Anda di halaman 1dari 43

ADMINISTRASI

PEMERINTAH DAERAH
DAN DESA
Dr. Arief Prayitno
Otonomi NKRI
dan Parlemen
Daerah
Mengapa Otonomi NKRI?
1. Indonesia masih belum memungkinkan
menganut federasi.
 Harus mempersiapkan UUD baru untuk sebuah
Negara Federasi Indonesia
 Harus menetapkan mekanisme "Checks and
Balances" antara Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif
yang mencakup Pemerintah Nasional serta Propinsi
atau Negara Bagian.
 Setiap propinsi atau negara bagian harus memiliki
semacam "Konstitusi Negara Bagian ".
 Dll.

3
2. Pilihan otonomi luas merupakan pilihan
yang sangat strategis dalam rangka
memelihara nation state (negara bangsa).
Kembalikan "Hak-Hak Dasar" masyarakat di
Daerah dengan memberikan kewenangan
yang utuh dalam rangka rekrutmen politik lokal.
Berikan supervisi agar Daerah tidak melakukan
tindakan yang menyimpang dari kepentingan
nasional.
Daerah yang kuat di dalam membangun
masyarakatnya, mereka dengan sendirinya
akan mendukung Negara Kesatuan, dan tidak
ada alasan bagi mereka untuk mendukung
gerakan separatisme.
4
3.Sentralisasi telah terbukti gagal
mengatasi krisis nasional.

 Pemerintah berhasil melakukan perubahan sosial-


ekonomi secara fundamental dengan menggunakan
mekanisme "Carrot and Stick".
 Seharusnya tugas Pemerintah tidak lagi mengurus dan
memikirkan masalah-masalah Daerah, diserahkan saja
sepenuhnya kepada Daerah.
 Sumber daya kekuasaan sepenuhnya dikontrol oleh
Presiden.
 Akan tetapi, ketika terjadi krisis ekonomi yang dimulai
pada tahun 1997 negara sama sekali tidak mampu
menghadapinya.

5
4.Untuk memantapkan kehidupan
demokrasi di masa-masa yang akan
datang.
 Demokrasi tanpa ada penguatan politik lokal akan menjadi
sangat rapuh.
 Politik tidak seharusnya menjadi dominasi orang-orang di
Jakarta saja.
 Lembaga Perwakilan Rakyat sudah sewajarnya mengadopsi
sistem "Dua Kamar" atau sistem "Bicameral".
 Kamar pertama atau First Chamber harus memberikan
tempat khusus kepada perwakilan kepentingan Daerah
dengan menjadikannya sebagai "Upper Chamber" atau
"Upper House" .
 Kamar kedua "Lower House" atau "Second Chamber"
merupakan perwakilan rakyat secara langsung yang diberi
nama "Dewan Perwakilan Rakyat“.

6
5. Aspek keadilan.

 Desentralisasi/otonomi daerah akan mencegah terjadinya


kepincangan di dalam menguasai sumber daya yang
dimiliki dalam sebuah negara.
 Atas nama negara, Pemerintah pada masa lalu dengan
sekehendak hatinya mengambil alih tanah-tanah
masyarakat setempat yang merupakan hak milik mereka
yang diwariskan secara turun-temurun.
 Kebijakan desentralisasi atau otonomi daerah
diberlakukan untuk menghentikan segala bentuk
kebijakan yang mengalienasikan kepentingan
masyarakat setempat yang berkaitan dengan
penguasaan sumber daya alam.

7
Pemisahan dan Pembagian
Kekuasaan
Teori pemisahan kekuasaan (separation of
power) oleh Montesquieu.
Kekuasaan negara dipisahkan secara horizontal
melalui fungsi legislatif, eksekutif, dan judikatif.
Konsep pembagian kekuasaan (distribution
of power atau division of power).
Kekuasaan negara dibagikan secara vertikal dalam
hubungan ‘atas-bawah’.
Biasa digunakan dalam mekanisme pembagian
kekuasaan antara pemerintah federal dan negara
bagian.

8
Otonomi Daerah dalam
Konstitusi
Dengan diterapkannya kebijakan otonomi
daerah yang dituangkan dalam UU, dan
bahkan dikukuhkan dalam UUD, maka
pembagian kekuasaan (distribution atau
division of power) antara pusat dan daerah
dewasa ini makin dipertegas.

9
Pasal 18 UUD
1)Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi
atas daerah-daerah provinsi dan daerah
provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota,
yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota
itu mempunyai pemerintahan daerah, yang
diatur dengan undang-undang.
2)Pemerintahan daerah provinsi, daerah
kabupaten, dan kota mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan
menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan.
3)Pemerintahan daerah provinsi, daerah
kabupaten, dan kota memiliki Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-
anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.
10
4)Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing
sebagai Kepala Pemerintah Daerah Provinsi,
Kabupaten dan Kota dipilih secara demokratis.
5)Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-
luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh
undang-undang ditentukan sebagai urusan
Pemerintah Pusat.
6)Pemerintahan daerah berhak menetapkan
peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain
untuk melaksanakan otonomi dan tugas
pembantuan.
7)Susunan dan tata cara penyelenggaraan
pemerintahan daerah diatur dalam undang-
undang.

11
Pasal 18A UUD
1) Hubungan wewenang antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah provinsi, kabupaten,
dan kota atau antara provinsi dan kabupaten
dan kota, diatur dengan Undang-undang
dengan memperhatikan kekhususan dan
keragaman daerah.
2) Hubungan keuangan, pelayanan umum,
pemanfaatan sumber daya alam dan sumber
daya lainnya antara pemerintah pusat dan
pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan
secara adil dan selaras berdasarkan undang-
undang.
12
Pasal 18B UUD
1) Negara mengakui dan menghormati satuan-
satuan pemerintahan daerah yang bersifat
khusus atau bersifat istimewa yang diatur
dengan Undang-undang.
2) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-
kesatuan masyarakat hukum adat serta hak-
hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan
sesuai dengan perkembangan masyarakat dan
prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia,
yang diatur dalam undang-undang.

13
Kewenangan dan Integrasi
Nasional

Untuk menjamin agar proses integrasi


nasional dapat dipelihara dengan sebaik-
baiknya.
Menyangkut pengalihan kewenangan dari
atas ke bawah
Atas dasar keprakarsaan dari bawah untuk
mendorong tumbuhnya kemandirian
pemerintahan daerah itu sendiri.

14
Otonomi dan Demokratisasi
Esensi pokok dari kebijakan otonomi daerah itu
dalam arti yang sesungguhnya adalah:
pengalihan kewenangan dari Pemerintah Pusat ke
Pemerintah Daerah,
pengalihan kewenangan dari pemerintahan ke
masyarakat.
Otonomi daerah berarti otonomi masyarakat di
daerah-daerah yang diharapkan dapat terus
tumbuh dan berkembang keprakarsaan dan
kemandiriannya dalam iklim demokrasi dewasa
ini.

15
Lembaga Legislatif di Daerah
• DPRD dibentuk di daerah propinsi, kabupaten dan kota.
• Pada umumnya DPRD dipahami sebagai lembaga yang
menjalankan kekuasaan legislatif, dan karena itu biasa
disebut dengan lembaga legislatif di daerah.
• Fungsi utama DPRD adalah untuk mengontrol jalannya
pemerintahan di daerah,
• Berkenaan dengan fungsi legislatif, posisi DPRD bukanlah
aktor yang dominan. Pemegang kekuasaan yang dominan
di bidang legislatif itu tetap Gubernur atau Bupati/Walikota.
• DPRD hanya bertindak sebagai lembaga pengendali atau
pengontrol yang dapat menyetujui atau bahkan menolak
sama sekali ataupun menyetujui dengan perubahan-
perubahan tertentu, dan sekali-sekali dapat mengajukan
usul inisiatif sendiri mengajukan rancangan Peraturan
Daerah.

16
Kepala Desa dan Parlemen Desa

• Dalam penyelenggaraan pemerintahan Desa dibentuk


Badan Permusyawaratan Desa atau sebutan lain yang
sesuai dengan budaya yang berkembang di Desa
bersangkutan
• Fungsi BPD sebagai lembaga pengaturan dalam
penyelenggaraan pemerintahan Desa, seperti dalam
pembuatan dan pelaksanaan Peraturan Desa, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa, dan Keputusan Kepala
Desa.
• Di desa dibentuk lembaga kemasyarakatan yang
berkedudukan sebagai mitra kerja pemerintah desa
dalam memberdayakan masyarakat desa.

17
Ketentuan Umum tentang Pemerintahan
Daerah

Pembentukan Daerah dan Kawasan Khusus

Pembagian Urusan Pemerintahan


Ketentuan Umum tentang
Pemerintahan Daerah

 NKRI dibagi atas daerah-daerah provinsi, daerah


provinsi dibagi atas kabupaten dan kota yang
masing-masing mempunyai pemerintahan daerah.
 Pemerintahan daerah mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan.
 Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-
luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang
menjadi urusan Pemerintah, dengan tujuan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat,
pelayanan umum, dan daya saing daerah.

19
Asas otonomi dan tugas pembantuan:
Pelaksanaan urusan pemerintahan oleh daerah dapat
diselenggarakan secara langsung oleh pemerintahan
daerah itu sendiri dan dapat pula penugasan oleh
pemerintah provinsi ke pemerintah kabupaten/kota dan
desa atau penugasan dari pemerintah kabupaten/kota
ke desa.
Daya saing daerah:
Kombinasi antara faktor kondisi ekonomi daerah,
kualitas kelembagaan publik daerah, SDM, dan
teknologi, yang secara keseluruhan membangun
kemampuan daerah untuk bersaing dengan daerah
lain.
Pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan urusan
pemerintahan memiliki hubungan dengan Pemerintah
dan dengan pemerintahan daerah lainnya.

20
Hubungan administrasi adalah hubungan yang
terjadi sebagai konsekuensi kebijakan
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang
merupakan satu kesatuan dalam
penyelenggaraan sistem administrasi negara.
Hubungan kewilayahan adalah hubungan yang
terjadi sebagai konsekuensi dibentuk dan
disusunnya daerah otonom yang
diselenggarakan di wilayah NKRI. Dengan
demikian, wilayah daerah merupakan satu
kesatuan wilayah negara yang utuh dan bulat.

21
Pembentukan Daerah
Tujuan:
 Meningkatkan pelayanan publik
 Mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat
 Sebagai sarana pendidikan politik di tingkat lokal.

Faktor pertimbangan:
 kemampuan ekonomi, potensi daerah, luas wilayah,
kependudukan,
 aspek sosial politik, sosial budaya, pertahanan dan
keamanan,
 syarat lain yang memungkinkan daerah itu dapat
menyelenggarakan dan mewujudkan tujuan dibentuknya
daerah dan diberikannya otonomi daerah.

22
Kawasan Khusus
Kawasan strategis yang secara nasional
menyangkut hajat hidup orang banyak dari
sudut politik, sosial, budaya, lingkungan dan
pertahanan dan keamanan.
Dalam kawasan khusus diselenggarakan fungsi-
fungsi pemerintahan tertentu sesuai
kepentingan nasional.
Kawasan khusus dapat berupa kawasan otorita,
kawasan perdagangan bebas, kegiatan industri,
dan sebagainya.

23
Urusan Pemerintahan
1. Kewenangan Pemerintah
 Politik luar negeri
 Pertahanan
 Keamanan
 Moneter
 Yustisi
 Agama.
2. Kewenangan Pemerintah Daerah
 Urusan wajib
 Urusan pilihan
3. Kewenangan yang Concurrent
 Dapat dilaksanakan bersama antara
Pemerintah dan Pemerintah Daerah
24
Kriteria Kewenangan yang
Concurrent
 Eksternalitas:
Pertimbangan dampak/akibat yang ditimbulkan
 Akuntabilitas:
Pertimbangan tingkat pemerintahan yang lebih
langsung/ dekat dengan dampak/akibat dari urusan
yang ditangani
 Efisiensi:
Pertimbangan tersedianya sumber daya
(personil, dana, dan peralatan) untuk mendapatkan
ketepatan, kepastian, dan kecepatan hasil yang
harus dicapai dalam penyelenggaraan bagian
urusan.

25
Hubungan antara
Pemerintah
dan Pemda
 Bidang Keuangan
1. Pemberian sumber-sumber keuangan untuk
menyelenggarakan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan Pemda.
2. Pengalokasian dana perimbangan kepada Pemda.
3. Pemberian pinjaman dan/atau hibah kepada
 Pemda.
Bidang Pelayanan Umum
1. Kewenangan, tanggung jawab, dan penentuan
standar pelayanan minimal.
2. Pengalokasian pendanaan pelayanan umum yang
menjadi kewenangan daerah.
3. Fasilitasi pelaksanaan kerja sama
antarpemerintahan
daerah dalam penyelenggaraan pelayanan umum.
 Bidang Pemanfaatan SDA dan Sumber
Daya Lainnya
1. Kewenangan, tanggung jawab, pemanfaatan,
pemeliharaan, pengendalian dampak, budidaya,
dan pelestarian.
2. Bagi hasil atas pemanfaatan sumber daya alam dan
sumber daya lainnya.
3. Penyerasian lingkungan dan tata ruang serta
rehabilitasi lahan.

27
Hubungan
antarpemerintahan
Daerah
 Bidang Keuangan
1. Bagi hasil pajak dan nonpajak antara Pemda provinsi
dan
Pemda kabupaten/kota.
2. Pendanaan urusan pemerintahan yang menjadi
tanggung
jawab bersama.
3. Pembiayaan bersama atas kerja sama antardaerah.
4. Pinjaman dan/atau hibah antarpemerintahan daerah.
 Bidang Pelayanan Umum
1. Pelaksanaan bidang pelayanan umum yang menjadi
kewenangan daerah.
2. Kerja sama antarpemerintahan daerah dalam
penyelenggaraan pelayanan umum.
3. Pengelolaan perizinan bersama bidang pelayanan
umum.

28
 Bidang Pemanfaatan SDA dan Sumber
Daya Lainnya
1. Pelaksanaan pemanfaatan sumber daya alam dan
sumber daya lainnya yang menjadi kewenangan
daerah.
2. Kerja sama dan bagi hasil atas pemanfaatan
sumber daya alam dan sumber daya lainnya
antarpemerintahan daerah.
3. Pengelolaan perizinan bersama dalam
pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya
lainnya.

29
Kewenangan Daerah untuk
Mengelola
Sumber Daya di Wilayah Laut
1. Eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan
pengelolaan kekayaan laut.
2. Pengaturan administratif.
3. Pengaturan tata ruang.
4. Penegakan hukum terhadap peraturan yang
dikeluarkan oleh daerah atau yang
dilimpahkan kewenangannya oleh
pemerintah.
5. Ikut serta dalam pemeliharaan keamanan
6. Ikut serta dalam pertahanan kedaulatan
negara.

30
Hak Daerah
1. Mengatur dan mengurus sendiri
urusan
pemerintahannya.
2. Memilih pimpinan daerah.
3. Mengelola aparatur daerah.
4. Mengelola kekayaan daerah.
5. Memungut pajak daerah dan retribusi daerah.
6. Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber
daya
alam dan sumber daya lainnya yang berada di daerah.
7. Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain
yang
sah.
8. Mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam
peraturan 31
Kewajiban Daerah
1. Melindungi masyarakat, menjaga
persatuan, kesatuan dan
kerukunan nasional, serta keutuhan NKRI.
2. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
3. Mengembangkan kehidupan demokrasi.
4. Mewujudkan keadilan dan pemerataan.
5. Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan.
6. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan.
7. Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang
layak.
8. Mengembangkan sistem jaminan sosial.
9. Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah.
10.Mengembangkan sumber daya produktif di daerah.
11.Melestarikan lingkungan hidup.
12.Mengelola administrasi kependudukan.
13.Melestarikan nilai sosial budaya.
14.Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-
undangan
sesuai dengan kewenangannya.
15.Kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan.
32
Perencanaan Pembangunan Daerah
Keuangan Daerah
Perencanaan Pembangunan
Daerah
Rencana pembangunan jangka panjang
1.
daerah (RPJP daerah) untuk jangka waktu 20
tahun yang memuat visi, misi, dan arah
pembangunan daerah yang mengacu kepada
RPJP nasional.
2. Rencana pembangunan jangka menengah
daerah (RPJM daerah) untuk jangka waktu 5
tahun merupakan penjabaran dari visi, misi,
dan program KDH yang penyusunannya
berpedoman kepada RPJP daerah dengan
memperhatikan RPJM nasional.

34
RPJM daerah memuat arah kebijakan keuangan
3. daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan
umum, dan program satuan kerja perangkat daerah,
lintas satuan kerja perangkat daerah, dan program
kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam
kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang
bersifat indikatif.
4. Rencana kerja pembangunan daerah (RKPD)
merupakan penjabaran dari RPJM daerah untuk
jangka waktu satu tahun, yang memuat rancangan
kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan
daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang
dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah
maupun ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat, dengan mengacu kepada rencana kerja
Pemerintah.
5. RPJP daerah dan RJMD ditetapkan dengan Perda
berpedoman pada Peraturan Pemerintah.

35
Satuan Kerja Perangkat
Daerah
 Menyusun rencana stratregis yang selanjutnya disebut
Renstra-SKPD
 Memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program
dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan
fungsinya
 Berpedoman pada RPJM Daerah dan bersifat indikatif.
 Renstra-SKPD dirumuskan dalam bentuk rencana kerja
satuan kerja perangkat daerah yang memuat kebijakan,
program, dan kegiatan pembangunan baik yang
dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun
yang ditempuh dengan mendorong partisipasi
masyarakat.

36
Data dan informasi sebagai
dasar
perencanaan:
1. Penyelenggaraan pemerintahan daerah.
2. Organisasi dan tata laksana pemerintahan daerah,
termasuk kecamatan, kelurahan, dan desa.
3. KDH, DPRD, perangkat daerah, dan PNS daerah.
4. Keuangan daerah.
5. Potensi sumber daya daerah.
6. Produk hukum daerah.
7. Kependudukan.
8. Informasi dasar kewilayahan.
9. Informasi lain terkait dengan penyelenggaraan
pemerintahan daerah

37
Keuangan Daerah
Sumber pendapatan daerah terdiri dari:
1. Pendapatan asli daerah (PAD), yaitu:
 Hasil Pajak Daerah.
 Hasil Retribusi Daerah.
 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan,
antara lain bagian laba dari BUMD, hasil kerjasama dengan
pihak ketiga
 Lain-lain PAD yang sah antara lain penerimaan daerah di luar
pajak dan retribusi daerah seperti jasa giro, hasil penjualan
aset daerah.
2. Dana perimbangan, yaitu dana yang bersumber dari
APBN yang terdiri dari DBH, DAU, dan DAK.
3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah, antara
lain
hibah atau dana darurat dari Pemerintah.
38
Dana Bagi Hasil
 Dana Bagi Hasil yang bersumber dari pajak
terdiri dari:
1. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sektor perdesaan,
perkotaan, perkebunan, pertambangan serta
kehutanan.
2. Bea Perolehan Atas Hak Tanah dan Bangunan
(BPHTB) sektor perdesaan, perkotaan, perkebunan,
pertambangan serta kehutanan.
3. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21, Pasal 25, dan
Pasal 29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri.

39
 Dana Bagi Hasil yang bersumber dari sumber daya
alam berasal dari:
1. Penerimaan kehutanan yang berasal dari iuran hak
pengusahaan hutan (IHPH), provisi sumber daya hutan
(PSDH) dan dana reboisasi yang dihasilkan dari wilayah
daerah yang bersangkutan.
2. Penerimaan pertambangan umum yang berasal dari
penerimaan iuran tetap (landrent) dan penerimaan iuran
eksplorasi dan iuran eksploitasi (royalty) yang dihasilkan dari
wilayah daerah yang bersangkutan.
3. Penerimaan perikanan yang diterima secara nasional yang
dihasilkan dari penerimaan pungutan pengusahaan perikanan
dan penerimaan pungutan hasil perikanan.
4. Penerimaan pertambangan minyak yang dihasilkan dari
wilayah daerah yang bersangkutan.
5. Penerimaan pertambangan gas alam yang dihasilkan dari
wilayah daerah yang bersangkutan.
6. Penerimaan pertambangan panas bumi yang berasal dari
penerimaan setoran bagian Pemerintah, iuran tetap dan iuran
produksi yang dihasilkan dari wilayah daerah yang
bersangkutan.

40
Dana Alokasi Umum
• DAU dialokasikan berdasarkan persentase
tertentu dari pendapatan dalam negeri neto
yang ditetapkan dalam APBN.
• DAU untuk suatu daerah ditetapkan
berdasarkan kriteria tertentu yang
menekankan pada aspek pemerataan dan
keadilan yang selaras dengan
penyelenggaraan urusan pemerintahan
• Formula dan penghitungan DAU-nya
ditetapkan sesuai Undang-Undang.

41
Dana Alokasi Khusus
 Mendanai kegiatan khusus yang ditentukan
Pemerintah atas dasar prioritas nasional.
 Mendanai kegiatan khusus yang diusulkan
daerah tertentu.
 Penyusunan kegiatan khusus yang ditentukan
oleh Pemerintah dalam pelaksanaannya
dikoordinasikan dengan Gubernur.
 Penyusunan kegiatan khusus yang diusulkan
daerah dilakukan setelah dikoordinasikan oleh
daerah yang bersangkutan.

42
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai