Anda di halaman 1dari 14

Reformasi Pembelajaran dengan

Learning Community
sebagai Kreasi Pendidikan Model
Abad ke-21
Visi Learning Society
* Definisi = Sekolah Learning Society = Para
siswa saling belajar, para guru saling saling
belajar sebagai ahli, orang tua dan masyarakat
berpartisipasi, bekerja sama dan belajar bersama
* Misi dan tanggung jawab sekolah (guru) adalah
untuk mewujudkan hak-hak belajar setiap anak
dan memastikan pembelajaran berkualitas tinggi
* Mendorong pertumbuhan profesional setiap
guru sebagai ahli pendidikan
3 Fakta dari Filosofi Learning
Community
* Filosofi Publik = Terbuka untuk umum dan
kolaborasi = Melawan personalisasi sehingga berubah
menjadi kesukuan/kesatuan
* Filosofi demokratisasi = Semua siswa, guru dan
orang tua adalah lakon utama; Demokratisasi adalah
sebuah “cara hidup yang saling berhubungan”
= Martabat setiap individu dan rasa hormat terhadap
keberagaman
* Mengejar keunggulan = Menantang untuk jadi yang
terbaik = Mengejar kualitas = Belajar sama seperti
‘Melompat’
Prinsip dan Rencana Aksi Learning
Community
<Prinsip>
① Pengembangan Learning Community disusun dari pelaksanaan
komunikasi dialogis
② Komunikasi dialogis diwujudkan dengan ‘hubungan dari saling
mendengarkan’; ‘Memperhatikan suara orang lain’ menjadi
landasan hubungan yang sifatnya saling belajar
③ Belajar adalah ‘dialog dengan sebuah obyek (teks)’, ‘dialog
dengan orang lain’ dan ‘dialog dengan diri sendiri’
<Rencana Aksi>
  Kelas = Menggunakan pembelajaran kolaboratif; Ruang guru =
Mengembangkan kolegialitas; Masyarakat = Mewujudkan “partisipasi
dalam pembelajaran” (berbagi tanggung jawab dan membangun
solidaritas)
Tehnik Dasar Pembelajaran (1)
Tugas guru ada 3 : ‘Mendengarkan’, ‘Menghubungkan’ dan
‘Mengembalikan’

① Memposisikan
“Keberadaan (keterampilan)” dan “Nafas” dipadukan
(Respon)
  “ Melaksanakan” = Mulai dari kenyataan bahwa pendidikan
harus “dilaksanakan” = Alih-alih ‘dicapai’, tapi ‘dimasukan’ =
menciptakan sebuah ‘poros’
② Memberi keseimbangan kepada guru untuk menghasilkan sebuah
“ruang” pembelajaran , “sudut mendengarkan” dan
“pandangan” - Terbuka secara fisik
Menurunkan tensi/ketegangan = ‘Fleksibilitas’ dan
‘konsentrasi’
Kata-kata = Terangkai dengan baik dan pilihan kata yang baik,
menggunakan kata-kata yang sopan dan menyentuh (menyentuh &
tak tersentuh)
Tehnik-tehnik Dasar Pembelajaran
(2)
• Desain Pembelajaran
① Perbedaan antara “Rencana” dan “Desain”
  “ Rencana” dilaksanakan sebelum pembelajaran.
“Desain” dibuat bahkan ketika di dalam proses
pembelajaran. (Bermain dengan balok kayu)
② Desain bentuknya sederhana, sedangkan refleksi dan relasi
sepantasnya= Seseorang yang fokus kepada hal yang detail
suka lupa hal yang mendasar; Orang yang ceroboh lupa akan
hal-hal yang detail
Dalam desain pembelajaran, tidak menyiapkan lebih dari tiga
langkah (Struktur pembelajaran yang terdiri dari jingkat,
langkah, dan lompat – hop, step, and jump)  
③ ‘Awal’ adalah segalanya = Guru yang kemampuannya
kurang berpegang teguh pada tujuan pembelajaran; Guru
yang cemerlang menaruh segalanya di awal pembelajaran
Tehnik-tehnik Dasar Pembelajaran
(3)
• Menyelenggarakan pembelajaran kolaboratif
① Pendidikan sekolah di abad ke-21 disusun dengan
kurikulum ‘tipe proyek’ dan melalui ‘pembelajaran
kolaboratif’
② Pembelajaran kolaboratif diatur sebagai berikut :
‘Pembelajaran berpasangan’ untuk Kelas 1 dan 2 di
Sekolah Dasar; Pembelajaran kelompok 4 orang untuk
Kelas 3 ke atas di sekolah dasar (bahkan di sekolah
menengah pertama atau sekolah menengah atas)
③ Sebuah ‘kelompok kecil’ dibentuk dengan campuran
jenis kelamin yang tidak disengaja  
④ ‘Pembelajaran kelompok kecil’ memiliki dua
fungsi yaitu untuk ‘mengkolaborasi kerja individu’
dan ‘kolaborasi untuk melompat’
Tehnik-tehnik Dasar Pembelajaran (4)
• Bukan hubungan ‘saling mengajar’, namun hubungan
‘saling belajar’
Kata-kata yang dilarang: “Jika kamu sudah paham,
tolong ajari teman kamu yang belum paham”
Kata-kata yang benar: “Jika kamu belum paham,
silahkan tanya teman di sebelahmu”
• Siswa yang kurang berprestasi cenderung belajar sendiri
dengan sikap ‘tekun’, ‘gigih’ dan ‘mempertanyakan
diri’
• "Hei, bagaimana kamu menyelesaikan ini?” adalah langkah
pertama dalam membangun ‘hubungan belajar dengan
siswa lain’
• Merespon siswa yang prestasinya rendah = Yang kita
lakukan selama ini keliru
Tehnik Dasar Pembelajaran (5)
• Menyelenggarakan pembelajaran dengan sebuah
lompatan
Kebanyakan pelajaran adalah untuk ‘menjelaskan
fakta-fakta yang sudah jelas secara agak
membosankan’ = Pembelajaran tanpa ada ‘lompatan’
• ‘Pembelajaran dengan lompatan’ diraih dengan
pembelajaran kolaboratif
• ‘Pembelajaran dengan lompatan’ menjamin
‘fondasi dasar’ (memahami dengan menyiapkan
tumpuan)
• ‘Pembelajaran dengan lompatan’ meningkatkan
‘siswa menjadi bagus saat belajar’
• ‘Pembelajaran dengan lompatan’ meningkatkan
pertumbuhan guru sebagai seorang profesional
Keberadaan Guru (Posisi)
Guru sebagai Komunitas
Pembelajaran Profesional
• Pembelajaran Profesional adalah perpaduan teori dan
praktek melalui studi kasus (doktor =penelitian klinis;
pengacara = ketentuan hukum yang dahulu (judicial
precedent); guru peneliti = studi kasus pembelajaran )
• Restrukturisasi sekolah sebagai komunitas pembelajaran
guru
• Menyusun pelatihan sekolah melalui studi kasus pem-
belajaran hingga ke pusat manajemen sekolah
• Semua guru membuka kelasnya setidaknya setahun sekali,
dan mereka melakukan studi kasus pembelajaran di tiap
satuan Tingkat (Kelas)
• Studi kasus pembelajaran dilaksanakan dengan observasi
open class atau dengan menggunakan rekaman video
Pembentukan Kolegialitas dengan
Pelatihan Sekolah
• Tujuan studi kasus pembelajaran bukanlah ‘evaluasi’ atau
‘nasehat’. ‘Belajar dari orang lain’ dengan
membicarakan ‘fakta-fakta pembelajaran’.
• Membicarakan fakta-fakta pembelajaran siswa
(membicarakan berdasarkan fakta-fakta observasi, di bagian
mana pembelajaran terwujud dan di mana pembelajaran
terhambat)
• Alih-alih ‘memberi nasehat’ kepada guru, mereka
membicarakan apa yang mereka pelajari di dalam kelas
sesuai dengan fakta-fakta observasi mereka.
• Guru belajar melalui berkolaborasi dengan guru lain, dan
membangun kolegialitas di sekolah untuk tumbuh bersama
sebagai seorang profesional dalam bidang mengajar.
Untuk Meningkatkan Prestasi Akademik
• Kunci untuk meningkatkan prestasi akademik bukan
dengan cara mengejar prestasi akademik
• Peningkatan Akademik dimulai dari ‘akademik
tingkat lanjut’ dulu, baru kemudian ‘kemampuan
dasar’ meningkat. Bukan sebaliknya.
• Perlu waktu untuk meningkatkan prestasi akademik.
Perlu 2 – 5 tahun. Tidak perlu panik. Sekali
meningkat, maka akan meningkat dengan secara
keseluruhan.   Ia tidak meningkat secara bertahap.
• Peningkatan akademik diraih dengan ‘roket dua-
tahapan’. ‘Roket dua-tahapan’ harus dibuat.
Kesimpulan = Untuk Mendorong
Reformasi
• Isu utama di abad ke-21 adalah untuk mengejar “kualitas” dan
“kesetaraan” secara bersamaan.
• Kurikulum yang berpusat pada eksplorasi, pembelajaran kolaboratif
dan pengembangan kolegialitas guru merupakan strategi dasar untuk
mencapainya.
• Mari membangun sekolah-sekolah pilot di setiap wilayah.
• Reformasi sekolah dapat dilakukan hanya dari dalam. Namun, perlu
dukungan administratif untuk keberlangsungan reformasi itu.
Penyatuan ‘reformasi dari bawah’ dan ‘reformasi dari atas’
• Motor reformasi sekolah di Asia ada pada ‘demokratisasi’. Mencoba
mendorong demokratisasi pendidikan.
• Bagi negara-negara yang muda, Indonesia (rasio populasi dengan usia
diatas 65 tahun: Indonesia = 6.4%, Jepang = 28.1%; Pertumbuhan
ekonomi: Indonesia = 16%, Jepang = -1%) Pendidikan menjadi
penentu masa depan.

Anda mungkin juga menyukai