Pemicu 3 Etika Devin
Pemicu 3 Etika Devin
Devin Alexander
405160054
Pemicu 3
LO 1
• Tanatologi bagian dari ilmu Kedokteran Forensik yg mempelajari
kematian dan perubahan yg terjadi setelah kematian serta faktor yg
mempengaruhi perubahan tersebut
• Beberapa istilah tentang mati :
• Mati somatis
• Mati suri
• Mati seluler
• Mati serebral
• Mati batang otak
Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
• Mati somatis (mati klinis) :
• Terjadi akibat henti 3 sistem penunjang kehidupan
• Mati SSP, sistem KV, sistem respirasi yg menetap
• Tidak ditemukan refleks-refleks, EEG mendatar, nadi
tidak teraba, denyut jantung (-), tidak ada gerak
pernapasan, auskultasi suara nafas (-)
• Berhentinya pernapasan
Auscultatoir, test dari WINSLOW, mirror test
• Berhentinya denyut jantung
Auscultatoir, tes MAGNUS, test ICARD, A. radialis
diincisi
Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
• Mati suri (apparent death) :
• Terhentinya ketiga sistem kehidupan yg ditentukan
dengan alat kedokteran sederhana
• Terjadi karena proses vital dalam tubuh menurun
sampai taraf minimum untuk kehidupan klinis sama
dengan orang mati
• Peralatan kedokteran canggih ketiga sistem
tersebut masih berfungsi
• Sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur,
tersengat aliran listrik, kedinginan, tenggelam,
mengalami anestesi yang dalam, AHF, neonatal anoxia,
menderita catalepsy
Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
• Mati seluler ( mati molekuler) :
• Kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul
beberapa saat setelah kematian somatis
• Terjadi kematian selular pada tiap organ dan jaringan
tidak bersamaan
• SSP mati selular 4 menit
• Otot dapat dirangsang listrik 2 jam pasca mati, mati
setelah 4 jam
• Miosis pupil dalam 24 jam pasca mati bila
disuntikan adrenalin 0,1% / sulfas atropin 1%
• Kulit masih berkeringat > 8 jam pasca mati
dengan menyuntikkan pilokarpin 2% SC
• Darah untuk transfusi sampai 6 jam pasca mati
Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
• Mati serebral :
• Hanya kedua hemisfer serebrum yang tidak aktif EEG
flat
• Batang otak dan serebelum masih berfungsi
• Pernafasan dan KV masih berfungsi dengan bantuan alat
Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
LI 2
Tanda kematian
Tanda Kematian Tidak Pasti
• Pernafasan berhenti, dinilai selama >10 menit
• Terhentinya sirkulasi, dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba
• Kulit pucat
• Tonus otot menghilang dan relaksasi
• Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah
kemarian
• Pengeringan kornea keruh dalam waktu 10 menit yang masih dapat
dihilangkan dengan air
Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Lebam mayat (livor mortis)
• Setelah kematian klinis peredaran darah berhenti
stagnasi eritrosit menempati tempat terbawah akibat
gravitasi mengisi vena dan venula bercak merah ungu
pada bagian terbawah tubuh kecuali yg tertekan
• Mulai 20-30 menit pasca mati, menetap setelah 8-12 jam
• Lebam bisa memucat / hilang posisi mayat diubah dan pd
penekanan > cepat pada 6 jam pertama setelah mati klinis
• Merah terang keracunan CO atau CN
• Chocolate brown keracunan Nitro Benzena / Potassium
Chlorat
• Kebiruan akibat asphyxia
• Merah terang / pink jenasah yang disimpan dalam kamar
pendingin
Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Beda Lebam Mayat dan Luka Memar
10
Kaku mayat (rigor mortis)
• Menunjukkan tanda pasti kematian dan perkiraan
kematian
• Dibuktikan dengan memeriksa persendian
• Mati cadangan glikogen habis energi tidak terbentuk
aktin miosin menggumpal otot kaku
• Mulai tampak 2 jam pasca mati (dimulai dari otot kecil)
lengkap setelah 12 jam dipertahankan selama 12 jam
menghilang
• Dimulai dari luar tubuh ke dalam (sentripental)
• Faktor yg mempercepat aktivitas fisik sebelum mati,
suhu tubuh yang tinggi, kurus, suhu lingkungan tinggi
Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Keadaan yg Mirip Dengan Rigor Mortis
1. Heat stiffening
Terjadi karena koagulasi protein otot akibat suhu yang tinggi
Otot yang telah menjadi kaku akibat heat stiffening ini tidak
dapat mengalami rigor mortis
2. Freezing (cold stiffening)
Kaku sendi yg disebabkan oleh cairan synovial membeku
Bila sendi tersebut digerakkan, terdengarcrepitasi
3. Cadaveric spasm (Instantenous Rigor)
Yaitu kontraksi otot dalam stadium somatic death pada saat
otot-otot lain dalam fase primary flaccidity, dan berlangsung
terus sampai timbul secondary flaccidity
12
Penurunan suhu tubuh (algor mortis)
• Terjadi karena proses pemindahan panasa dari suatu benda
ke benda yang lebih dingin, melalui cara radiasi, konduksi,
evaporasi, dan konveksi
• Kecepatan dipengaruhi suhu keliling, aliran dan
kelembaban, bentuk tubuh, posisi tubuh, pakaian, keadaan
tubuh korban, aktifitas, sebab kematian
• Untuk perhitungan perkiraan saat kematian
• Rumus : 98,40 F – suhu rectal jenasah (0F)1,50F
Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
LI 3
Perubahan Setelah kematian
Perubahan Setelah Mati
Perubahan Lanjut
Perubahan Dini
(Tanda Pasti Kematian)
Sampurna B, Samsu Z, Siswaja TD. Peranan Ilmu Forensik Dalam Penegakan Hukum: Sebuah Pengantar. Jakarta; 2008.
Pembusukan (decomposition)
• Proses degenerasi jaringan yg terjadi akibat autolisis
(perlunakan dan pencairan jaringan yg terjadi dalam
keadaan steril dan kerja bakteri
• Meninggal bakteri dalam tubuh (usus >>>) masuk
jaringan, darah (paling baik) Clostridium welchii
• Tampak 24 jam pasca mati
• Warna kehijauan pd perut kanan bawah menyebar ke
dada dan perut bau busuk
• PD bawah kulit melebar hijau kehitaman
• Kulit ari terkelupas gelembung cairan kemerahan
berbau busuk
• Pembentukan gas perut tegang, keluar cairan dari
mulut dan hidung, krepitasi, tubuh bengkak menyeluruh
Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Pembusukan (decomposition)
• Tubuh dalam sikap seperti petinju (pugilistic attitude)
akibat terkumpulanya gas pembusukan dalam rongga sendi
• Rambut mudah dicabut dan kuku mudah lepas, wajah
menggembung ungu kehijauan
• Larva lalat dijumpai 36-48 jam pasca mati (alis mata, sudut
mata, lubang hidung) menetas dalam 24 jam (identifikasi
panjang larva usia larva perkiraan waktu kematian)
• Kecepatan dipengaruhi suhu keliling optimal, kelembaban
dan udara cukup, banyak bakteri pembusukan, tubuh gemuk,
menderita penyakit infeksi / sepsis, medium (udara : air :
tanah = 1 : 2 : 8), umur, keadaan tubuh pada waktu
meninggal, sebab kematian, jenis kelamin
Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Adiposera atau lilin mayat :
• Terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak /
berminyak, diraba seperti sabun, meleleh pada
pemanasanberbau tengik, yg terjadi di dalam jaringan
lunak tubuh setelah mati
• Proses hydrogenisasi dari asam lemak tak jenuh asam
lemak jenuh, dan asam lemak jenuh ini bereaksi dengan
alkali membentuk sabun
• Perubahan bentuk bercak payudara, pipi, bokong,
ekstremitas
• Faktor yg mempercepat suhu hangat, lemak tubuh yg
cukup, kelembaban, invasi bakteri endogen
• Faktor yg menghambat air yg mengalir, udara yg dingin
Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Mummifikasi
• Proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yg cukup
cepat pengeringan jaringan hentikan pembusukan
• Tubuh kurus,kering dan mengkerut
• Warna coklat muda - coklat kehitaman
• Kulit melekat erat pada jaringan dibawahnya
• Susunan anatomi alat-alat tubuh masih baik
• Terjadi bila suhu hangat, kelembaban rendah, aliran udara
yg baik, tubuh dehidrasi, waktu lama (12-14 minggu)
Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
LI 4
Waktu kematian
• Informasi para saksi
• Petunjuk yang ada di TKP
• Pemeriksaan mayat suhu tubuh
• Kombinasi lebam mayat, kaku mayat, dan suhu tubuh
Pengosongan Pengosongan lambung terjadi 3-5 jam setelah makan
lambung terakhir; ½ - 1 jam bolus; Dipengaruhi penyakit
saluran cerna, konsistensi makan dan kandungan
lemaknya
Pertumbuhan Bertumbuh 0,4 mm/hari
kumis dan Bila diketahui hari cukur terakhir perkiraan saat
jenggot mati kasar
Metode Pemeriksaan belatung mayat yang sudah busuk
entomologi Musca domestica 8mm pada hari ke7, jadi lalat hari
ke14
Sarchophaga cranaria 20 mm pd hari ke9,
kepompong pada hari ke 10 dan jadi lalat pada hari ke
18
Perubahan ↑ kadar K dalam vitreus humour 24-100 jam pasca
biokimiawi mati
Sampurna B, Samsu Z, Siswaja TD. Peranan Ilmu Forensik Dalam Penegakan Hukum: Sebuah Pengantar. Jakarta; 2008.
Reaksi supravital Kontraksi otot 90-120 menit pasca mati
Pendarahan di bawah kulit sampai 1 jam pasca mati
Sekresi keringat dan midriasis-miosis 60-90 menit
pasca mati
Perubahan CSF Kadar nitrogen as.amino < 14mg% kematian <
10jam
Kadar nitrogen nonprotein < 80mg% kematian <
24jam
Kadar kreatinin < 5mg% kematian < 10 jam, < 10mg
% < 30 jam
Perubahan Mata Kekeruhan kornea terjadi sejak 6 jam pasca mati,
menjadi keruh pada 10-12 jam
Perubahan pada retina menunjukkan saat kematian
hingga 15 jam pasca mati
Tampak kekeruhan makula dan diskus optikus
memucat hingga 30 menit pasca mati
Sampurna B, Samsu Z, Siswaja TD. Peranan Ilmu Forensik Dalam Penegakan Hukum: Sebuah Pengantar. Jakarta; 2008.
Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Perubahan Mata Makula lebih pucat dan tepi tidak tajam pada 1 jam
pasca mati
Retina pucat dan daerah sekitar diskus menjadi kuning
pada 2 jam pertama pasca mati
Pola vaskuler koroid menjadi kabur 3 jam pasca mati,
setelah 5 jam menjadi homogen dan lebih pucat
6 jam pasca mati : diskus kabur, hanya pembuluh
besar mengalami segmentasi dengan latar belakang
kuning-kelabu
7-10 jam pasca mati : tepi retina dan batas diskus akan
sangat kabur
12 jam pasca mati : diskus hanya dapat dikenali melalui
konvergensi bebera pembuluh darah yang tersisa
15 jam pasca mati : tidak ditemukan gambaran
pembuluh darah retina dan diskus, makula berwarna
coklat gelap
Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
LI 5
Traumatologi
Traumatologi
• Traumatologi : Ilmu yang mempelajari tentang luka & cedera serta
hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa)
• Luka : keadaan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan
• Trauma : semua jenis kekerasan yang menimpa tubuh sehingga terjadi
kerusakan/gangguan pada struktur dan fungsi jaringan/organ tubuh
yang terkena, bahkan secara sistemik dapat berdampak pada aspek
fisiologis, kejiwaan dan kondisi sosial insan yang bersangkutan.
Berdasarkan sifat & penyebabnya jenis
Kekerasan
• Mekanik
• Kekarasan oleh benda tajam
• Kekerasan oleh benda tumpul
• Tembakan senjata api
• Fisika
• Suhu
• Listrik
• Petir
• Perubahan tekanan udara
• Akustik & radiasi
• Kimia : asam/ basa kuat
Menentukan Kualifikasi Luka
• Untuk memenuhi UU KUHP:
• Ps 351 ayat 1 dan ayat 2
• Ps 352 ayat 1
• Ps 353 ayat 2
• Ps 354 ayat 1
• Ps 360 ayat 1 dan ayat 2
3 kualifikasi luka:
• Luka yg tidak mengakibatkan penyakit atau halangan dalam melakukan pekerjaan atau
jabatan luka ringan
• Luka yg mengakibatkan penyakit atau halangan dalam melakukan pekerjaan atau jabatan untuk
sementara waktu luka sedang
• Luka yg dimaksudkan dalam KUHP ps 90: luka berat
• Penyakit atau luka yg tak dapat diharapkan akan sembuh dengan sempurna atau yg dapat mendatangkan
bahaya maut
• Senantiasa tidak cakap mengerjakan pekerjaan jabatan atau pekerjaan pencaharian
• Tidak dapat lagi memakai salah satu panca indra
• Mendapat cacat besar
• Lumpuh (kelumpuhan)
• Akal (tenaga paham) tidak sempurna lebih lama dari empat minggu
• Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan
Injuries from smooth-bore guns
• The shot pattern expands as a long, shallow cone with its apex close
to the muzzle of the shotgun
• The further away from the gun that the victim is situated, the larger
the pellet spread, and the larger the area of potential damage
o Reaksi Teichman :
• Hasil positif dinyatakan pada penampakan kristal hemin-HCL yg
berbentuk batang berwarna cokelat yg terlihat dengan
mikroskop.
