Anda di halaman 1dari 18

PROSES PERSALINAN

KELOMPOK II
NURUL THALIA
WAODE DEVIARNI
DEFINISI

Persalinan adalah proses pengeluaran kelahiran hasil


konsepsi yang dapat hidup diluar uterus melalui vagina ke
dunia luar. Proses tersebut dapat dikatakan normal atau spontan
jika bayi yang dilahirkan berada pada posisi letak belakang
kepala dan berlangsung tanpa bantuan alat-alat atau
pertolongan, serta tidak melukai ibu dan bayi. Pada umumnya
proses ini berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam
(Sondakh, 2013).
PENYEBAB TERJADINYA
PERSALINAN

Peregangan otot uterus, karena pembesaran janin kontraksi


uterus
 menurunnya estrogen dan progesteron peningkatan
protaglandin
Peningkatan kadar oksitosin
Penekanan bagian bawah janin pada pleksus frankenhaussen
yang terletak di belakang serviks uteri kontraksi uterus
PROSES PERSALINAN

Proses persalinan terbagi menjadi 4 tahap :


1. Kala I ( kala pembukaan )
kala 1 merupakan awal di mulainya proses persalinan ( inpartu ) di
tandai dengan adanya his yang mulai teratur, keluarnya ppv berupa
darah dan lendir, VT terjadi pembukaan serviks 2 cm ( PG) , 3 cm (MG)
penolong melakukan 10 ( KU, T,N,S,RR,HIS,DJJ,PPV,BR,TTK II ) tiap
jam. Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan servix hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm)
Persalinan kala I berlangsung 18 – 24 jam dan
terbagi menjadi dua fase yaitu
 fase laten adalah fase awal, dimulai pada saat adanya kontraksi yang
teratur, servik berdilatasi dari 0 sampai 3 cm Fase ini berlangsung
sekitar 8 – 10 jam pada primipara dan 6 sampai 8 jam pada nulipara
 fase aktif adalah fase setelah fase laten, dimana dilatasi servik
membuka 4 sampai dengan 10 cm (Chuma et al, 2014). Rata-rata lama
pada fase aktif ini adalah 6 jam.
FISIOLOGI KALA I

1. Uterus
Kontraksi uterus mulai dari fundus dan terus menyebar ke depan dan ke bawah abdomen.
Kontraksi berakhir dengan masa yan terpanjang dan sangat kuat pada fundus. Selagi uterus
kontraksi berkontraksi dan relaksasi memungkinkan kepala janin masuk ke rongga pelvik.
2. Serviks
Sebelum onset persalinan, serviks berubah menjadi lembut:
 Effacement (penipisan) serviks berhubungan dengan kemajuan pemendekan dan
penipisan serviks. Panjang serviks pada akhir kehamilan normal berubah – ubah
(beberapa mm sampai 3 cm). Dengan mulainya persalinan panjangnya serviks berkurang
secara teratur sampai menjadi pendek (hanya beberapa mm). Serviks yang sangat tipis ini
disebut sebagai menipis penuh
 Dilatasi berhubungan dengan pembukaan progresif dari serviks. Untuk mengukur
dilatasi/diameter serviks digunakan ukuran centimeter dengan menggunakan jari tangan saat
peeriksaan dalam. Serviks dianggap membuka lengkap setelah mencapai diameter 10 cm
 Blood show (lendir show) pada umumnya ibu akan mengeluarkan darah sedikit atau sedang dari
serviks
.
LANJUTAN

Pada kala 1 tugas penolong mengawasi dan menanamkan semangat


kepada ibu bahwa proses persalinan adalah fisiologis tanamkan
rasa percaya diri dan percaya pada penolong.
obat atau tindakan hanya perlu jika ada indikasi.
Apabila ketuban belum pecah , wanita inpartu boleh duduk
atau berjalan-jalan, jika berbaring sebaiknya letaknya ke sisi
terletaknya punggung janin jika ketuban sudah pecah wanita
tersebut di larang berjalan- jalan harus berbaring periksa dalam
pervaginan di larang, kecuali ada indikasi karna setiap
pemeriksaan akan membawa infeksi jika di larang apalagi jika di
alkukan tanpa memperhatikan sterilitas pada kala pembukaan di
larang mengedan karena belum waktunya dan hanya akan
menghabiskan tenaga ibu,. Biasanya kala 1 berakhir apabila
pembukaan sudah lengkap sampai 10 cm.
2. Kala II ( kala pengeluaran janin )
A. Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari
serviks dan berakhir dengan lahirnya bayi. Proses ini berlangsung
2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
B. Tanda tanda dan gejala kala II :
a) Ibu ingin meneran
b) Perineum menonjol
c) Vulva vagina dan sphincter anus membuka
d) Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat
e) His lebih kuat dan lebih cepat 2-3 menit sekali.
f) Pembukaan lengkap (10 cm )
g) Pada Primigravida berlangsung rata-rata 1.5 jam dan multipara
rata-rata 0.5 jam
h) Pemantauan
FISIOLOGI KALA II
His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 -100 detik, datangnya tiap
2-3 menit
Ketuban biasanya pecah pada kala ini ditandai dengan keluarnya cairan
kekuning kuningan sekonyong-konyong dan banyak
Pasien mulai mengejan
Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai di dasar
panggul, perineum menonjol, vulva menganga dan rectum terbuka
Pada puncak his, bagian kecil kepala nampak di vulva dan hilang lagi waktu
his berhenti, begitu terus hingga nampak lebih besar. Kejadian ini disebut
“Kepala membuka pintu”
Pada akhirnya lingkaran terbesar kepala terpegang oleh vulva sehingga
tidak bisa mundur lagi, tonjolan tulang ubun-ubun telah lahir dan
subocciput ada di bawah symphisis disebut “Kepala keluar pintu”
Pada his berikutnya dengan ekstensi maka lahirlah ubun-ubun besar, dahi
dan mulut pada commissura posterior. Saat ini untuk primipara, perineum
biasanya akan robek pada pinggir depannya karena tidak dapat menahan
regangan yang kuat tersebut
LANJUTAN
Setelah kepala lahir dilanjutkan dengan putaran paksi luar, sehingga kepala melintang,
vulva menekan pada leher dan dada tertekan oleh jalan lahir sehingga dari hidung anak
keluar lendir dan cairan
Pada his berikutnya bahu belakang lahir kemudian bahu depan disusul seluruh badan
anak dengan fleksi lateral, sesuai dengan paksi jalan lahir
Setelah anak lahir, sering keluar sisa air ketuban, yang tidak keluar waktu ketuban pecah,
kadang-kadnag bercampur darah
 Lama kala II pada primi 50 menit pada multi 20 menit

MEKANISME PERSALINAN
NORMAL

Masuknya kepala janin dalam PAP


Majunya Kepala janin
Fleksi
Putaran paksi dalam
Ekstensi
Putaran paksi luar
3. Kala III ( pengeluaran plasenta )
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban Berlangsung tidak lebih dari 30 menit
Disebut dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta Peregangan Tali pusat
Terkendali (PTT) dilanjutkan pemberian oksitosin untuk kontraksi uterus dan
mengurangi perdarahan
Tanda-tanda pelepasan plasenta :
 Perubahan ukuran dan bentuk uterus
 Uterus menjadi bundar dan uterus terdorong ke atas karena plasenta
 sudah terlepas dari Segmen Bawah Rahim
 Tali pusat memanjang
 Semburan darah tiba tiba
FISIOLOGI KALA III

Segera setelah bayi dan air ketuban sudah tidak lagi berada di dalam uterus, kontraksi
akan terus berlangsung dan ukuran rongga uterus akan mengecil. Pengurangan dalam
ukuran uterus ini akan menyebabkan pengurangan dalam ukuran tempat melekatnya
plasenta. Oleh karena tempat melekatnya plasenta tersebut menjadi lebih kecil, maka
plasenta akan menjadi tebal atau mengkerut dan memisahkan diri dari dinding uterus.
Sebagian dari pembuluh-pembuluh darah yang kecil akan robek saat plasenta lepas.
Tempat melekatnya plasenta akan berdarah terus hingga uterus seluruhnya berkontraksi.
Setelah plasenta lahir, dinding uterus akan berkontraksi dan menekan semua pembuluh-
pembuluh darah ini yang akan menghentikan perdarahan dari tempat melekatnya plasenta
tersebut. Sebelum uterus berkontraksi, wanita tersebut bisa kehilangan darah 350-360
cc/menit dari tempat melekatnya plasenta tersebut. Uterus tidak bisa sepenuhnya
berkontraksi hingga plasenta lahir dahulu seluruhnya. Oleh sebab itu, kelahiran yang
cepat dari plasenta segera setelah ia melepaskan dari dinding uterus
PEMANTAUAN KALA III
Palpasi uterus untuk menentukan apakah ada bayi yang kedua. Jika ada maka
tunggu sampai bayi kedua lahir
Menilai apakah bayi beru lahir dalam keadaan stabil, jika tidak rawat bayi segera
Manajemen aktif kala III meliputi pemberian oksitosin dengan
segera, pengendalian tarikan pada tali pusat dan pemijatan uterus
pada plasenta setelah lahir jika menggunakan manajemen aktif
dan plasenta belum lahir juga dalam waktu 30 menit periksa
kandung kemih dan lakukan kateterisasi periksa adanya tanda
pelepasan plasenta berikan oksitosin 10 unit ( intramuskular )
dosis ke 3 dan periksa seksama si ibu dengan seksama dan jahit
semua robekan pada serviks dan vagina kemudian perbaiki
episiotomi.
Menjahit luka episiotomi :
Setelah plasenta lahir , di lakukan repair perineum yang robek
atau bekas episiotomi
Informasi pada pasien
Bersihkan kotoran sisa persalinan
Pasang doek steril, di bawah pantat penderita

lanjutan
Pakai sarung tangan steril
Eksplorasi luka robekan, perineum dinding vagina
Setelah selesai menjahit, lakukan eksplorasu ulang , apakah
semua luka sudah terjahit , dengan memasukkan jari telunjuk ke
rektum
IMD dapat di lakukan selama proses reparasi luka, setelah jalan
nafas abyi di bersihkan
Tindakan ini dapat membantu memperbaiki kontraksi uterus
pasca persalinan.
4. Kala IV
Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah
itu Paling kritis karena proses perdarahan yang berlangsung
Masa 1 jam setelah plasenta lahir Pemantauan 15 menit pada
jam pertama setelah kelahiran plasenta, 30 menit pada jam
kedua setelah persalinan, jika kondisi ibu tidak stabil, perlu
dipantau lebih sering Observasi intensif karena perdarahan yang
terjadi pada masa ini
Observasi yang dilakukan :
a) Tingkat kesadaran penderita.
b) Pemeriksaan tanda vital.
c) Kontraksi uterus.
d) Perdarahan, dianggap masih normal bila jumlahnya tidak
melebihi 400- 500cc.
FISIOLOGI KALA IV

Setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari dibawah pusat.
Otot-otot uterus berkontraksi, pembuluh darah yang ada diantara anyaman-
anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan
setelah plasenta dilahirkan

7 LANGKAH PEMANTAUAN YANG DI


LAKUKAN KALA IV

1. Kontraksi rahim
2. Perdarahan
3. Kandung kencing
4. Luka-luka : jahitannya baik/tidak, perdarahan/tidak
5. Uri dan selaput ketuban harus lengkap, berat plasenta, panjang tali pusat,
insersi tali pusat.
6. Keadaan umum ibu : tensi, nadi, pernapasan, dan rasa sakit
7. Bayi dalam keadaan baik
Lanjutan
Menilai APGAR SKOR bayi yang di nilai
Frekuensi jantung
Usaha nafas
Tonus otot
Reaksi terhadap rangsangan
Warna kulit

dalam waktu 2 jam pasca lahirnya plasenta , apabila tidak ada


kelainan pada ibu, barulah ibu di pindahkan ke ruang perawatan
pasca bersalin, di tempat perawatan gabung dengan bayi , ibu di
berikan penyuluhan perawatan asi, dan bayi baru lahir, motivasi
KB untuk menjarangkan dan membatasi jumlah anak
SEBAB-SEBAB YANG
MENIMBULKAN PERSALINAN

1. Teori penurunan hormon


pada saat 1 – 2 minggu sebelum sebelum partus, mulai terjadi penurunan kadar
hormon estrogen dan progesteron.
2. Teori plasenta yang menjadi tua
penuaan plasenta akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron
sehingga terjadi kekejangan pembuluh darah. Hal itu akan menyebabkan
kontraksi uterus
3. Teori iritasi mekanik
di belakang serviks, terletak ganglion servikale apabila ganglion tersebut di
geser dan di tekan misalnya oleh kepala janin, maka akan timbul kontraksi
uterus.
4. Teori distensi rahim
Rahim yang menyebabkan besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot
rahim sehingga menggangu sirkulasi uteroplasenta
5. Induksi partus. Partus pula dapat di timbulkan dengan : pemecahan ketuban,
dan pemberian oksitosis melalui tetesan infus
FAKTOR –FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERSALINAN
1. Power
his ( kontraksi ritmis otot polos uterus ) adalah kekuatan megejan ibu kardiovaskuler respirasi
metabolik ibu.
2. ( panggul ibu )
passage adalah keadaan jalan lahir, jalan lahir mempunyai kedudukan penting dalam proses
persalinan untuk mencapai kelahiran bayi.
3. Passanger
Passanger adalah janinnya sendiri, bagian yang paling besar dan keras pada janin adalah
kepala janin, posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan, kepala janin pula
ini yang paling banyak mengalami cedera persalinan sehingga dapat membahayakan hidup dan
kehidupan janin kelak, hidup sempurna, cacat atau akhirnya meninggal dunia
4. Respon psikologi
Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan seorang ibu dan keluarganya.
Banyak ibu mengalami psikis (kecemasan, keadaan emosional wanita) dalam menghadapi
persalinan, hal ini perlu diperhatikan oleh seseorang yang akan menolong persalinan. Perasaan
cemas, khawatir akan mempengaruhi hormone stress yang akan mengakibatkan komplikasi
persalinan
5. Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini mengantisipasi dan menangani komplikasi yang
mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan
penolong dalam mengahadapi proses persalinan.

Anda mungkin juga menyukai