhenti berobat paling
sedikit 2 bulan dengan pengobatan kategori 1 atau kategori 2 serta hasil
pemeriksaan dahak menunjukkan postif (+).
· Tidak diketahui: pasien yang telah mendapatkan pengobatan TB > 1 bulan
tetapi hasil pengobatannya tidak diketahui atau tidak tercatat/terdokumentasi

Lain-lain Pasien TB yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak jelas atau tidak dapat
Komplikasi

●Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis,


usus, Poncet’s arthropathy
●Komplikasi lanjut: Obstruksi jalan napas →SOPT (Sindrom
Obstruksi Pasca Tuberkulosis), kerusakan parenkum berat
→fibrosis paru, sindrom gagal napas dewasa (ARDS), sering
terjadi pada TB milier dan kavitas TB.
Pencegahan

●Pengawasan penderita, kontak dan


lingkungan.
●Tindakan pencegahan
Prognosis

● Penanda prognosis buruk adalah


keterlibatan jaringan ekstrapulmoner,
penderita immunocompromised, usia
lanjut, dan riwayat pengobatan
sebelumnya.
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Diagnosis pada kasus, - laki-laki usia 35 dengan riwayat
pengobatan TB selama 2 bulan, BTA +++ adalah TB putus obat.

Hal ini dikonfirmasi dengan pemeriksaan sputum BTA yang masih


positive dan tidak berkurang.

Anda mungkin juga menyukai