Anda di halaman 1dari 52

Demo Kok rusuh ?

Devin Alexander
405160054
Pemicu 3
LO 1
• Tanatologi  bagian dari ilmu Kedokteran Forensik yg mempelajari
kematian dan perubahan yg terjadi setelah kematian serta faktor yg
mempengaruhi perubahan tersebut
• Beberapa istilah tentang mati :
• Mati somatis
• Mati suri
• Mati seluler
• Mati serebral
• Mati batang otak

Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
• Mati somatis (mati klinis) :
• Terjadi akibat  henti 3 sistem penunjang kehidupan
• Mati SSP, sistem KV, sistem respirasi yg menetap
• Tidak ditemukan refleks-refleks, EEG mendatar, nadi
tidak teraba, denyut jantung (-), tidak ada gerak
pernapasan, auskultasi suara nafas (-)
• Berhentinya pernapasan
Auscultatoir, test dari WINSLOW, mirror test
• Berhentinya denyut jantung
Auscultatoir, tes MAGNUS, test ICARD, A. radialis
diincisi

Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
• Mati suri (apparent death) :
• Terhentinya ketiga sistem kehidupan yg ditentukan
dengan alat kedokteran sederhana
• Terjadi karena proses vital dalam tubuh menurun
sampai taraf minimum untuk kehidupan  klinis sama
dengan orang mati
• Peralatan kedokteran canggih  ketiga sistem
tersebut masih berfungsi
• Sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur,
tersengat aliran listrik, kedinginan, tenggelam,
mengalami anestesi yang dalam, AHF, neonatal anoxia,
menderita catalepsy

Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
• Mati seluler ( mati molekuler) :
• Kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul
beberapa saat setelah kematian somatis
• Terjadi kematian selular pada tiap organ dan jaringan
tidak bersamaan
• SSP mati selular  4 menit
• Otot dapat dirangsang listrik  2 jam pasca mati, mati
setelah 4 jam
• Miosis pupil  dalam 24 jam pasca mati  bila
disuntikan adrenalin 0,1% / sulfas atropin 1%
• Kulit masih berkeringat  > 8 jam pasca mati 
dengan menyuntikkan pilokarpin 2% SC
• Darah  untuk transfusi sampai 6 jam pasca mati

Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
• Mati serebral :
• Hanya kedua hemisfer serebrum yang tidak aktif  EEG
flat
• Batang otak dan serebelum masih berfungsi
• Pernafasan dan KV masih berfungsi dengan bantuan alat

• Mati otak (mati batang otak) :


• Kerusakan irreversibel seluruh isi neuronal intrakranial,
termasuk batang otak dan serebelum
• Dinyatakan tidak dapat hidup lagi  alat bantu lepas

Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
LI 2
Tanda kematian
Tanda Kematian Tidak Pasti
• Pernafasan berhenti, dinilai selama >10 menit
• Terhentinya sirkulasi, dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba
• Kulit pucat
• Tonus otot menghilang dan relaksasi
• Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah
kemarian
• Pengeringan kornea  keruh dalam waktu 10 menit yang masih dapat
dihilangkan dengan air

Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Lebam mayat (livor mortis)
• Setelah kematian klinis peredaran darah berhenti 
stagnasi  eritrosit menempati tempat terbawah akibat
gravitasi  mengisi vena dan venula  bercak merah ungu
pada bagian terbawah tubuh kecuali yg tertekan
• Mulai 20-30 menit pasca mati, menetap setelah 8-12 jam
• Lebam bisa memucat / hilang posisi mayat diubah dan pd
penekanan  > cepat pada 6 jam pertama setelah mati klinis
• Merah terang  keracunan CO atau CN
• Chocolate brown  keracunan Nitro Benzena / Potassium
Chlorat
• Kebiruan  akibat asphyxia
• Merah terang / pink  jenasah yang disimpan dalam kamar
pendingin

Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Beda Lebam Mayat dan Luka Memar

Lebam mayat Luka memar

Bila ditekan Biasanya hilang Tidak hilang

Bila di iris Darah intravasculer Darah extravasculer

Tanda intravital Tidak ada Ada

10
Kaku mayat (rigor mortis)
• Menunjukkan tanda pasti kematian dan perkiraan
kematian
• Dibuktikan dengan memeriksa persendian
• Mati  cadangan glikogen habis  energi tidak terbentuk
 aktin miosin menggumpal  otot kaku
• Mulai tampak 2 jam pasca mati (dimulai dari otot kecil)
lengkap setelah 12 jam  dipertahankan selama 12 jam
 menghilang
• Dimulai dari luar tubuh ke dalam (sentripental)
• Faktor yg mempercepat  aktivitas fisik sebelum mati,
suhu tubuh yang tinggi, kurus, suhu lingkungan tinggi

Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Keadaan yg Mirip Dengan Rigor Mortis
1. Heat stiffening
Terjadi karena koagulasi protein otot akibat suhu yang tinggi
Otot yang telah menjadi kaku akibat heat stiffening ini tidak
dapat mengalami rigor mortis
2. Freezing (cold stiffening)
Kaku sendi yg disebabkan oleh cairan synovial membeku
Bila sendi tersebut digerakkan, terdengarcrepitasi
3. Cadaveric spasm (Instantenous Rigor)
Yaitu kontraksi otot dalam stadium somatic death pada saat
otot-otot lain dalam fase primary flaccidity, dan berlangsung
terus sampai timbul secondary flaccidity
12
Penurunan suhu tubuh (algor mortis)
• Terjadi karena proses pemindahan panasa dari suatu benda
ke benda yang lebih dingin, melalui cara radiasi, konduksi,
evaporasi, dan konveksi
• Kecepatan dipengaruhi  suhu keliling, aliran dan
kelembaban, bentuk tubuh, posisi tubuh, pakaian, keadaan
tubuh korban, aktifitas, sebab kematian
• Untuk perhitungan perkiraan saat kematian
• Rumus : 98,40 F – suhu rectal jenasah (0F)1,50F

Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
LI 3
Perubahan Setelah kematian
Perubahan Setelah Mati

Perubahan Lanjut
Perubahan Dini
(Tanda Pasti Kematian)

Sistem KV  kulit pucat,


dingin, henti nadi Lebam mayat (livor mortis)

Pernapasan  henti napas


Kaku mayat (rigor mortis)
SSP  relaksasi
primer/atonia, arefleksi Penurunan suhu (algor
Segmentasi/fragmentasi A. mortis)
sentralis retina
Pembusukan
Tonus bola mata turun  N:
12 g, turun segera p.m  3 Perub lain: mumifikasi,
g dalam 0.5 jam p.m adipocere, maserasi

Sampurna B, Samsu Z, Siswaja TD. Peranan Ilmu Forensik Dalam Penegakan Hukum: Sebuah Pengantar. Jakarta; 2008.
Pembusukan (decomposition)
• Proses degenerasi jaringan yg terjadi akibat autolisis
(perlunakan dan pencairan jaringan yg terjadi dalam
keadaan steril dan kerja bakteri
• Meninggal  bakteri dalam tubuh (usus >>>)  masuk
jaringan, darah (paling baik)  Clostridium welchii
• Tampak 24 jam pasca mati
• Warna kehijauan pd perut kanan bawah  menyebar ke
dada dan perut  bau busuk
• PD bawah kulit melebar hijau kehitaman
• Kulit ari terkelupas  gelembung cairan kemerahan
berbau busuk
• Pembentukan gas  perut tegang, keluar cairan dari
mulut dan hidung, krepitasi, tubuh bengkak menyeluruh

Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Pembusukan (decomposition)
• Tubuh dalam sikap seperti petinju (pugilistic attitude) 
akibat terkumpulanya gas pembusukan dalam rongga sendi
• Rambut mudah dicabut dan kuku mudah lepas, wajah
menggembung ungu kehijauan
• Larva lalat dijumpai 36-48 jam pasca mati (alis mata, sudut
mata, lubang hidung)  menetas dalam 24 jam (identifikasi
panjang larva  usia larva  perkiraan waktu kematian)
• Kecepatan dipengaruhi  suhu keliling optimal, kelembaban
dan udara cukup, banyak bakteri pembusukan, tubuh gemuk,
menderita penyakit infeksi / sepsis, medium (udara : air :
tanah = 1 : 2 : 8), umur, keadaan tubuh pada waktu
meninggal, sebab kematian, jenis kelamin

Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Adiposera atau lilin mayat :
• Terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak /
berminyak, diraba seperti sabun, meleleh pada
pemanasanberbau tengik, yg terjadi di dalam jaringan
lunak tubuh setelah mati
• Proses hydrogenisasi dari asam lemak tak jenuh  asam
lemak jenuh, dan asam lemak jenuh ini bereaksi dengan
alkali membentuk sabun
• Perubahan bentuk bercak  payudara, pipi, bokong,
ekstremitas
• Faktor yg mempercepat  suhu hangat, lemak tubuh yg
cukup, kelembaban, invasi bakteri endogen
• Faktor yg menghambat  air yg mengalir, udara yg dingin

Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Mummifikasi
• Proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yg cukup
cepat  pengeringan jaringan  hentikan pembusukan
• Tubuh kurus,kering dan mengkerut
• Warna coklat muda - coklat kehitaman
• Kulit melekat erat pada jaringan dibawahnya
• Susunan anatomi alat-alat tubuh masih baik
• Terjadi bila suhu hangat, kelembaban rendah, aliran udara
yg baik, tubuh dehidrasi, waktu lama (12-14 minggu)

Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
LI 4
Waktu kematian
• Informasi para saksi
• Petunjuk yang ada di TKP
• Pemeriksaan mayat  suhu tubuh
• Kombinasi lebam mayat, kaku mayat, dan suhu tubuh
Pengosongan Pengosongan lambung terjadi 3-5 jam setelah makan
lambung terakhir; ½ - 1 jam  bolus; Dipengaruhi penyakit
saluran cerna, konsistensi makan dan kandungan
lemaknya
Pertumbuhan Bertumbuh 0,4 mm/hari
kumis dan Bila diketahui hari cukur terakhir  perkiraan saat
jenggot mati kasar
Metode Pemeriksaan belatung mayat yang sudah busuk
entomologi Musca domestica 8mm pada hari ke7, jadi lalat hari
ke14
Sarchophaga cranaria  20 mm pd hari ke9,
kepompong pada hari ke 10 dan jadi lalat pada hari ke
18
Perubahan ↑ kadar K dalam vitreus humour 24-100 jam pasca
biokimiawi mati

Sampurna B, Samsu Z, Siswaja TD. Peranan Ilmu Forensik Dalam Penegakan Hukum: Sebuah Pengantar. Jakarta; 2008.
Reaksi supravital Kontraksi otot 90-120 menit pasca mati
Pendarahan di bawah kulit sampai 1 jam pasca mati
Sekresi keringat dan midriasis-miosis 60-90 menit
pasca mati
Perubahan CSF Kadar nitrogen as.amino < 14mg%  kematian <
10jam
Kadar nitrogen nonprotein < 80mg%  kematian <
24jam
Kadar kreatinin < 5mg%  kematian < 10 jam, < 10mg
%  < 30 jam
Perubahan Mata Kekeruhan kornea terjadi sejak 6 jam pasca mati,
menjadi keruh pada 10-12 jam
Perubahan pada retina menunjukkan saat kematian
hingga 15 jam pasca mati
Tampak kekeruhan makula dan diskus optikus
memucat hingga 30 menit pasca mati

Sampurna B, Samsu Z, Siswaja TD. Peranan Ilmu Forensik Dalam Penegakan Hukum: Sebuah Pengantar. Jakarta; 2008.
Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Perubahan Mata Makula lebih pucat dan tepi tidak tajam pada 1 jam
pasca mati
Retina pucat dan daerah sekitar diskus menjadi kuning
pada 2 jam pertama pasca mati
Pola vaskuler koroid menjadi kabur 3 jam pasca mati,
setelah 5 jam menjadi homogen dan lebih pucat
6 jam pasca mati : diskus kabur, hanya pembuluh
besar mengalami segmentasi dengan latar belakang
kuning-kelabu
7-10 jam pasca mati : tepi retina dan batas diskus akan
sangat kabur
12 jam pasca mati : diskus hanya dapat dikenali melalui
konvergensi bebera pembuluh darah yang tersisa
15 jam pasca mati : tidak ditemukan gambaran
pembuluh darah retina dan diskus, makula berwarna
coklat gelap

Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
LI 5
Traumatologi
Traumatologi
• Traumatologi : Ilmu yang mempelajari tentang luka & cedera serta
hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa)
• Luka : keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan
• Trauma : semua jenis kekerasan yang menimpa tubuh sehingga terjadi
kerusakan/gangguan pada struktur dan fungsi jaringan/organ tubuh
yang terkena, bahkan secara sistemik dapat berdampak pada aspek
fisiologis, kejiwaan dan kondisi sosial insan yang bersangkutan.
Berdasarkan sifat & penyebabnya  jenis
Kekerasan
• Mekanik
• Kekarasan oleh benda tajam
• Kekerasan oleh benda tumpul
• Tembakan senjata api
• Fisika
• Suhu
• Listrik
• Petir
• Perubahan tekanan udara
• Akustik & radiasi
• Kimia : asam/ basa kuat
Menentukan Kualifikasi Luka
• Untuk memenuhi UU KUHP:
• Ps 351 ayat 1 dan ayat 2
• Ps 352 ayat 1
• Ps 353 ayat 2
• Ps 354 ayat 1
• Ps 360 ayat 1 dan ayat 2
3 kualifikasi luka:
• Luka yg tidak mengakibatkan penyakit atau halangan dalam melakukan pekerjaan atau
jabatan luka ringan
• Luka yg mengakibatkan penyakit atau halangan dalam melakukan pekerjaan atau jabatan untuk
sementara waktu luka sedang
• Luka yg dimaksudkan dalam KUHP ps 90:  luka berat
• Penyakit atau luka yg tak dapat diharapkan akan sembuh dengan sempurna atau yg dapat mendatangkan
bahaya maut
• Senantiasa tidak cakap mengerjakan pekerjaan jabatan atau pekerjaan pencaharian
• Tidak dapat lagi memakai salah satu panca indra
• Mendapat cacat besar
• Lumpuh (kelumpuhan)
• Akal (tenaga paham) tidak sempurna lebih lama dari empat minggu
• Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan
Injuries from smooth-bore guns
• The shot pattern expands as a long, shallow cone with its apex close
to the muzzle of the shotgun
• The further away from the gun that the victim is situated, the larger
the pellet spread, and the larger the area of potential damage

Simpson's Forensic Medicine 13th Edition (2011)


• Contact wounds are created when the gun muzzle abuts the skin and
usually results in a circular entrance wound that approximates the size
of the muzzle
• Wound edge will be regular and often has a clean-cut appearance
with no individual pellet marks apparent. There will commonly be
smoke soiling of at least some of the margin of the wound.
• narrow, circular rim of abrasion around some or all of the entrance
wound, caused when the gases of the discharge enter through the
wound and balloon the tissues upwards so that the skin is pressed
against the muzzle.
• A close discharge, within a few centimetres of the
surface, will also produce a wound with a similar
appearance, but as there is now room for muzzle gases
to escape, there will be no muzzle mark. More smoke
soiling can occur, and burning of skin, with singeing
and clubbing of melted hairs, can be seen around the
wound
• There is also, very commonly, powder ‘tattooing’ of
the skin around the entry wound. This tattooing results
from burnt and burning flakes of propellant causing
tiny burns on the skin and cannot be washed off
• At intermediate ranges, between 20 cm and 1 m,
there will be diminishing smoke soiling and burning
of the skin, but powder tattooing may persist
• The spread of shot will begin, first causing an
irregular rim to the wound. This is often called a ‘rat-
hole’ because of the appearance of the wound edge
• Shotguns rarely produce an exit wound when fired
into the chest or abdomen, although single pellet
exit wounds can occasionally be seen can be seen
when a shotgun is fired into the head, neck or mouth
Wounds from rifled weapons
• generally at a higher velocity than pellets from a smooth-
bore
• weapon, will commonly cause both an entry and an exit
wound.
• However, many bullets are retained within the body because
they did not possess enough energy to complete the passage
through it, or energy was expended on contact with other
structures (e.g. bone).
• Contact wounds from a rifled weapon are generally circular,
unless over a bony area such as the head, where splitting
caused by the propellant gas is common
• At close range, up to about 20 cm, there will be some smoke soiling
and powder burns, and skin and hair may be burnt, although this is
very variable and depends upon both the gun and the ammunitio
used
• Over 1 m or so, there can be no smoke soiling, burning or powder
tattooing. At extreme ranges, or following a ricochet, the gyroscopic
stability of the bullet may be lost and the missile begins to wobble
and even tumble, and this instability may well result in larger, more
irregular wounds
• The exit wound of a bullet is usually everted with
split flaps, often resulting in a stellate
appearance
• No burning, smoke or powder soiling will be
evident
LI 6
Pemeriksaan forensik
Pemeriksaan Laboraturium forensik sederhana
• Pemeriksaan darah
• Membandingkan bercak darah yg ditemukan di tkp pada objek2
tertentu.
• Hasil pemeriksaan laboratorium tersebut penting utk menunjang atau
menyingkirkan keterlibatan seseorang dengan TKP.
• Pemeriksaan darah juga berguna untuk membantu menyelesaikan
kasus2 bayi tertukar, penculikan anak, disputed paternity dan lain2.
Pemeriksaan Mikroskopik
• Cara ini tidak dapat dilakukan bila telah terjadi kerusakan pd sel-sel
darah tersebut.
• Dari sediaan ini dapat dilihat morfologi dan inti sel darah merah.
Pemeriksaan Kimiawi.
• Cara ini digunakan bila sel darah merah sudah rusak.

Pemeriksaan penyaring darah.

H2O2 darah H2O + On

Reagen Perubahan Warna (Teroksidasi)

Pemeriksaan Penyaring yg biasa dilakukan adalah reaksi


benzidin & reaksi fenoftalin.
Pemeriksaan Penentuan darah
• Berdasarkan terdapatnya pigmen / kristal hematin
( hemin) dan Hemokhromogen.

o Reaksi Teichman :
• Hasil positif dinyatakan pada penampakan kristal hemin-HCL yg
berbentuk batang berwarna cokelat yg terlihat dengan
mikroskop.
o Reaksi Wagenaar
• Hasil positif bila terlihat kristal aceton-hemin berbentuk batang
berwarna cokelat

Hasil Positif pd pemeriksaan penentuan darah memastikan


bahwa bercak adalah darah.
Pemeriksaan spektoskopik
• Memastikan bhn yg diperiksa adalah darah bila di
jumpai pita2 absorbsi yg khas dari hemoglobin &
turunan nya.

Kandungan Panjang
suspensi Warna gel pita absorsi
Oksihemoglob
in merah terang 54 & 59 Hitam di daerah kunging
Merah
HB ter-reduksi Keunguan 54-59 Lebar di daerah kuning
Hemokromoge Merah
n jingga 56 kuning
52 hijau
Methemoglobi Merah
n cokelat 64 di daerah kuning
Carboksi-Hb   53 & 57 bergeser ke arah hijau
Pemeriksaan serologik
Penentuan spesies
• Kedalam tabung reaksi kecil dimasukan serum antiglobulin manusia,
diatasnya dituangkan ekstrak darah perlahan menetes dari tepi tabung,
biarkan pd temperatur ruangan 1,5 jam. Hasil positif tampak sbg cincin
presipitasi yg keruh pd perbatasan kedua cairan.
Penentuan golongan darah
• Bila sel darah merah dalam keaddan utuh dilakukan dilakukan secara
langsung spt penentuan golongan darah org hidup.
• Bila set darah merah sudah rusak, tentukan jenis aglutinin dan antigen.
A. Penentuan jenis antigen dpt dilakukan dg cara :
B. Absorsi inibisi
C. Absorsi elusi
D. Aglutinasi Campuran.

Pembaccaan hasil dilakukan secara makroskopik.


LI 7
kewajiban dokter dalam
melaksanakan tugas negara
Pasal 1 KUHAP
1. Penyidik  pejabat polisi negara Republik Indonesia/ pejabat pegawai
negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh UU untuk
penyidikan.
2. Penyidikan  serangkaian tindakan penyidik untuk mencari serta
mengumpulkan bukti (membuat terang tentang tindak pidana yang
terjadi dan menemukan tersangkanya)
3. Penyidik pembantu  pejabat kepolisian diberi wewenang tertentu
dapat melakukan tugas penyidikan
4. Penyelidik  polisi diberi wewenang melakukan penyelidikan.
Pasal 1 KUHAP
5.Penyelidikan  serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan
menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna
menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan
26. Saksi  orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan
penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana
yang ia dengar sendiri, ia Iihat sendiri dan ia alami sendiri.
27. Keterangan saksi  salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang
berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia
dengar sendiri, Ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut
alasan dan pengetahuannya itu.
Pasal 1 KUHAP
28. Keterangan ahli  keterangan yang diberikan oleh seorang yang
memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat
terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan.
Pasal 4 KUHAP
Penyelidik  pejabat polisi negara Republik Indonesia.
Pasal 6 KUHAP
(1) Penyidik adalah:
a. pejabat polisi negara Republik Indonesia;
b. pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus
oleh UU
(2) Syarat kepangkatan pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
akan diatur Iebih lanjut dalam peraturan pemerintah.
Pasal 120 KUHAP
Penyidik dapat meminta bantuan seorang ahli dan ahli tersebut
membantu dengan pengetahuan yang sebaik-baiknya
Pasal 133 KUHAP
(1) Penyidik berhak berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli
kepada ahli kedokteran dan atau ahli lainnya
(2) Permintaan keterangan ahli secara tertulis, yang disebutkan dengan
tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau
pemeriksaan bedah mayat
Pasal 179 KUHAP
Yg diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran forensik / dokter / ahli
lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan

Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Pasal 180 KUHAP
Bila ada keberatan dari terdakwa / penasehat hukum terhadap hasil
pemeriksaan, kemungkinan penelitian ulang atas barang bukti
Pasal 184 KUHAP
Keterangan ahli sebagai alat bukti sah didepan sidang pengadilan
Pasal 186 KUHAP
Keterangan ahli dapat diberikan secara lisan di depan sidang pengadilan dan
laporan penyidik pada saat penyidikan
Pasal 187 KUHAP
Keterangan ahli dapat diberikan tertulis dalam bentuk surat
Pasal 222 KUHP
Sengaja mencegah, menghalangi, menggagalkan pemeriksaan mayat untuk
pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama 9 bulan / pidana
denda paling banyak Rp 4.500,-
Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Pasal 1 UU No.2/2002 tentang Kepolisian
Negara RI
11. Penyidik Pegawai Negeri Sipil  pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang
berdasarkan peraturan UU ditunjuk selaku penyidik dan mempunyai
wewenang untuk melakukan penyidikan tindak pidana dalam lingkup
undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing.
12. Penyidik Pembantu  pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
diangkat oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia berdasarkan
syarat kepangkatan dan diberi wewenang tertentu dalam melakukan tugas
penyidikan yang diatur dalam undang-undang.
Seorang dokter wajib merahasiakan apa yang diketahuinya selama
pemeriksaan
• Pasal 170 KUHAP
Dokter mempunyai hak tolak untuk membuka rahasia kedokteran di
depan sidang pengadilan
• UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
Pasal 48 Rahasia Kedokteran

• UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


Bagian ke 18 Bedah Mayat, pasal 117-125

Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Pasal 48 KUHP
Perbuatan karena pengaruh daya paksa tidak dipidana
Pasal 224 KUHP
Dipanggil untuk menjadi saksi, ahli atau jurubahasa, dengan sengaja
tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut undang-undang ia
harus melakukannnya:
1. Pidana penjara selama-lamanya 9 bulan.
2.Perkara lain hukuman penjara selama-lamanya 6 bulan
Pasal 322 KUHP
1)Sengaja membuka rahasia  pidana penjara paling lama 9 bulan atau
pidana denda paling banyak Rp. 9.000,-
Pasal 522 KUHP
Dipanggil sebagai saksi, ahli atau jurubahasa, tidak datang, diancam
dengan pidana denda paling banyak Rp. 900,-

Anda mungkin juga menyukai