Anda di halaman 1dari 38

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Waktu tak pernah lepas dari setiap kehidupan manusia. Dari mulai manusia

dilahirkan hingga nantinya kembali ke dalam tanah, sang waktulah yang akan

selalu ada menemani. Sering sekali kita mendengar pepatah “Waktu adalah Uang”

dimana hal ini berarti kita harus bisa memanfaatkan waktu sebaik mungkin karena

waktu sama berharganya dengan uang. Namun pada prakteknya manusia sering

merasa tidak puas dengan 24 jam yang telah diberikan dalam sehari. Entah karena

kepadatan jadwal yang mereka miliki atau karena kurangnya pengaturan waktu

yang mereka terapkan, sehingga mereka tidak bisa meng-handle semua agenda

yang harus diselesaikan dan yang terjadi bukan mereka yang mengendalikan

waktu tetapi waktu yang mengendalikan mereka. Masalah ini merupakan salah

satu masalah utama yang dialami oleh para mahasiswa.

Sebagai mahasiswa kita dituntut untuk menjadi insan yang aktif, baik aktif

dalam berorganisasi maupun dalam memenuhi kewajiban menuntut ilmu demi

memajukan bangsa. Ironisnya, masih banyak sekali mahasiswa yang merasa

hidupnya dikejar berbagai macam deadline tugas, mulai dari tugas akademis

maupun tugas organisasi. Terkadang hal ini membuat sebagian dari mereka

merasa terbebani dan akhirnya berakibat buruk pada salah satu bagian dari

kehidupan mereka atau bisa dibilang hidupnya menjadi tidak seimbang. Dampak-

dampak itu antara lain turunnya nilai akademis mereka, kurangnya waktu tidur,

mahasiswa banyak yang tidak mengikuti organisasi sehingga menjadi dikucilkan,

1
dan masih banyak lagi dampak yang lain. Namun tak jarang pula ditemui

mahasiswa yang dapat mempertahankan semua kegiatan akademis dan

nonakademis-nya dengan seimbang. Mahasiswa seperti inilah yang menjadi

idaman banyak orang, dan tentunya ini bisa terwujud apabila kita memiliki

pengaturan waktu yang baik.

Pengaturan waktu terbilang sangat penting terutama bagi pelajar dan

mahasiswa. Tanpa pengaturan waktu yang baik, waktu yang ada akan terbuang

sia-sia karena dipakai untuk mendahulukan kegiatan-kegiatan yang terbilang

kurang penting, sedangkan untuk kegiatan-kegiatan yang lebih penting malah

tidak terselesaikan dengan baik. Inilah yang membuat kita merasa hidup kita

selalu dikejar oleh deadline. Namun disamping itu, dalam mengatur waktu

terhadap jadwal kegiatan yang ada tidak bisa dilakukan secara asal, pengaturan

waktu juga harus didasari dengan kedisiplinan dalam melaksanakan jadwal

tersebut sehingga tercipta keefektifan kerja yang berdampak pada kehidupan

sosial dan akademik pada pribadi itu sendiri.

Dengan menyadari pentingnya penerapan pengaturan waktu pada

mahasiswa, kami melakukan penelitan sehubungan dengan pengaturan waktu dan

pengaruhnya terhadap kehidupan sosial dan akademik mahasiswa, terutama

mahasiswa TPB ITB.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu pengaturan waktu?

2. Bagaimana keadaan kehidupan sosial dan akademis mahasiswa TPB ITB?

2
3. Bagaimana praktik pengaturan waktu pada mahasiswa TPB ITB?

4. Bagaimana pengaruh pengaturan waktu terhadap kehidupan sosial dan

akademis mahasiswa TPB ITB?

1.3 Ruang Lingkup Kajian

Untuk menjawab rumusan masalah di atas perlu pengkajian beberapa

pokok, yaitu:

1. pengaturan waktu dan keefektifannya,

2. kondisi kehidupan sosial dan akademis mahasiswa TPB ITB,

3. praktik pengaturan waktu pada mahasiswa TPB ITB,

4. pengaruh pengaturan waktu pada kehidupan sosial dan akademik

mahasiswa TPB ITB.

Kajian melingkupi mahasiswa TPB ITB tahun ajaran 2012/2013 yang terdiri

dari 12 fakultas yaitu : FTSL, FTI, FMIPA, FTMD, FTTM, FITB, FSRD,

SAPPK, SF, SBM, SITH, dan STEI.

1.4 Tujuan Penulisan

Tujuan yang hendak dicapai melalui penulisan laporan penelitian ini ialah:

1. menjelaskan apa yang dimaksud dengan pengaturan waktu,

2. menjelaskan kehidupan sosial dan akademis mahasiswa TPB ITB secara

umum,

3. memaparkan pengaruh pengaturan waktu pada kehidupan sosial dan

akademis mahasiswa TPB ITB.

3
1.5 Hipotesis

Pengaturan waktu yang baik dan efektif diduga akan berdampak baik pula pada

kehidupan sosial serta akademis mahasiswa.

1.6 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

1.6.1 Metode

Metode penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu mendeskripsikan data baik

dari literatur maupun dari lapangan kemudian dianalisis. Sehubungan dengan itu,

metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis.

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penyusunan karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode kuisioner yang

disebarkan kepada ±100 mahasiswa TPB Institut Teknologi Bandung.

1.7 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:

 BAB I Pendahuluan yang terdiri atas latar belakang masalah, rumusan

masalah, ruang lingkup kajian, tujuan penulisan, hipotesis, metode dan

teknik pengumpulan data, dan sistematika penulisan.

 BAB II Deskripsi masalah yang terdiri atas pengertian pengaturan waktu,

fungsi pengaturan waktu, manfaat pengaturan waktu, dan keefektifan

pengaturan waktu

4
 BAB III Pembahasan yang terdiri atas kehidupan sosial akademis

mahasiswa ITB, praktik penerapan pengaturan waktu pada mahasiswa

ITB, dan pengaruh pengaturan waktu terhadap kehidupan sosial akademis

mahasiswa ITB.

 BAB IV Penutup yang terdiri atas simpulan dan saran.

5
BAB II

DESKRIPSI MASALAH

2.1 Pengertian Pengaturan Waktu

“The analysis of how working hours are spent and the prioritization of tasks

in order to maximize personal efficiency in the workplace.” (Collins English

Dictionary). Dari kutipan tersebut, pengaturan waktu merupakan analisis terhadap

bagaimana seseorang menggunakan waktu kerjanya dan skala prioritas terhadap

tugas-tugasnya untuk meningkatkan efesiensi kerja orang tersebut.

Pengaturan waktu di sini berarti penggunaan waktu yang baik dan efisien

serta kaitannya dengan skala prioritas kegiatan seorang individu. Bukan sekadar

menyusun jadwal kesehariannya, tapi juga untuk melaksanakan jadwal tersebut

dengan baik dan efektif sehingga hasil dari setiap pekerjaan yang didapat bisa

maksimal. Apalah guna penyusunan jadwal jika ternyata semua hasil dari

pekerjaan tidak sesuai harapan.

“Time management involves determining what one should do by


setting goals, deciding which events are the most important and
realizing that other activities will have to be scheduled around them
(prioritizing), making decisions about how much time to allow for
certain tasks (time estimation), adjusting to the unexpected (problem
solving), reconsidering goals and priorities on a regular basis
(evaluation), and observing patterns 6 and trends in behavior.”
(Crutsinger, 1994)
Pengaturan waktu juga bisa diartikan sebagai langkah menentukan apa yang

harus dilakukan berdasarkan tujuan, memutuskan peristiwa yang paling penting

dan membuat skala prioritas, membuat keputusan tentang berapa banyak waktu

untuk memungkinkan tugas-tugas tertentu (estimasi waktu) , membiasakan

dengan adanya pemecahan masalah, mempertimbangkan kembali tujuan dan

prioritas secara teratur (evaluasi), dan menumbuhkan kebiasaan perilaku

seseorang.

Atau secara singkat pengaturan waktu adalah pemanfaatan waktu yang

sebaik-baiknya dengan menitik beratkan atas kemampuan diri sendiri untuk

dapat merencanakan, mengatur dan mengontrol waktu sehingga

mendapatkan hasil sesuai dengan harapan.

Waktu yang kita miliki dapat dikatakan sangatlah singkat sedangkan

pekerjaan yang seharusnya diselesaikan semakin bertambah kian hari. Penelitian

di USA menyebutkan dari usia rata-rata 72 tahun, hanya 20% dari total usia yang

digunakan secara efektif untuk bekerja dan mengejar impian. Maka dari itu

pengaturan waktu sangatlah dibutuhkan agar pekerjaan tersebut dapat

terselesaikan dengan lebih efektif menggunakan skala prioritas.

2.2 Fungsi Pengaturan Waktu

“Time management used so that someone can do their task and target

effectively.” (Schuler, 1979). Kutipan ini menjelaskan salah satu fungsi

7
pengaturan waktu bagi seseorang agar dapat menyelesaikan tugas dan targetnya

dengan efektif. Dengan adanya pengaturan waktu, setiap tugas akan terkontrol

baik dari segi waktu maupun keoptimalan hasil dari tugas tersebut, sehingga tidak

akan terjadi penumpukan dan ketidakoptimalan dalam penyelesaian tugas-tugas.

Skala prioritas juga diperlukan dalam pengaturan waktu. Perlu diatur mana

yang lebih penting dan mana yang kurang penting. Hal ini bertujuan agar tidak

berlarut-larut dalam satu pekerjaan yang sebenarnya kurang penting dan

meninggalkan pekerjaan yang sebenarnya penting.

Dengan demikian seseorang diharapkan bisa mengelompokkan seluruh

kegiatan mereka berdasarkan tingkat kepentingan dan tingkat mendesaknya

kegiatan tersebut, atau dalam kata lain mereka bisa berkata “Ya” pada suatu

pekerjaan yang benar-benar penting dan mendesak serta berkata “Tidak” pada

pekerjaan yang tidak penting dan tidak mendesak.

Di lain sisi, dalam mengerjakan pekerjaan penting itu kita juga harus

mempunyai batasan waktu agar pekerjaan tersebut tidak dikerjakan secara

berlarut-larut dan menghabiskan banyak waktu. Dengan menerapkan pengaturan

waktu inilah kita bisa mulai mengorganisir kegiatan kita sehingga pekerjaan yang

penting dapat diselesaikan secara optimal.

2.3 Manfaat Pengaturan Waktu

“Time management has also been characterized as a habit developed only

through determination and practice” (Simpson, 1978), “As prioritizing and

8
respecting those priorities” (Soucie, 1986), “And as setting priorities and

scheduling tasks” (Jordan et al., 1989). Pengaturan waktu diartikan sebagai

kebiasaan yang dikembangkan melalui penentuan dan latihan sebagai prioritas

dan menjalankan prioritas tersebut serta membuat jadwal pelaksanaan prioritas

tersebut .

Pengaturan waktu yang efektif, secara tidak langsung dapat melatih

kedisiplinan dalam diri orang tersebut. Sehingga dapat membudayakan budaya

tertib dan teratur. Selain itu, menerapkan pengaturan waktu secara berkala juga

berarti sama dengan menumbuhkan kebiasaan baru dalam diri seseorang.

Sesorang yang menerapkan pengaturan waktu dengan efektif akan menjadi pribadi

yang lebih menghargai waktu dan juga bisa memanfaatkan waktu dengan efektif

dan efisien. Dengan demikian individu itu bisa menjadi lebih produktif karena ia

tahu bagaimana caranya menggunakan waktu dengan baik dan efisien untuk

semua pekerjaannya sehingga pekerjaan yang dapat diselesaikan bisa lebih banyak

atau lebih cepat dibanding individu yang tidak menerapkan pengaturan waktu.

Tidak hanya itu saja, pengaturan waktu dapat membiasakan seseorang untuk

mempunyai rencana cadangan jika rencana awal yang ia miliki tidak berjalan

sesuai dengan rencana. Sehingga nantinya ia akan lebih mudah mencari

pemecahan masalah atas suatu kejadian diluar rencana, ini bisa terjadi karena

seseorang tersebut telah biasa mempunyai banyak rencana.

2.4 Keefektifan Pengaturan Waktu

9
Dalam melaksanakan pengaturan waktu, diperlukan kedisiplinan untuk

melaksanakan jadwal yang sudah dibuat sebelumnya. Semaksimal apapun suatu

jadwal dibuat tetap akan percuma apabila tidak didasari dengan kemauan untuk

melaksanakan jadwal tersebut.

Hal yang harus diperhatikan selanjutnya agar dapat melaksanakan

keefektifan pengaturan waktu adalah menentukan skala prioritas. Seringkali hal

ini menjadi penghambat dalam melaksanakan pengaturan waktu. Seseorang harus

dapat menentukan dan memilah suatu pekerjaan yang hendak ia lakukan sesuai

dengan kepentingan dari masalah tersebut, sangat pentingkah, sangat

mendesakkah, atau malah tidak penting dan tidak mendesak. Dari pemilahan

prioritas itulah dapat diambil kesimpulan pekerjaan mana yang harus dikerjakan

terlebih dahulu. Dalam prakteknya bisa dengan membuat matriks pengaturan

waktu terhadap semua kegiatan yang kita miliki, seperti pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Matriks pengaturan waktu.


(sumber: http://www.empowernetwork.com)
Dengan membuat matriks pengaturan waktu tersebut, pekerjaan seseorang

akan terorganisir dengan baik serta dapat diselesaikan sesuai dengan tenggat

10
waktu yang dialokasikan dan hasilnya-pun akan lebih optimal. Dengan pengaturan

waktu seseorang akan lebih menghargai waktu sehingga nantinya ia dapat

mempunyai waktu istirahat yang lebih banyak. Ia tidak akan merasa bahwa

pekerjaannya terlalu banyak dan tidak mungkin dikerjakan sesuai batas waktu

yang telah ditentukan karena ia telah menyusun semua pekerjaan dengan baik

serta telah terbiasa melakukannya dengan benar. Sehingga pengaturan waktu

mempunyai keefektifan yang tinggi dalam mengatur kesehariaan seseorang agar

dapat berjalan dengan baik.

11
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kehidupan Sosial dan Akademis Mahasiswa ITB

Mahasiswa, terdiri dari kata Maha dan Siswa dimana kedua kata ini

membentuk arti orang-orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas,

institut atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi

dapat disebut sebagai mahasiswa. Tetapi pada dasarnya makna mahasiswa tidak

sesempit itu. Terdaftar sebagai mahasiswa di sebuah Perguruan Tinggi hanyalah

syarat administratif menjadi mahasiswa, tetapi menjadi mahasiswa mengandung

pengertian yang lebih luas dari sekedar masalah administratif itu sendiri.

Menyandang gelar mahasiswa merupakan suatu kebanggaan sekaligus

tantangan. Betapa tidak, ekspektasi dan tanggung jawab yang diemban oleh

mahasiswa begitu besar. Pengertian mahasiswa tidak bisa diartikan kata per kata,

Mahasiswa adalah Seorang agen pembawa perubahan. Menjadi seorang yang

dapat memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh suatu masyarakat

bangsa di berbagai belahan dunia.

Sebagai mahasiswa berbagai macam label pun disandang, ada beberapa

macam label yang melekat pada diri mahasiswa, misalnya:

12
1. Direct Of Change, mahasiswa bisa melakukan perubahan langsung karena

SDMnya yangg banyak.

2. Agent Of Change, mahasiswa agent perubahan, maksudnya sumber daya

alam untuk melakukan perubahan.

3. Iron Stock, sumber daya manusia dari mahasiswa itu tidak akan pernah habis.

4. Moral Force, mahasiswa adalah kumpulan orang yangg memiliki moral yang

baik.

5. Social Control, mahasiswa ialah pengontrol kehidupan sosial, contoh

mengontrol kehidupan sosial yang dilakukan masyarakat.

Namun secara garis besar, setidaknya ada 3 peran dan fungsi yang sangat

penting bagi mahasiwa, yaitu :

Pertama, peranan moral, dunia kampus merupakan dunia di mana setiap

mahasiswa dengan bebas memilih kehidupan yang mereka mau. Disinilah dituntut

suatu tanggung jawab moral terhadap diri masing-masing sebagai individu untuk

dapat menjalankan kehidupan yang bertanggung jawab dan sesuai dengan norma

yang berlaku dalam masyarakat.

Kedua, adalah peranan sosial. Selain tanggung jawab individu, mahasiswa

juga memiliki peranan sosial, yaitu bahwa keberadaan dan segala perbuatannya

tidak hanya bermanfaat untuk dirinya sendiri tetapi juga harus membawa manfaat

bagi lingkungan sekitarnya.

Ketiga, adalah peranan intelektual. Mahasiswa sebagai orang yang

disebut-sebut sebagai insan intelek haruslah dapat mewujudkan status tersebut

13
dalam ranah kehidupan nyata. Dalam arti menyadari betul bahwa fungsi dasar

mahasiswa adalah bergelut dengan ilmu pengetahuan dan memberikan perubahan

yang lebih baik dengan intelektualitas yang ia miliki selama menjalani

pendidikan.

Dari ketiga peran penting tersebut, mari kita lihat kaitannya dengan

kehidupan mahasiswa di ITB. Yang pertama, kehidupan akademis yang berkaitan

dengan peranan intelektual. Seperti yang telah kita ketahui dari pengertian

mahasiswa diatas, mahasiswa adalah insan intelek yang dituntut untuk menimba

ilmu demi masa depan bangsa ini. Di tangan mahasiswa-lah nasib bangsa ini

kedepannya dibawa. Oleh sebab itu, demi mewujudkan tujuan tersebut tugas

utama kita sebagai mahasiswa adalah belajar dan belajar.

Menuntut ilmu di ITB bukanlah hal yang mudah dari mulai pelajarannya,

tugas-tugasnya, asistensinya dan masih banyak kegiatan akademis yang lain yang

menuntut profesionalitas seorang mahasiswa agar dapat menyelesaikan semua

tanggungannya itu. Di samping menyelesaikan semua tanggungan, kita juga harus

dapat bersaing dengan putra-putri terbaik bangsa lainnya agar tetap bisa

berprestasi di kampus ini. Cara untuk dapat menumbuhkan profesionalitas inilah

yang kemudian menjadi pembahasan kami kali ini.

Selain kehidupan akademis, terdapat pula kehidupan sosial kampus. Peranan

moral dan peranan sosial tergolong peran yang akan mendukung kehidupan sosial

kampus. Mahasiswa ITB berasal dari daerah yang berbeda-beda menyebabkan

budaya dan latar belakang yang berbeda-beda pula bagi tiap individu. Inilah

14
motivasi awal agar kita bisa segera beradaptasi dan mencari teman sebanyak-

banyaknya di lingkungan yang baru ini. Dengan adanya interaksi antar individu

ini, maka muncul kehidupan sosial.

Di kampus tercinta ini terdapat banyak sekali media untuk bersosialisasi,

yang pertama adalah unit kegiatan mahasiswa. Jumlah unit di ITB kurang lebih

sekitar 81 buah dan terbagi menjadi beberapa rumpun seperti rumpun keagamaan,

seni budaya, olahraga, pendidikan, dan masih banyak lagi. Setiap rumpun

memiliki motivasi dan tujuan yang berbeda dari mulai meningkatkan keimanan,

mengembangkan bakat dan minat yang kita miliki, berolahraga, dan tidak lupa

sambil belajar berorganisasi.

Selain unit terdapat pula himpunan mahasiswa jurusan. Jumlah himpunan di

ITB sebanyak jumlah program studi di kampus ini, yaitu sebanyak 29 buah. Setiap

himpunan memiliki ciri dan karakteristik khas sesuai dengan program studinya

masing-masing. Berbeda dengan unit, himpunan berfungsi sebagai tempat

berkumpul seluruh mahasiswa pada program studi tertentu dimana dengan adanya

himpunan ini mahasiswa jadi lebih mengenal satu sama lain baik dengan teman

satu angkatannya maupun dengan mahasiswa angkatan di atas dan di bawah

mereka.

Budaya yang sudah terbentuk di kampus ini sendiri adalah seorang

mahasiswa biasanya mengikuti paling sedikit 1 unit dan juga diwajibkan untuk

ikut dalam himpunan. Selain itu, mahasiswa yang tidak mengikuti unit (non-unit)

atau atau tidak mengikuti himpunan (non-himpunan) biasanya dikucilkan di

15
lingkungannya atau terkenal dengan sebutan ansos yang merupakan kependekan

dari anti sosial.

Mahasiswa tidak dapat disebut dengan mahasiswa berprestasi apabila

mahasiswa itu hanya berprestasi dalam bidang non-akademis atau dalam bidang

akademis saja. Mahasiswa berprestasi adalah mahasiswa yang unggul dalam

bidang akademis dan non-akademis atau bisa dibilang mahasiswa yang balance

dalam semua aspek pendidikan.

Sebagai mahasiswa ITB yang baik tentunya kita harus mengikuti budaya

yang berlaku di kampus ini, yaitu disamping menuntut ilmu kita juga dituntut

untuk berlatih berorganisasi baik di unit maupun di himpunan. Untuk menjadi

aktif di seluruh kegiatan tersebut tentunya bukanlah hal yang mudah. Setiap

kegiatan tersebut pasti membebani tugas dengan spesifikasi dan deadline yang

bermacam-macam bahkan tidak jarang ditemukan deadline beberapa tugas dalam

satu waktu yang bersamaan.

Inilah yang selalu menjadi masalah utama mahasiswa ITB, disaat mereka

ingin menjadi aktif dalam semua aspek pendidikan namun karena kurangnya

profesionalitas dalam diri mereka, yang terjadi malah semua kegiatan dan

tugasnya terbengkalai dan akhirnya menjadi bumerang bagi diri mereka sendiri,

sehingga hasilnya mereka malah tidak bisa menyeimbangkan semua kegiatannya

atau bahkan tidak mendapatkan apapun dari semua kegiatan itu.

Salah satu akibat utama terjadinya hal ini adalah karena kurangnya

pengaturan waktu dalam diri mereka, oleh sebab itu kami mencoba menganalisis

16
bagaimana praktik pengaturan waktu bagi mahasiswa ITB apakah sudah

dilakukan secara efektif atau belum, juga menganalisis apa saja manfaat yang

mereka rasakan setelah mempraktikan pengaturan waktu ini.

3.2 Praktik Penerapan Pengaturan Waktu pada Mahasiswa ITB

Tugas, kegiatan kemahasiswaan,dan kehidupan sosial, seperti sudah

dijelaskan sebelumnya memang sangat dekat dengan kehidupan mahasiswa.

Mahasiswa dituntut agar dapat mengatur waktu dengan baik agar semua

pekerjaannya dapat diselesaikan tepat waktu. Jika mahasiswa tidak terbiasa

membagi waktunya maka kegiatan dan pekerjaannya akan menumpuk dan

berantakan seiring berjalannya waktu dan tentu saja suatu hari akan ada keadaan

dimana mahasiswa merasa dikejar deadline. Karena itu penulis mengumpulkan

data pada hari ke berapa mahasiswa mengerjakan tugasnya untuk mengetahui

penggunaan waktu pada mahasiswa. Hasilnya ialah sebagai berikut:

GRAFIK 1
PRESENTASE WAKTU PENGERJAAN TUGAS

9% 5% 3% 10%
12% ke-1
35% ke-2
ke-3
ke-4
ke-5
ke-6
Hari ke- 26% hari-H

Sampel di atas di atas diambil dari 100 orang mahasiswa S1 tingkat pertama

di Institut Teknologi Bandung. Sampel diambil dari mahasiswa tingkat pertama

17
karena pada keadaan ini mahasiswa masih menyesuikan dirinya dengan kondisi

kampus. Pada tahap ini perbedaan antara tingkat SMA dan perguruan tinggi saat

kentara, terutama mengenai tugas yang diberikan dan tentunya pentingnya

mengatur waktu.

Berdasarkan hasil kuesioner diperoleh data 35 % responden mengerjakan

tugas mereka pada hari ke-6 setelah tugas diberikan. Seringkali mahasiswa tingkat

pertama di ITB mengalami penumpukan tugas, seolah tugas yang harus mereka

kerjakan sangat banyak, padahal sebenarnya hal ini diakibatkan karena kebiasaan

mereka yang mengerjakan tugas pada H-1 atau 6 hari setelah tugas dikerjakan.

Dari sampel tersebut hanya 5% responden yang mengerjakan tugas pada hari ke 1

setelah tugas dikerjakan atau H-6 . Hal ini menunjukan pengaturan waktu yang

dilakukan mahasiswa tingkat pertama ITB belum efektif. Apalagi dari responden

ada yang mengerjakan pada hari-H saat tugas dikumpulkan dan menurut hasil

persentase ialah 9%, artinya 9 dari 100 orang mengerjakan tugas pada hari saat

tugas itu dikumpulkan . Selanjutnya hasil dari kuesioner di atas diperkuat dengan

adanya kuesioner kedua mengenai “Apakah Anda pernah merasa deadline

mengejar Anda ? ” . Hasilnya ialah:

GRAFIK 2
RESPON MAHASISWA TERHADAP DEADLINE

18
Ya Tidak Kadang-kadang

5%

39%
56%

56% responden mengatakan deadline pernah mereka rasakan, 39% tidak

pernah merasa dikejar deadline, dan 5% lainnya mengatakan kadang-kadang

mereka dihantui deadline. Bagaimana tidak mereka merasa begitu banyak tugas

yang mengejar mereka padahal sebenarnya merekalah yang menunda tugas yang

diberikan. Maka dari itu pengaturan waktu sangatlah penting untuk menghadapi

tugas yang jumlahnya tidak sedikit di masa perguruan tinggi ini.

Selanjutnya mahasiswa tingkat pertama ini sering merasa waktu seminggu

untuk jarak interval ujian tengah semester sangat kurang mengingat materi yang

diujikan dalam setiap UTS tidaklah sedikit. Karena itulah penulis juga

mengedarkan kuesioner untuk mengetahui “berapa frekuensi belajar mahasiswa

tingkat satu ini di luar mengerjakan tugas?”. Grafik di bawah ini ialah hasil dari

kuisioner yang diedarkan terhadap 100 responden mahasiswa tingkat 1 di ITB.

GRAFIK 3

19
INTENSITAS WAKTU BELAJAR DILUAR JAM PELAJARAN

45
40
35
30
25
20 Intensitas belajar di luar jam
15 pelajaran dalam sehari
10
5
0

Intensitas belajar dalam sehari di luar tugas menunjukan persiapan yang

responden lakukan untuk menghadapi ujian. Mengapa demikian ? Karena dengan

belajar secara rutin dalam sehari tentunya materi yang akan diujikan dalam UTS

akan terasa tidak terlalu banyak. Pada saat H-7 menjelang masa ujian mahasiswa

hanya perlu mengulas materi yang pernah dipelajari. Dari hasil kuisioner

diketahui kurang dari 20% yang belajar selama lebih dari 4 jam. Rata-rata, belajar

selama 2-4 jam dalam sehari. Bahkan lebih dari 10 responden tidak pernah belajar

selain untuk mengerjakan tugas/ujian dan kurang lebih 25% lainnya belajar

kurang dari 2 jam perhari.

Belajar di luar mengerjakan tugas/ujian juga menunjukan produktivitas dari

mahasiswa. Responden yang belajar selama lebih dari 4 jam dalam sehari dapat

dikatakan produktivitasnya tinggi dalam belajar. Mereka dapat mengatur waktu

mereka dengan optimal untuk belajar, terbukti dari alokasi waktu untuk hal

tersebut.

20
Tentunya mahasiswa yang mengalokasikan waktu belajarnya lebih banyak

dari yang lain, persentase keberhasilan dalam hal akademik akan lebih tinggi

dibanding mahasiswa yang memberikan alokasi sedikit waktu untuk belajar.

Kegiatan yang diikuti mahasiswa selain kuliah di dalam kelas juga dapat menjadi

penghambatnya sedikitnya waktu yang dialokasikan untuk belajar di luar kelas.

Jika sudah demikian maka prioritas menjadi sangatlah penting, mahasiswa

dituntut untuk menentukan hal terpenting yang perlu dilakukan.

3.3 Hubungan Pengaturan Waktu dengan Kehidupan Sosial Akademis

Mahasiswa ITB

Dengan pengaturan waktu yang baik maka semua aktivitas akan berjalan

dengan baik. Begitu juga dengan segala tugas yang diberikan dapat diselesaikan

dengan baik. Dengan menentukan jadwal terstruktur berdasarkan prioritas,

mahasiswa akan menjadi mudah mengerjakan pekerjaannya. Melakukan

pengaturan waktu merupakan kebiasaan yang perlu dikembangkan, dengan

melakukannya secara terus-menerus maka hal tersebut dapat tumbuh menjadi

kebiasaan. Dan tentu saja kebiasaan tersebut akan sangat bermanfaat bagi

mahasiswa.

Seperti sudah disebutkan, kegiatan mahasiwa tidak hanya belajar di dalam

kelas tetapi juga di luar kelas seperti belajar berorganisasi melalui Unit atau

Himpunan. Tentunya mahasiswa harus mampu membagi waktunya untuk

melakukan kedua kegiatan mereka yaitu akademik dan sosial agar nantinya

mahasiswa ini dapat dikatakan sukses.

21
Mahasiswa yang dapat mengatur waktunya dengan baik dan efektif maka

kehidupan sosial-akademisnya akan berjalan dengan lancar tanpa suatu halangan

yang berarti. Begitu juga sebaliknya, mahasiswa yang kurang cakap dalam

melakukan pengaturan waktu secara efektif, kehidupan sosial-akademisnya akan

banyak mengalami gangguan.

22
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Simpulan

Dari data-data yang telah dikumpulkan penulis, maka dapat disimpulkan

bahwa :

1. Pengaturan waktu adalah cara agar seseorang dapat memanfaatkan waktunya

dengan baik sehingga tanggungan-tanggunan yang mereka punya dapat

terselesaikan tanpa harus merasa dibayang-bayangi oleh deadline.

2. Terdapat 3 peranan utama mahasiswa yaitu peranan moral, peranan sosial dan

peranan intelektual.

3. Mahasiswa sebagai insan akademis seharusnya sadar akan kewajibannya

terhadap waktu dan menerapkan pengaturan waktu yang baik dan efektif.

Namun, pada kenyataannya, masih banyak ditemukan mahasiswa yang

seringkali menjadi deadliner yang mengerjakan dan mengumpulkan tugas di

batas waktu pengumpulan.

4. Praktek pengaturan waktu pada mahasiswa ITB dinilai belum begitu efektif.

Dibuktikan dari hasil kuisoner yang mengatakan bahwa mahasiswa ITB

masih sering menunda-nunda pekerjaan mereka sehingga menyebabkan

sebagian besar dari mereka merasa selalu dikejar oleh deadline.

23
5. Manfaat yang dapat diperoleh dari manajemen waktu yang baik adalah

sebagai berikut :

 Membantu individu dalam membuat prioritas pekerjaan.

 Mengurangi kecenderungan untuk menunda.

 Membantu individu menghindari “tabrakan waktu”.

 Memberi individu kebebasan dan kendali.

 Menjadikan hidup yang seimbang dan selaras.

 Individu dapat merencanakan tujuan atau cita-cita yang dikehendaki.

 Menjadikan individu menjadi lebih produktif.

 Membantu mengevaluasi kemajuan individu tersebut.

4.2 Saran

Setelah melakukan penelitian, penulis menyarankan untuk :

1. Seorang individu seharusnya mempunyai perencanaan akan kegiatan yang ia

lakukan. Perencanaan yang baik meliputi :

 Penetapan sasaran.

 Penetapan sumber daya yang diperlukan.

 Penentukan penanggungjawab.

 Penyusunan langkah tindakan.

24
 Penjadwalan langkah tindakan.

 Memilih kemungkinkan pencapaian sasaran sesuai tanggal yang

diinginkan.

 Menyiapkan titik-titik pengukuran hasil & peninjauan kembali

 Menetapkan prioritas dengan metode abc (sesuai matriks pengaturan

waktu):

A = harus dilakukan dan mempunyai batas waktu yang mendesak

B = sebaiknya dilakukan sehingga dapat meningkatkan kinerja

namun tidak mutlak perlu serta tidak menyangkut batas waktu

C = baik bila dilakukan tetapi dapat ditunda, dihapuskan atau

dijadwalkan pada waktu lowong

2. Seorang individu seharusnya mempunyai kesadaran yang tinggi akan waktu.

Tidak hanya mengetahui karakteristik dari waktu, namun juga dapat

memaknai secara mendalam karakteristik waktu itu sendiri sehingga dapat

memanfaatkan waktu yang berharga denagn semaksimal mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

25
Anonim.Manajemen Waktu, Cara Meningkatkan Efektivitas Waktu Anda. dari

http://cessee.com/2012/10/20/manajemen-waktu-cara-meningkatkan-

efektivitas-waktu-anda.html (16 April 2013)

Anonim.Arti Mahasiswa . http://www.slideshare.net/harrypottertwilight/arti-

mahasiswa (14 April 2013 )

Chakim, M Lutfi. 2012. Mahasiswa serta Peran dan Fungsinya.

http://lutfichakim.blogspot.com/2012/04/mahasiswa-serta-peran-dan-

fungsinya.html (13 April 2013)

Mayo Clinic Staf . Time management: Tips to reduce stress and improve

productivity. .http://www.mayoclinic.com/health/time-

management/wl00048 (15 April 2013)

Zerihun ,Temesgen Belayneh ,& S.Murali Krishna. “A Few Techniques for Time
Management”. 2012 .Journal of Business Management & Social Sciences
Research : Mekelle University ,Vol. 1 , No.3, December 2012

http://borjournals.com/Research_papers/Dec_2012/1065%20M.pdf
diunduh tanggal 15 April 2013 pukul 21.15

26
LAMPIRAN

LAMPIRAN A

27
LAMPIRAN B

28
LAMPIRAN C

29
30
31
LAMPIRAN D

32
33
34
LAMPIRAN E

35
LAMPIRAN F

36
RIWAYAT PENULIS

37
Ratri Dyah Palupi, lahir di Kebumen pada 3 Desember
1994. Menyelesaikan studinya di kota asal hingga tingkat
menengah atas yaitu TK Mekarsari, SDN Tanjungsari, SMP
N 1 Kebumen, dan SMA N 1 Kebumen. Kini, anak ke-3
dari pasangan Agus Rahayu dan Sri Romiatun yang
mempunyai hobi browsing dan membaca novel ini tercatat
sebagai mahasiswi S1 Fakultas Teknik Sipil dan
Lingkungan, Institut Teknologi Bandung angkatan 2012.

Ivy Febrianti Putri, gadis yang biasa disapa Ivy ini lahir di Jakarta pada tanggal
14 Februari 1994. Ia dibesarkan di lingkungan keluarga yang harmonis dan
humoris. Setelah lulus dari SD Islam Dian Didaktika, ia melanjutkan studinya di
SMP Negeri 96 Jakarta dan kemudian bersekolah di SMA
negeri 34 Jakarta. Kesenangannya terhadap dunia kuliner
dan kewirausahaan mulai terlihat ketika menginjak
bangku SMP. Ia kerap menjual coklat yang diolah sendiri
kepada teman-temannya. Namun, akibat sibuk dengan
studinya, usaha itupun sempat terhenti. Kini, dengan
dukungan dari kedua kakaknya, anak ketiga dari 3
bersaudara ini berhasil membuka usaha makanan ringan
lewat media sosial di sela-sela kesibukannya sebagai
mahasiswi Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan di ITB.

Rizki Apriliawati, gadis yang kerap disapa Iki atau Ikay ini
lahir di Jakarta, 20 April 1994. Dibesarkan di lingkungan
keluarga yang sering pindah-pindah menyebabkan anak ke-
2 dari 3 bersaudara ini menyelesaikan studi sekolah dasar
dan menengah di kota yang berbeda-beda yaitu TK Bunda
Asuh Nanda Bandung, SD Islam PB. Soedirman Jakarta,
SMP Al-azhar 14 Semarang, dan SMA Negeri 3 Semarang.
Anak dari pasangan Widawati dan Moch Amin ini dikenal
supel dan senang berolahraga. Kini ia tercatat sebagai
mahasiswi Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB.

38

Anda mungkin juga menyukai