Anda di halaman 1dari 21

Hakikat

IPTEK
dalam
Kelompok 2 :
peradaban
1. Shafa Salsabila
2. Mega Novianti N.
3. Jihan Fitriah
4. Tiara Evsya
Islam
Konsep Ipteks
dan Peradaban
Islam
Konsep Ipteks dan Peradaban Islam
IPTEKS merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan,
Teknologi, dan Seni.  Kata “ilmu” berasal dari bahasa Arab ‘ilm
yang memiliki beberapa arti, antara lain knowledge
(pengetahuan), learning (pengajaran), lore (adat dan
pengetahuan), information (pemberitahuan), intellection
(kepandaian), dan perception (pendapat). Jamak dari ‘ilm
adalah ‘ulum yang berarti science (ilmu pengetahuan), dan
al’ulum yang berarti natural science (ilmu alam)
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah
disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah
memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-
kesalahanmu).” (Q.S. As-Syuura [42]: 30)
faktor yang mempengaruhi cara pandang dan
berpikir masyarakat modern

(1) 1. kebutuhan hidup yang semakin meningkat dan


konsumtif
(2) 2. rasa individualistis dan egoistis
(3) 3. persaingan dalam kehidupan
(4) 4. keadaan yang tidak stabil
(5) 5. terlepasnya IPTEKS dari agama.
Dalam sejarah peradaban Muslim, konsep IPTEKS secara
mendalam meresap ke dalam seluruh lapisan masyarakat
dan mengungkapkan dirinya dalam sejarah semua
intelektual. Gambaran Al-Qur’an tentang spirit
pengembangan IPTEKS termaktub dalam Al-Qur’an surat
Ar-Rahman ayat 33:
“Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus
(melintasi) penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu
tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan (sains
dan teknologi).” (Q.S. Ar-Rahman [55]: 33)
Hakikat IPTEK
adalah alat yang diberikan kepada manusia untuk
mengetahui dan mengenal rahasia-rahasia alam ciptaan
Allah sebagai khalifah Allah di bumi. Tujuan akhir dari
IPTEKS tersebut menurut Islam adalah dalam rangka
pengabdian total kepada Allah SWT. Hal ini sesuai firman
Allah berikut:
“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku,
hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta
alam.” (Q.S. Al-An’am [6]: 162)
Epistemologi Islam tersebut hakikatnya menghendaki, bahwa
IPTEKS harus mengakui adanya nilai-nilai kemanusiaan
yang universal. Intisari dari tawaran epistemologi Islam ini
adalah bahwa mengaitkan disiplin IPTEKS dengan ideologi
Islam sangat mungkin dilakukan, yaitu; dengan jalan
membenarkan teori, metode, dan tujuan IPTEKS secara
Islami.
Prinsip-prinsip peradaban Islam

1. Menghormati akal
2. Memotivasi untuk menuntut dan mengembangkan
ilmu
3. Menghindari taklid buta
4. Tidak membuat pengrusakan
  Sejarah mencatat
IPTEKSnama-nama
Sebagai ilmuwan
Peradabanmuslim yang
Islam
berperan penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni, yang merupakan hasil peradaban umat
Islam. Ilmuwan-ilmuwan tersebut diantaranya :
1. Abu Yusuf Ya'qub bin Ishaq Al-Kindi (Filosof Arab)
2. Hunayn bin Ishaq (Ahli Fisika)
3. Abu Ali bin Al-Hasan Ibn Al-Haytsam (Fisikawan Muslim
dan Ahli Matematika)
4. Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi (Ilmuwan
Matematika)
5. Jabir bin Hayyan (Ahli Kimia)
6. Abu Al-Abbas Ahmad Al-Farghani (Ahli Astronomi)
7. Abu Ali Al-Husain bin Sina (Ilmu Kedokteran, Filsafat,
Hukum Sunnatullah
(Kausalitas)
Definisi

Sunnatullāh dapat diartikan sebagai cara Allah


memperlakukan manusia, yang dalam arti luasnya
bermakna ketetapan-ketetapan atau hukum-hukum Allah
yang berlaku untuk alam semesta (Hidayat, 1996). Dengan
demikian, sunatullah adalah ketentuan Allah. Suatu
ketentuan hukum Logika yang mempunyai hubungan
sebab akibat dalam kajian ilmiah (Scientific) disebut
dengan hukum alam
Definisi

sunnatullah merupakan hukum yang ditetapkan Allah yang


bersifat fitrah, yakni tetap dan otomatis, untuk mengatur
mekanisme alam semesta sehingga dapat menjadi
pedoman bagi manusia dalam beribadah kepada Allah
selaku hamba-Nya dan dalam mengelola alam semesta
selaku khalifatullah, guna mewujudkan maslahat bagi
kehidupan manusia dan menghindari mafsadat
spesifikasi atau karakteristik

1. Sunnatullah mengatur pergerakan alam semesta dengan seluruh


isinya, termasuk pula manusia. Allah menyatakan hal ini dalam
firman-Nya:
1. “Sebagai sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah
terdahulu sebelum (mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati
perubahan pada sunnah Allah.” (Q.S. Al-Ahzab [33]: 62)
2. Sunnatullah memiliki sifat fitrah, yakni tetap dan otomatis. Sifat
fitrahnya sunnatullah ini juga dinyatakan dalam firman-Nya yang lain
dimana Allah menyatakan:
2. “Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu
sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu.”
(Q.S. Al-Fath [48]: 23)
spesifikasi atau karakteristik

3. Penciptaan manusia tunduk pada fitrah Allah. Fitrah


penciptaan manusia ini tidak akan mengalami perubahan
sebagaimana dinyatakan Allah dalam firman-Nya:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama
(Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada
fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui.” (Q.S. Al-Ruum [30]: 30)
spesifikasi atau karakteristik

4. Obyek hukum sunnatullah adalah alam semesta. Kejadian yang terjadi


karena kekuatan hukum alam disebut peristiwa alam.
5. Alam semesta bukan merupakan subyek hukum sunnatullah yang
memiliki pilihan dan tanggung jawab, melainkan merupakan obyek
hukum yang secara otomatis tunduk pada hukum sunnatullah.
6. Alam semesta sebagai obyek hukum sunnatullah dapat terjadi perubahan
atau perkembangan. Perubahan alam tersebut terjadi karena ketetapan
hukum alam, artinya perubahan alam terjadi karena diatur oleh hukum
alam. Hukum alamlah yang menyebabkan perubahan alam.
7. Mekanisme kerja hukum alam terbebas dari
campurtangan akal dan kehendak manusia. Allah dalam
menetapkan hukum sunnatullah ini terbebas dari campur
tangan pemikiran dan keinginan manusia. Tidak ada
tempat sama sekali bagi manusia untuk ikut campur
tangan dalam menetapkan hukum sunnatullah untuk
mengatur alam semesta.
Hubungan Ilmu, Agama
Budaya dan
kesehatan
Hubungan masalah ilmu, agama dan budaya akan berkaitan
dengan posisi akal dalam sistem ajaran agama. Dalam
ajaran Islam, hampir seluruh perintah dan larangan dalam
AlQur’an sesungguhnya selalau disinggung latarbelakang
akaliahnya, sehingga dapat diterima oleh manusia.
Berikutnya, al-Qur’an di banyak tempat juga memberi
posisi khusus perbuatan sadar manusia yang terus
berkembang akhirnya membentuk suatu format
kebudayaan. Kebudayaan secara ringkas dengan
demikkian adalah media manusia untuk berhadapan
dengan dirinya, alam dan Allah. Di sisi lain fungsi Al-Qur’an
sebagai kodifikasi wahyu adalah merupakan cara Allah
SWT memberi petunjuk kepada manusia untuk secara
terus-menerus membentuk kebudayaannya sebagai proses
hubungan ilmu dengan kesehatan
Kesehatan berdasarkan perspektif Islam yakni terhadap
kesehatan jiwa/hati dan terhadap kesehatan fisik. Konsep
ini berimplikasi terhadap konsep penyakit. Penyakit hati,
terdiri dari penyakit syubhat yang diiringi dengan keragu-
raguan dan penyakit syahwat diiringi kesesatan. Untuk
mengobati penyakit hati tersebut, adalah al-Qur'an itu
sendiri sebagai pusat ilmu dan ajaran Islam. Karena itulah,
al-Qur'an disebut juga sebagai obat penawar (asy-Syif'):
"Dan Kami turunkan dari Al-Qur'an suatu yang menjadi
penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan
Al-Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang
zalim selain kerugian." (QS: Al-Isr': 82)
Hubungan ketenangan jiwa dan jasad ini
adalah jika hati atau jiwa sehat maka akan
memberikan ketenangan yang akan
mempengaruhi kondisi fisik seorang.
Sebagaimana yang ditemukan dalam
penelitian yang menyebutkan salah satu
penyebab sakit adalah stress atau banyak
pikiran yang menyebabkan jiwa tidak
tenang.

Anda mungkin juga menyukai