Anda di halaman 1dari 20

Budi Brahmantyo

KK Geologi Terapan FIKTM-ITB – KRCB – IAGI Komisi Geologi Kuarter & Lingkungan

Diskusi Antisipasi Bencana Gempa Bumi di Bandung, Redaksi PR, 24 Juni 2006
PERNAHKAN ANDA DIGONCANG GEMPA BUMI?

APA YANG AKAN KITA LAKUKAN DI RUANGAN INI


KETIKA TIBA-TIBA – SEKARANG – TERJADI
GONCANGAN KERAS GEMPA BUMI?
Cerita tentang pak Waris, mhs. S3 ITB korban gempa bumi Yogya 27
Mei 2006 (diambil dari milis dosen ITB)

• Berikut berita ttg pak Waris dari mailis alumni teknik nuklir yg berusmber dari cerita
mbak Wibie (istri pak waris) dan saudara-saudara Pak Waris yang saat itu berada di
RS DKT:
Saat gempa terjadi Pak Waris dan Mbak Wibie sedang berada di teras rumah.
Untuk menghindari kemungkinan runtuhnya rumah, Pak Waris dan Mbak Wibie
berlari ke halaman, terus menuju jalan dan mencari tanah lapang di sebuah
SMP yang letaknya tidak jauh dari rumah. Tiba-tiba pagar tembok SMP yang
berada di dekat mereka roboh dan mengubur Pak Waris serta Mbak Wibie. Pak
Waris meninggal di tempat, sedangkan Mbak Wibie terluka cukup parah di
bagian mata sebelah kanan. Bayinya, Alhamdulillah selamat (saat ini Mbak Wibie
sedang hamil (+-) 3 bulan) Besok, Senin 29 Mei 2006 pukul 11.00 Mbak Wibie akan
berangkat ke Bogor (info terakhir: mbak sudah ke bandara, dan pesawat akan
berangkat jam 15.00). Kepulangan Pak Waris dan Mbak Wibie ke Jogja dalam
rangka pamitan kepada keluarga Pak Waris yang berada di Pundhong, Bantul.
Dikarenakan usia kehamilan yang cukup tua saat lebaran nanti, Pak Waris dan Mbak
Wibie menyempatkan untuk pulang sekarang. Datang hari Kamis dan merencanakan
pulang ke Bandung hari Sabtu malam. Tiket juga sudah dibeli. Tapi apa daya, Allah
berkehendak lain. Pak Waris lebih dulu berangkat menemui Rabb-nya.
Perbandingan bencana gempa bumi
Kobe/Hanshin 1995 dan Yogya 2006

Kobe / Hanshin Yogya-Jateng

Tanggal 17 Januari 1995 27 Mei 2006

Waktu 5:46 5:56


Besaran 7.2 SR 5.9 SR
Jumlah korban 5094 5000-an (?)
Penyebab korban Sebagian besar Sebagian besar
akibat kedinginan, akibat langsung
kebakaran gempa bumi
(timpaan runtuhan)
Intensitas gempa bumi skala MMI
(Modified Mercalli Intensity Scale, 1931)
I. Hanya tercatat di seismograf; hanya sedikit orang yang
kemungkinan merasakannya
II. Dirasakan beberapa orang (yang berbaring di atas lantai).
Benda lepas sedikit terguncang/bergetar
III. Dirasakan orang yang berada di tingkat atas bangunan. Benda
yang tegak tergoncang lemah. Gantungan lampu bergoyang.
Kebanyakan orang tidak menyangka adanya gempa bumi
IV. Banyak orang yang berada di dalam rumah merasakan
goncangan. Piring, daun pintu dan jendela bergoncang.
V. Hampir semua orang merasakan goncangan; yang tidur
terbangun. Benda-benda yang diletakkan sembarangan jatuh.
Bandul jam terhenti.
VI. Dirasakan semua orang. Menimbulkan kepanikan dan tergerak
untuk lari keluar rumah.
Intensitas gempa bumi skala MMI
(Modified Mercalli Intensity Scale, 1931)
VII. Hampir semua orang akan berlari keluar rumah. Dinding
dengan disain buruk runtuh. Benda-benda akan mengalami
kerusakan.
VIII. Bangunan konstruksi solid akan rusak. Menara, monumen dan
dinding runtuh. Furnitur terjungkir balik. Pasir dan lumpur
tersemprot lemah. Perubahan pada muka air sumur gali.
IX. Bangunan konstruksi solid akan rusak berat, beberapa rubuh.
Tanah retak.
X. Hampir seluruh struktur batu/beton hancur. Retakan besar
terbentuk di tanah. Retakan panjang terbentuk. Jalan kereta api
terbengkokkan.
XI. Hanya beberapa bangunan saja bertahan. Jembatan rusak.
Retakan panjang lebar terbentuk.
XII. Tanah bergelombang. Benda-benda terlontar ke udara.
GEMPA BUMI PACET, KAB. BANDUNG
5.3 SR
2 FEBRUARI 2005
Intepretasi kelurusan dari
Citra SPOT 1986 BANDUNG
JOGJAKARTA 2006

Piyungan

Bandara Retak di jalan


Adisucipto & sawah

Gedung
BPKP Pathuk
Menara
metroTV
Crack di jalan
aspal Bangunan pd
Dringo Btgamping
Longsor

Tim Geologi
Episentrum LPPM-ITB
USGS 2006
PETA GEOLOGI
JOGJAKARTA 2006

Piyungan

Bandara Retak di jalan


Adisucipto & sawah

Gedung
BPKP Pathuk
Menara
metroTV
Crack di jalan Longsor
aspal
Bangunan pd
Dringo Batuankeras

Episentrum Tim Geologi


USGS LPPM-ITB
2006
Tindakan ketika gempabumi terjadi
1. Jika berada di dalam rumah:

a. Berlindung di bawah meja atau struktur rumah yang kuat


b. Segera matikan kompor
c. Jangan bertelanjang kaki
d. Hati-hati dan cermati sekeliling sebelum keluar rumah.

Segitiga Kehidupan Douglas Coup:


berbaring di samping benda yang kuat
(sofa, tempat tidur), tidak berada di bawah kusen pintu,
atau lari menuruni tangga.
Tindakan ketika gempabumi terjadi
2. Jika berada di luar rumah:

a. Berlindung di gedung terdekat atau berlari ke tempat


terbuka/lapangan
b. Hati-hati dengan dinding yang mudah rubuh, terutama dinding
beton.
c. Hindari tiang-tiang (listrik, telepon) menara, atau pepohonan

Segitiga Kehidupan Douglas Coup:


merapat ke dinding bangunan bagian luar lebih aman daripada di jalanan.
Tindakan ketika gempabumi terjadi
3. Jika sedang mengendarai
mobil:

Parkir kendaraan di tempat


aman dan matikan mesin,
dan segera keluar dari
mobil.
Jika diparkir di tempat
tertentu, tinggalkan kunci
kontak supaya petugas bisa
memindahkannya jika
dibutuhkan
Segitiga Kehidupan Douglas Coup:
Merapat, menunduk atau berbaring di luar mobil lebih aman dari pada
berada di dalam mobil.
Tindakan ketika gempabumi terjadi
4. Jika berada dekat tebing atau pantai:

a. Jika berada di pantai, segera berlari ke tempat yang lebih tinggi

untuk menjaga-jaga dan menghindari gelombang tsunami

b. Jika berada dekat tebing atau di bawah bukit, segera lari ke


lapangan datar terbuka untuk menghindari longsor
atau jatuhan batu/tanah
Tempat evakuasi
Harus di tentukan dan diketahui masyarakat dengan tujuan:

a. masyarakat tahu harus berkumpul kemana untuk bertemu


anggota keluarga

b. pusat informasi bencana

c. dapur umum

d. pusat sukarelawan

e. tujuan bantuan korban bencana


kesimpulan
1. Kita tidak siap (karena kurang mempunyai pengetahuan)
jika bencana gempa bumi menggoncang Bandung
 masyarakat perlu pengetahuan dan pendidikan bencana alam

2. Pemerintah tidak menyiapkan masyarakat untuk tanggap


ketika gempa bumi terjadi
 perlu sosialisasi terus-menerus dari pemerintah
kepada masyarakat, dan latihan-latihan menghadapi bencana
3. Pemerintah tidak menata daerahnya untuk akrab terhadap
bencana alam (tempat-tempat aman, tempat evakuasi, dll)
 perlu penentuan dan sosialisasi peruntukan ruang
4. Pemerintah tidak menyiapkan daerahnya dalam menghadapi
kemungkinan bencana gempa bumi
 perlu tata ruang dan kode bangunan
 mitigasi bencana alam gempa bumi
Ya Allah, berilah kepada kami kemampuan untuk dapat memahami kuasa-Mu,
dapat memahami alam, sehingga kami dapat mengurangi kerusakan dan
kematian yang diakibatkan oleh bencana alam.
Semoga Engkau tidak menimpakan kepada kami, bencana yang tidak dapat
kami tanggung. Amin.

TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai