Anda di halaman 1dari 25

Oleh Kelompok 1

HULDA MARLIN TELAPARY


PATRICIA MAKATITA
IZABELLA LOHY
IREN SANY UHNANA
FEBRIANTI HUWAE
THEOPHILIA FRANY SOPAMENA( TIDAK AKTIF)
DAMIARIS PEMBUAIN ( TIDAK AKTIF)
WILHEMINA VIONITA BOROLLA( TIDAK AKTIF)
TINA JAKOB( TIDAK AKTIF)
SARA SAPUTRI SANYAKIT( TIDAK AKTIF)
TERAPI SOMATIK TERHADAP
PASIEN DENGAN GANGGUAN
JIWA
1. PENGERTIAN TERAPI
SOMATIK
 Terapi somatik adalah terapi yang diberikan untuk mengubah
perilaku maladaptif menjadi perilaku yang adaptif dengan
tindakan yang diberikan perlakuan fisik tetapi target terapi
adalah perilaku klien.
 Terapi somatik adalah terapi yg diberikan kepada klien

dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku


yang maladaptif menjadi perilaku adaptif dgn melakukan
tindakanyang ditujukan pada kondisi fisik klien
2. JENIS TERAPI SOMATIK

a. Pengikatan
b. Isolasi
c. ECT (Elektro Confulsive Therapy)/ terapi kejang listrik
d. Foto terapi
e. Terapi deprivasi tidur
a. Pengikatan
 Pengikatan adalah tindakan terapi dengan menggunakan
alat-alat mekanik atau manual untuk membatasi mobilitas
fisik
 Tujuan : Untuk melindungi klien dan orang lain dari cedera

fisik, khususnya apabila terapi lain sudah tidak mampan lagi


Indikasi pengikatan :
 Beresiko mencederai diri sendiri dan orang lain
 Mengalami toleransi dan atau tidak lagi responsif terhadap

obat-obat yang menekan perilaku patologisnya


 Bingung dan beresiko mengalami cedera
 Membutuhkan penurunan untuk mendapatkan rasa aman

dan pengendalian dirinya


Tindakan keperawatan :
 Hargai hak asasi klien
 Lindungi klien dari cedera fisik akibat proses pengikatan
 Sediakan lingkungan yang aman
 Jaga integritas biologis klien
 Melepas ikatan
b. Isolasi
 Bentuk terapi dengan menempatkan sendiri diruang
tersendiri
 Tujuan : melindungi klien, orang lain dan linkungan dari

bahaya potensial yang mungkin terjadi


 Indikasi :Klien yang tidak mampu mengendalikan perilakunya
yang tidak bisa dikendalikan dengan cara lain
 Kontra indikasi : Kebutuhan untuk pengamatan masalah

medik, resiko tinggi untuk bunuh diri, potensial tidak dapat


mentoleransi deprivasi sensori, hukuman.
Prosedur isolasi :
 Tunjuk seorang pemimpin

 Perlihatkan pada klien kekuatan yang ada

 Buat rancangan yang tepat dan siapkan isolasi

 Komunikasi antar perawat jelas

 Tangkap klien tanpa menyakiti

 Kendalikan perilaku agresif klien

 Pindahkan klien ke ruang isolasi

 Ganti pakaian klien yang aman dan nyaman

 Buat rencana askep lanjutan

 Tetap pertahankan kontak dengan klien


Tindakan Keperawatan di ruang isolasi :
 Bantu klien memenuhi KDM
 Observasi
 Pertahankan komunikasi verbal
 Catat dan dokumentasikan hasil observasi
 Beri umpan balik tentang perilakunya sehingga klien

menyadari alasan dan tujuan isolasi


 Tetap berikan terapi yang lain
 Segera melepas klien dari ruangan isolasi jika perilakunya

mulai terkendali
c. ECT (Elektro Confulsive Therapy)/
Terapi kejang listrik
 Bentuk terapi dengan menimbukan kejang gran mall, dimana
mengalirkan arus listrikmelalui elektroda yang ditempelakan
pada pelipis klien. Awalnya ditujukan untuk klien skizopreni,
tetapi lebih cocok untuk gangguan afektif
 Kontra indikasi :

1. Tumor intra karnial


2. Kehamilan
3. Osteoporosis
4. Infarc miokard
5. Asthma bronhiale
Peran perawat :
1. Persiapan
a. Tangani kecemasan klien
b. Lakukan pemeriksaan fisik dan laboraturium
c. Mempersiapkan inform concent
d. Puaskan klien minimal 6 jam
e. Hentikan pemberian obat sebelum ECT
f. Lepaskan gigi palsu, kontak lensa, dll
g. Memakaikan pakaian yang longgar
h. Membantu mengosongkan blast
2. Pelaksana
a. Baringkan klien
b. Siapkan alat
c. Pasang bantalan gigi
d. Sementara ECT dilakukan, tahan persendian deng an supel
e. Setelah selesai, berikan bantuan nafas

3. Setelah ECT :
f. Observasi TTV sampai stabil
g. Jaga keamanan klien
h. Bila sudah sadar, orientasikan klien
D. Fototerapi
Foto terapi atau terapi cahaya merupakan terapi pemaparan cahaya teraupetik buatan
kepada pasien yang kekuatannya 5-20 kali lebih terang dari pencahaya yang ada di dalam
rumah
Terapi ini berlangsung cepat dan dapat efektif. Pasien merasakan sembuu setelah 3-5 hari
terapi dan kambuh bila dihentikan

 Indikasi Penggunaan fototerapi:


Fototerapi dapat menurunkan 75% gejala depresi yang dialami klien akibat perubahan
cuaca, Misalnya pada saat musim hujan atau musim dingin, dimana terjadi hujan,
mendung terus menerus yang bisa mencetuskan depresi pada beberapa orang
 Mekanisme Kerja :
Fototerapi bekerja berdasarkan ritme biologis sesuai
pengaruh cahaya gelap terang pada kondisi biologis.
Dengan adanya cahaya terang terpapar pada mata
akan merangsang sistem neurotransmiter serotonin
dan dopamin yang berperanan pada depresi
 Efek samping :

Kebanyakan efek samping yang terjadi meliputi


ketegangan pada mata,sakit kepala,cepat
terangsang, insomnia,kelelahan,mual,mata menjadi
kering,keluar sekresi dari hidung dan sinus.
E. Terapi deprivasi tidur

Sebanyak 60% pasien depresi membaik segera setelah


dilakukan satu malam deprivasi tidur total namun pasien dapat
depresi kembali ketika mereka hanya tidur selama kurang dari 2
jam pada malam hari

 Indikasi :Terapi deprivasi tidur dianjurkan untuk klien depresi


 Mekanisme kerja :
Mekanisme keja terapi deprivasi tidur ini adalah mengubah
neurondokrin yang berdampak anti depresan. Dampaknya
adalah menurunnya gejala-gejala depresi
 Efek samping :

Klien yang didiagnosa mengalami gangguan efektif tipe bipolar


bila diberikan terapi ini dapat mengalami gejala mania
Analisa jurnal
 Latar belakang: Sudarshan Kriya Yoga (SKY) adalah prosedur yang pada dasarnya
melibatkan hiperventilasi ritmis dengan kecepatan pernapasan yang berbeda.
Kemanjuran antidepresan SKY ditunjukkan pada distimia dalam uji klinis
prospektif terbuka. Studi ini membandingkan efikasi antidepresan relatif SKY di
melankolia dengan dua perawatan standar saat ini, terapi elektrokonvulsif (ECT)
dan imipramine (IMN).
 Metode: Depresi melankolis yang tidak diobati (n = 45) dirawat di rumah sakit
dan diacak secara merata ke dalam tiga kelompok pengobatan. Mereka dinilai
saat perekrutan dan setiap minggu setelahnya selama empat minggu.
 Hasil: Penurunan signifikan dalam skor total pada Beck Depression Inventory
(BDI) dan Hamilton Rating Scale for Depression (HRSD) terjadi pada kesempatan
yang berurutan di ketiga kelompok. Namun, kelompok tersebut tidak berbeda.
Terjadi interaksi yang signifikan antara kelompok dan kesempatan penilaian.
Pada minggu ketiga, kelompok SKY memiliki skor yang lebih tinggi
dibandingkan kelompok ECT tetapi tidak berbeda dengan kelompok IMN.
Tingkat remisi (total skor HRSD tujuh atau kurang) pada akhir percobaan adalah
93, 73 dan 67% masing-masing pada kelompok ECT, IMN dan SKY. Tidak ada
efek samping yang signifikan secara klinis yang diamati.
 Diskusi: Dalam keterbatasan desain (kondisi buta ganda), dapat
disimpulkan bahwa, meskipun lebih rendah dari ECT, SKY dapat
menjadi alternatif potensial untuk obat-obatan di melankoli sebagai
pengobatan lini pertama. 0 2000 Elsevier Science

Meskipun khasiat dan keamanannya telah terbukti, terapi


elektrokonvulsif (ECT) memiliki citra negatif dan menarik kritik publik
yang meluas. Sebaliknya, persepsi pasien yang menerima ECT tampak
lebih baik. Ulasan ini dimaksudkan untuk merangkum bukti pengetahuan
dan pandangan tentang ECT di antara penerimanya. Pencarian elektronik
dan manual yang ekstensif dilakukan untuk mengidentifikasi semua studi
yang relevan tentang subjek. Tujuh puluh lima laporan ditemukan cocok.
Bukti dari penelitian ini menunjukkan bahwa pasien yang menjalani ECT
biasanya kurang mendapat informasi tentang hal itu. Ini disebabkan oleh
faktor-faktor seperti penjelasan pra-perawatan yang tidak memuaskan
atau gangguan memori pasca-ECT
Sekitar sepertiga yang menjalani ECT melaporkan merasa
dipaksa untuk menjalani perawatan. Ketakutan pada ECT
dan efek samping yang menyusahkan juga muncul di
sebagian besar kasus. Terlepas dari masalah ini, sebagian
besar pasien menganggap ECT bermanfaat dan memiliki
pandangan positif tentang pengobatan. Secara bersamaan,
proporsi yang cukup besar cukup kritis, meskipun sedikit
yang diketahui tentang tingkat dan sifat ketidaksetujuan
tersebut. Secara keseluruhan, bobot bukti mendukung
anggapan bahwa pasien yang menjalani ECT cenderung
mengarah ke sana. Namun, banyak yang harus dilakukan
untuk meningkatkan praktik ECT dan untuk meningkatkan
kepuasan pasien dengan pengalaman pengobatan.
Perbandingan
 Perbandingan ECT di kenal dengan manfaat / khasiatnya yang suda
banyak terganti di kalangan masyarakat . namun tidak sedikit juga
orang masi berfikir negatif dengan pengunaan ECT, Untuk itu kita
juga di kenalkan pada salah satu jenis terapi somatik yang lainya
yakni SKY ( sudarshan kriya yoga ) yang merupakan prosedur yang
pada dasarnya melibatkan kecepatan pernapasan yang berbeda..
 Negatif - positifnya hasil dari terapi ECT, bergantung pada pasien
yang menerimanya. Hal ini merangkum buktik pengetahuan atau
pandangan tetang ECT di antara penerimanya ( pasien ) ECT
kadang dapat membuat trauma atau ketakutan sendiri bagi pasien.
Karena prosedurnya tidak diinformasikan kepada pasien dengan
faktor pra-perawatan
 Untuk SKY sendiri, sangat berbanding terbalik dengan ECT dengan
prosedur yang muda atau efektif, tampa ada ketakutan yang
terlebi, penerima mampu melakukan prosedur SKY dengan baik.
Kesimpulan
 Pemberian ECT efektif bagi penderita
ganguan jiwa namun kekurangan dari
pemberian ECT juga yaitu penderita bisa
mengalami amnesia, jadi dalam
perbandingnya dengan SKY , ada pengobatan
SKY yang sudah di uji penelitian nya yaitu SKY
punya obat penurunaan depresi. Untuk
penderita ganguan jiwa lebih banyak yg
mengalami peningkatan penyembuhannya
dengan menggunakan SKY.
Daftar Pustaka
https://
id.scribd.com/doc/256963659/Terapi-Somatik
-Dan-Psikofarmaka

http://
journals.stikim.ac.id/index.php/jiiki/article/do
wnload/127/108

https://
www.yoga-als-therapie.de/assets/Studien/Do
wnloads/Janakiramaiah-2000-j-affect-disorde

Anda mungkin juga menyukai