Anda di halaman 1dari 10

Kelompok 4

Sosio Budaya Masyarakat Pesisir

• Hafidh Zulhaidi Tanjung 0801182241


• Ihsan Anshari Billiel 0801183412
• Fithri Awliya Rizqina 0801183512
• Esmailan Hasibuan 0801183329
• Fitriyani 0801183521
A. Pengertian sosial budaya masyarakat pesisir sosial adalah suatu perangkat
peran sosial yang berinteraksi atau kelompok sosial yang memiliki nilai-nilai,
norma dan tujuan yang bersama”. Seperti yang diungkapkan oleh
Parsons(1951), “Sistem sosial merupakan proses interaksi di antara pelaku
sosial”. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sistem sosial itu pada
dasarnya ialah suatu sistem dari tindakan-tindakan yang tercipta karena
adanya interaksi.
Dari berbagai definisi budaya, dapat diperoleh pengertian mengenai
kebudayaan yaitu sesuatu yang mempengaruhi tingkat pengetahuan yang
meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia
bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh
manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda
yang bersifat nyata (konkrit), misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan
hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan
untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Sistem Sosial Budaya adalah suatu keseluruhan dari unsur-unsur tata nilai,
tata sosial, dan tata laku manusia yang saling berkaitan dan masing-masing
unsur bekerja secara mandiri serta bersama sama satu sama lain saling
mendukung untuk mencapai tujuan hidup manusia dalam bermasyarakat.
B. Pengertian konflik dalam sosial budaya masyarakat pesisir
adalah Konflik merupakan gejala yang melekat di dalam
setiap masyarakat dan didalam konflik tersebut dibiarkan
dan tidak dikelola dengan seksama, maka yang terjadi
adalah kerugian bagi kehidupan masyarakat, karena akan
menimbulkan banyak korban baik harta ataunyawa serta
tata kehidupan sosial yang tidak aman dan tidak sehat.
Atas dasar pemahaman mengenai konflik tersebut, dapat
dikatakan bahwa dalam penangananan konflik
memerlukan pemahaman yang komprehensif. Pemahaman
yang komprehensif ini akan mencegah munculnya pola-
pola penanganan yang justru akan mengaburkan pokok
permasalahan.
Hasil penelitian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat 6 (enam) tipologi konflik kenelayanan yaitu
1. konflik kepemilikan sumberdaya,
2. konflik pengelolaan sumberdaya,
3. konflik cara produksi/ alat tangkap,
4. konflik lingkungan,
5. konflik usaha dan
6. konflik primordial.
Faktor Masalah Konflik

 Pemicu konflik yang paling dominan pada masyarakat


nelayan
yaitu karena persoalan sepele. Berdasarkan informasi yang didapat
konflik yang terjadi karena masalah sepele lebih banyak dilakukan
oleh kaum muda. Masalah – masalah yang dianggap sepele yaitu
masalah percintaan anak muda, mabuk – mabukan, hingga ulah
geng motor.
 Penyebab konflik masyarakat nelayan
yaitu adanya ketidakadilandan perebutan/persaingan sumber daya
ekonomi. Perebutan/persaingan sumber daya ekonomi ini terkait
dengan persaingan dagang antar warga masyarakat, seperti antara
sesama tukang becak, supir angkot, ataupun sesama pedagang
asongan dan warung kaki lima. Namun, konflik yang terjadi
berlangsung dalam waktu singkat dan tidak sampai menimbulkan
korban luka/jiwa.
C. Ciri khas masyarakat pesisir
Ciri khas wilayah pesisir jika ditinjau dari aspek
biofisik wilayah, ruang pesisir dan laut serta sumber daya
yang terkandung di dalamnya bersifat khas sehingga
adanya intervensi manusia pada wilayah tersebut dapat
mengakibatkan perubahan yang signifikan, seperti bentang
alam yang sulit diubah, proses pertemuan air tawar dan air
laut yang menghasilkan ekosistem yang khas. Ditinjau dari
aspek kepemilikan, wilayah pesisir dan laut serta
sumberdaya yang terkandung di dalamnya sering memiliki
sifat terbuka.
D. kehidupan sosial masyarakat pesisir Sebagian besar
kategori sosial nelayan Indonesia adalah nelayan
tradisional dan nelayan buruh. Mereka adalah
penyumbang utama kuantitas produksi perikanan tangkap
nasional. Walaupun demikian, posisi sosial mereka tetap
marginal dalam proses transaksi ekonomi yang timpang
dan eksploitatif sehingga sebagai pihak produsen, nelayan
tidak memperoleh bagian pendapatan yang besar.
E. keadaan sosial masyarakat pesisir
1. Tingkat pendidikan nelayan Tingkat pendidikan nelayan di Desa Waruduwur Kecamatan
Mundu Kabupaten Cirebon, Mayoritas tingkat pendidikannya hanya sampai SMP,
sedangkan yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi seperti SMA bahkan kuliah
(Perguruan Tinggi) masih sedikit, karena letak sekolah yang jauh, sedangkan di desa
waruduwur, jenjang pendidikan yang tersedia baru MI (madrasah Ibtidaiyah), dan SMP
(Sekolah Menengah Pertama).
2. Organisasi nelayan Organisasi nelayan di Desa Waruduwur Kecamatan Mundu
Kabupaten Cirebon ini memiliki suatu organisasi nelayan yang bernama Kopmaswan dan
Rukun Nelayan yaitu yang bertujuan memudahkan akses pemerintah ketika akan
menyalurkan bantuan, selain itu tujuan dari berdirinya organisasi ini adalah untuk
melakukan sensus atau pendataan nelayan yang ada, selain itu adanya organisasi ini
sangat membatu dalam dalam kemajuan nelayan khususnya untuk segi ekonomi,
dikarenakan dengan adanya organisasi tersebut pemerintah bisa tahu kebutuhan nelayan
dalam mencari ikan serta memberikan sarana dan prasarana demi kemajuan ekonomi
masyarakat pesisir.
3. Budaya / kehidupan / adat istiadat nelayan Di Desa Waruduwur Kecamatan Mundu
Kabupaten Cirebon, masih menjaga tradisinya terbukti dengan masih diadakannya
Nadran setiap tahunnya, yang dilaksanakan bila hasil laut yang diperoleh tidak
mencukupi hasil para nelayan.
Dalam situasi demikian, rumah tangga nelayan akan
senantiasa berhadapan dengan tiga persoalan yang sangat
krusial dalam kehidupan mereka, yaitu
(1) pergulatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari,
.
(2) tersendat-sendatnya pemenuhan kebutuhan pendidikan
anak- anaknya, dan
(3) terbatasnya akses mereka terhadap jaminan kesehatan.
Terimakasih!!!

Anda mungkin juga menyukai