o Reaksi Wagenaar
• Hasil positif bila terlihat kristal aceton-hemin berbentuk batang
berwarna cokelat
Kandungan Panjang
suspensi Warna gel pita absorsi
Oksihemoglob
in merah terang 54 & 59 Hitam di daerah kunging
Merah
HB ter-reduksi Keunguan 54-59 Lebar di daerah kuning
Hemokromoge Merah
n jingga 56 kuning
52 hijau
Methemoglobi Merah
n cokelat 64 di daerah kuning
Carboksi-Hb 53 & 57 bergeser ke arah hijau
Pemeriksaan serologik
Penentuan spesies
• Kedalam tabung reaksi kecil dimasukan serum antiglobulin manusia,
diatasnya dituangkan ekstrak darah perlahan menetes dari tepi tabung,
biarkan pd temperatur ruangan 1,5 jam. Hasil positif tampak sbg cincin
presipitasi yg keruh pd perbatasan kedua cairan.
Penentuan golongan darah
• Bila sel darah merah dalam keaddan utuh dilakukan dilakukan secara
langsung spt penentuan golongan darah org hidup.
• Bila set darah merah sudah rusak, tentukan jenis aglutinin dan antigen.
A. Penentuan jenis antigen dpt dilakukan dg cara :
B. Absorsi inibisi
C. Absorsi elusi
D. Aglutinasi Campuran.
Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Pasal 180 KUHAP
Bila ada keberatan dari terdakwa / penasehat hukum terhadap hasil
pemeriksaan, kemungkinan penelitian ulang atas barang bukti
Pasal 184 KUHAP
Keterangan ahli sebagai alat bukti sah didepan sidang pengadilan
Pasal 186 KUHAP
Keterangan ahli dapat diberikan secara lisan di depan sidang pengadilan dan
laporan penyidik pada saat penyidikan
Pasal 187 KUHAP
Keterangan ahli dapat diberikan tertulis dalam bentuk surat
Pasal 222 KUHP
Sengaja mencegah, menghalangi, menggagalkan pemeriksaan mayat untuk
pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama 9 bulan / pidana
denda paling banyak Rp 4.500,-
Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Pasal 1 UU No.2/2002 tentang Kepolisian
Negara RI
11. Penyidik Pegawai Negeri Sipil pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang
berdasarkan peraturan UU ditunjuk selaku penyidik dan mempunyai
wewenang untuk melakukan penyidikan tindak pidana dalam lingkup
undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing.
12. Penyidik Pembantu pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang
diangkat oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia berdasarkan
syarat kepangkatan dan diberi wewenang tertentu dalam melakukan tugas
penyidikan yang diatur dalam undang-undang.
Seorang dokter wajib merahasiakan apa yang diketahuinya selama
pemeriksaan
• Pasal 170 KUHAP
Dokter mempunyai hak tolak untuk membuka rahasia kedokteran di
depan sidang pengadilan
• UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
Pasal 48 Rahasia Kedokteran
Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
Pasal 48 KUHP
Perbuatan karena pengaruh daya paksa tidak dipidana
Pasal 224 KUHP
Dipanggil untuk menjadi saksi, ahli atau jurubahasa, dengan sengaja
tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut undang-undang ia
harus melakukannnya:
1. Pidana penjara selama-lamanya 9 bulan.
2.Perkara lain hukuman penjara selama-lamanya 6 bulan
Pasal 322 KUHP
1)Sengaja membuka rahasia pidana penjara paling lama 9 bulan atau
pidana denda paling banyak Rp. 9.000,-
Pasal 522 KUHP
Dipanggil sebagai saksi, ahli atau jurubahasa, tidak datang, diancam
dengan pidana denda paling banyak Rp. 900,-