Anda di halaman 1dari 38

PELABUHAN

(3 SKS)
SEMESTER III

Dosen Pengempu : Ni Luh Gede Sukma Weshima, ST.MT.

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
BANYUWANGI
SILABUS
.

PELABUHAN DAN FASILITAS


PENDUKUNGNYA
.

. ANGIN, PASANG SURUT DAN


GELOMBANG

PELABUHAN DI INDONESIA .

PERENCANAAN PEMECAH
. GELOMBANG

JENIS – JENIS PELABUHAN DAN .


KARAKTERISTIK KAPAL
PERENCANAAN ALUR PELAYARAN
DAN KOLAM PELABUHAN
.
.
DASAR PERENCANAAN PELABUHAN
DERMAGA

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN


. PRASARANA PENUNJANG

STUDI KASUS PERENCANAAN DAN .


PERANCANGAN PELABUHAN
FENDER DAN ALAT PENAMBAT
Tujuan
• Mengetahui dan memahami tujuan pembangunan
pelabuhan sebagai salah sata fasilitas penunjang alat
transportasi.
• Menganalisa Dasar perencanaan pelabuhan
• Melaksanakan studi /survei analisa infrastruktur dan
standar pelayanan perencanaan pelabuhan agar supaya
pelabuhan tersebut dapat berfungsi dengan baik.
Indikator
• Mampu melaksanakan studi / survei analisa
infrastruktur dan standar pelayanan perencanaan
pelabuhan agar supaya pelabuhan tersebut dapat
berfungsi dengan baik.
• Mampu menganalisa sistem dan infrastruktur pelabuhan
diantaranya adalah: alur pelayaran, dermaga, pemecah
gelombang, kolam labuh, Peralatan bongkar muat, dan
sarana bantu navigasi, Fender dan alat penambat,
terminal dan sarana penunjang.
Rencana Program Kuliah
Tahun Ke : VII

Semester : Ganjil 2020/2021

Jumlah Minggu :14 (Minggu)

Waktu perkuliahan : 3 SKS

Jadwal Kuliah :
 Kelas : A/B
 Hari : Sabtu
 Jam : 19.30-21.00
 Ruang : google classroom
Evaluasi
UAS 20%

UTS 20%

TUGAS/QUIS 20%

TUGAS
. 20%
100%
KELOMPOK

10%
SOAL LATIHAN

Mahasiswa hanya bisa absensi jika


sudah mengupload jawaban soal
latihan/tugas
ABSENSI 10%
PUSTAKA

Pelabuhan, Teknik
Bambang Pantai,
Triatmodjo, Bambang
Triatmodjo,

www.google.com
Perencanaan Pemecah gelombang
Sub – Materi 04

Capaian Pembelajaran :
Mampu manganalisa perhitungan perencanaan pemecah gelombang

Indikator:
Mahasiswa mampu manganalisa teknis perencanaan pelabuhan :
- Berdasarkan tiga tipe pemecag gelombang :
- 1) pemecah gelombang sisi miring
- 2) pemecah gelombang sisi tegak
- 3) pemecah gelombang campuran
Pemecah Gelombang/ Breakwater
• Pemecah gelombang adalah bangunan yang digunakan untuk melindungi daerah perairan pelabuhan
dari gangguan gelombang. Bangunan ini memisahkan daerah perairan dari laut bebas, sehingga
perairan pelabuhan tidak banyak dipengaruhi oleh gelombang besar di laut.
• Daerah perairan dihubungkan dengan laut oleh mulut pelabuhan dengan lebar tertentu, dan kapal
keluar/masuk pelabuhan melalui celah tersebut. Dengan adanya pemecah gelombang ini daerah
pelabuhan menjadi tenang dan kapal bisa melakukan bongkar muat barang dengan mudah. Gambar
berikut menunjukkan contoh pemecah gelombang.
• