NAMA KELOMPOK :
DELLA OCTAVIANI
JASMINE CELIA S
SHELA AULIA
SOFIANAH RAMADANI
ZAHRA LAVIOLA
NUR RAHMAH
TRI RETNOWATI
M. RIZKY ALFI
XII.PER.1
Telinga merupakan salah satu
panca indera yang penting
bagi manusia yang mempunyai
dua fungsi yaitu untuk
pendengaran dan
keseimbangan.
Telinga, menurut anatominya
dibagi menjadi 3 bagian,
yakni:
1. Telinga luar
2. Telinga tengah
3. Telinga dalam
Sedangkan menurut fungsinya maka telinga dibagi menjadi 2 bagian, yakni:
1. Telinga sebagai alat pendengar
Telinga sebagai alat pendengar ini, yaitu meliputi fungsinya untuk pengahantar
bunyi yang merupakan tugas dari telinga luar dan telinga tengah. Serta telinga
sebagai penerima bunyi yang merupakan tugas dari telinga dalam.
2. Telinga sebagai alat keseimbangan
Telinga luar (AURIS EKSTERNA)
Telinga luar terdiri atas daun telinga dan liang telinga
1. DAUN TELINGA (AURICULA)
B. Utriculus
Bentuk : ovoid
Letak :belakang atas
Terdapat daerah sensoris makuli utriculus, terdiri dari:
- Sel-sel reseptor
- Sel-sel penyokong
- Membrane basilaris
Bereaksi terhadap gerakan horizontal, linier
3. Duktus semisirkularis :
di dalam kanalis semisirkularis
pada membrana basilaris terdapat
organon corti dengan bangunan:
Pilar dalam dan pilar luar yang
membentuk tunel of corti
Sel-sel rambut dalam 1 deret
keluar 3-4 deret Pada proses mendengar; organ
Sel-sel penyokong: el deiters, sel corti merupakan reseptor
hansen, claudies dan membrane pendengaran rangsang bunyi
tektoria. (mekanik) diubah menjadi listrik.
Duktus semisirkularis
Terdapat 3 ampula, yaitu:
- Ampula romb. Anterior
- Ampula romb. Lateral
- Ampula romb. Posterior
FISIOLOGI PENDENGARAN
• Proses mendengar ini terdiri dari dua macam proses yaitu proses
konduksi dan proses sensorineural. Yang pertama adalah proses ko
nduksi. Pada proses konduksi disini gelombang bunyi dikumpulkan
dan ditentukan arahnya oleh aurikulum; kemudian diteruskan dan
diresonansi melalu meatus akustikus eksternus (MAE); kemudian di
teruskan ke mambrana timpani dan tulang-tulang pendengaran (mele
us, inkus, stapes), disini gelombang suara diperkuat sekitar 27
kali, setelah itu dilanjutkan dengan proses sensorineural.
• Pada proses sensorineural disini terdiri dari proses yang terjad
i pada koklea dan retrokoklea. Dimulai dari proses pada koklea y
aitu gerakan cairan perilimfe yang terdapat pada skala timpani d
an skala vestibuli yang akan menggetarkan membrana reisner yang
akan mendorong endolimfe sehingga menjadikan gerakan relatif ter
hadap membrana basilaris dan membrana tektoria. Gerakan-gerakan
ini merupakan rangsang mekanik yang akan menyebabkan defleksi st
ereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka dan terjadi
pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini meny
ebabkan proses depolarisasi pada sel rambut, sehingga melepaskan
neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensi
al aksi pada saraf auditorius (n. koklearis, n. akustikus) yang
akan meneruskan impuls listrik ke nukleus auditorius di batang o
tak sampai ke pusat pendengaran korteks serebri lobus temporalis
(Wernike) area 39-40.
• FISIOLOGI KESEIMBANGAN Organ keseimbangan adalah
1. vestibular di labirin
2. mata
3. organ propioseptif
4. sistem saraf pusat
Labirin terdiri dari 2:
1. labirin statis
- makula: reseptor keseimbangan statis
yang terdapat di utrikulus dan sakulus
yg merupakan pelebaran labirin
membran yg terdapat dalam vestibulum
labirin tulang; untuk gerakan lurus atau
linier
2. labirin kinetis
- Ampula: reseptor keseimbangan
dinamis yang merupakan bagian dari
krista auntuk gerakan berputar atau
sentrifugal.mpularis yang terdapat
didalam setiap pelebaran kanalis
semisirkularis (ampula); untuk gerakan
berputar atau sentrifugal.
Nama penyakit pada telinga:
- infeksi telinga : infeksi telinga luar dan infeksi telinga tengah
- kanker telinga : • kanker telinga luar
• kanker di liang telinga
• kanker telinga tengah
- Otosklerosis
- Penyakit Meniere
- Othematoma
- Neuroma Akustikus
- Perindokritis
- Tinnitus
- Tuli Konduksi
Karakteristik Penyakit Otosklerosis
1. Definisi
Otosklerosis adalah suatu penyakit pada tulang pada bagian telinga
tengah khususnya pada stapes yang disebabkan pembentukan baru
tulang spongiosus dan sekitar jendela ovalis sehingga dapat
mengakibatkan fiksasi pada stapes.
2. Etiologi Otosklerosis
Beberapa penyebab terjadinya otosklerosis :
1. Penyebab dari otosklerosis masih belum diketahui dengan jelas.
Pendapat umum menyatakan bahwa otosklerosis adalah diturunkan
secara autosomal dominan
2. Kelainan kongenital yang berupa tidak terbentuknya satu atau lebih
dari tulang pendengaran.
3. Perubahan-perubahan patologik kapsul labyrinth karena virus atau
bakteri (rubella,influenza). Perubahan atau kerusakan kapsul labyrinyh
yang menyebabkan stapes kaku. (Brunner & Suddarth, 2001).
3. Patofisiologi Otosklerosis
Patofisiologi dari otosklerosis sangat kompleks. Kunci utama lesi dari otosklerosis adalah adanya multifokal area sklerosis diantara
tulang endokondral temporal. Ada 2 fase patologik yang dapat diidentifikasi dari penyakit ini yaitu:
1. Fase awal otospongiotic
Gambaran histologis: terdiri dari histiosit, osteoblas, osteosit yang merupakan grup sel paling aktif. Osteosit mulai masuk ke pusat
tulang disekitar pembuluh darah sehingga menyebabkan pelebaran lumen pembuluh darah dan dilatasi dari sirkulasi. Perubahan ini
dapat terlihat sebagai gambaran kemerahan pada membran timpani. Schwartze sign berhubungan dengan peningkatan vascular dari
lesi yang mencapai daerah permukaan periosteal. Dengan keterlibatan osteosit yang semakin banyak, daerah ini menjadi kaya akan
substansi dasar amorf dan kekurangan struktur kolagen yang matur dan menghasilkan pembentukkan spongy bone . Penemuan
histologik ini dengan pewarnaan Hematoksilin dan Eosin dikenal dengan nama Blue Mantles of Manasse.
2. Fase akhir otosklerotik
Fase otosklerotik dimulai ketika osteoklas secara perlahan diganti oleh osteoblas dan tulang sklerotik yang lunak dideposit pada area
resorpsi sebelumnya. Ketika proses ini terjadi pada kaki stapes akan menyebabkan fiksasi kaki stapes pada fenestra ovale sehingga
pergerakan stapes terganggu dan oleh sebab itu transmisi suara ke koklear terhalang. Hasil akhirnya adalah terjadinya tuli konduktif
Jika otosklerosis hanya melibatkan kaki stapes, hanya sedikit fiksasi yang terjadi. Hal seperti ini dinamakan biscuit footplate.
Terjadinya tuli sensorineural pada otosklerosis dihubungkan dengan kemungkinan dilepaskannya hasil metabolisme yang toksik dari
luka neuroepitel, pembuluh darah yang terdekat, hubungan langsung dengan lesi otosklerotik ke telinga dalam. Semuanya itu
menyebabkan perubahan konsentrasi elektrolit dan mekanisme dari membran basal.
Kebanyakan kasus dari otosklerosis menyebabkan tuli konduktif atau campur. Untuk kasus dari sensorineural murni dari otosklerosis
itu sendiri masih kontroversial. Kasus sensorineural murni karena otosklerosis dikemukakan oleh Shambaugh Sr. tahun 1903. Tahun
1967, Shambaugh Jr. menyatakan 7 kriteria untuk mengidentifikasi pasien yang menderita tuli sensorineural akibat koklear
otosklerosis:
1. Tanda Schwartze yang positif pada salah satu/ke dua telinga
2. Adanya keluarga yang mempunyai riwayat otosklerosis
3. Tuli sensorineural progressive pendengaran secara simetris, dengan fiksasi stapes pada salah satu telinga
4. Secara tidak biasa adanya diskriminasi terhadap ambang dengar untuk tuli sensorineural murni
5. Onset kehilangan pendengaran pada usia yang sama terjadinya fiksasi stapes dan berjalan tanpa etiologi lain yang diketahui
6. CT-scan pada pasien dengan satu atau lebih kriteria yang menunjukan demineralisasi dari kapsul koklear
7. Pada timpanometri ada fenomena on-off.
4. Manifestasi Klinis Otosklerosis
Tanda dan gejala otosklerosis :
• Pedengaran menurun secara progresif
• Telinga berdenging (tinitus) adalah bunyi abnormal yang didengar penderita yang
berasal dari dalam kepala,biasanya disebut juga telinga berdengung.Ini bisa karena
berbagai keadaan,tinnitus merupakan gejala medis yang agak membingungkan
untuk di evaluasi,karena patologi hanya dapat dideteksi pada sekitar
5%kesempatan.
• Vertigo
• Sulit mendengar suara yang lembut dan nada rendah (tuli 30-40 db).
(Mediastore.com, 2004)
5. Komplikasi Otosklerosis
• Tuli kondusif
• Glomus jugulare (tumor yang tumbuh dari bulbus jugularis)
• Neuroma nervus fasialis (tumor yang berada pada nervus VII, nervus fasialis)
• Granuloma Kolesterin. Reaksi system imun terhadap produksi samping darah
(kristal kolesterol)
• Timpanosklerosis. Timbunan kolagen dan kalsium didalam telinga tengah yang
dapat mengeras disekitar osikulus sebagai akibat infeksi berulang.
6. Epidemiologi
• Ras
Beberapa studi menunjukan bahwa otosklerosis umumnya terjadi
pada ras Kaukasian. Sekitar setengahnya terjadi pada populasi orie
ntal. Dan sangat jarang pada orang negro dan suku Indian Amerika
. Populasi multiras yang termasuk Kaukasian memiliki resiko penin
gkatan insiden terhadap otosklerosis.
• Gender
Otosklerosis sering dilaporkan 2 kali lebih banyak pada wanita diba
nding pria.
• Sejarah keluarga
Sekitar 60% dari pasien dengan klinikal otosklerosis dilaporkan me
miliki keluarga dengan riwayat yang sama.
• Usia
Insiden dari klinikal otosklerosis meningkat sesuai bertambahnya u
mur. 0,6 % individu yang berumur kurang dari 5 tahun. Pada perte
ngahan usia, insiden ditemukannya adalah 10 % pada orang kulit p
utih dan sekitar 20% pada wanita berkulit putih.
7. prognosis
90% pasien hanya dengan bukti histologis dari otosklerosis adalah simptomatik karena l
esi barlangsung tanpa fiksasi stapes atau gangguan koklear. Pada pasien yang asimptom
atik ini, penurunan pendengaran progressif secara konduktif dan sensorineural biasanya
dimulai pada usia 20. Penyakit akan berkembang lebih cepat tergantung pada faktor ling
kungan seperti kehamilan. Gangguan pendengaran akan berhenti stabil maksimal pada
50-60 db.
• Amplifikasi
Alat Bantu dengar baik secara unilateral atau bilateral dapat merupakan terapi yang efekti
f. Beberapa pasien yang bukan merupakan kandidat yang cocok untuk operasi dapat me
nggunakan alat bantu dengar ini.
• Terapi Medikamentosa
Tahun 1923 Escot adalah orang pertama yang menemukan kalsium florida untuk pengoba
tan otosklerosis. Hal ini diperkuat oleh Shambough yang memprediksi stabilasi dari lesi o
tosklerotik dengan penggunaan sodium florida. Ion florida membuat komplek flourapati
t. Dosis dari sodium florida adalah 20-120 mg/hari. Brooks menyarankan penggunaan fl
orida yang dikombinasi dengan 400 U vitamin D dan 10 mg Calcium Carbonate berdasar
teori bahwa vit D dan CaCO3 akan memperlambat lesi dari otosklerosis. Efek samping da
pat menimbulakan mual dan muntah tetapi dapat diatasi dengan menguarangi dosis ata
u menggunakan enteric-coated tablets. Dengan menggunakan regimen ini, sekitar 50 %
menunjukan symptom yang tidak memburuk, sekitar 30 % menunjukan perbaikan.
• Terapi Bedah
Pembedahan akan membutuhkan penggantian seluruh atau sebagian dari fiksasi stapes.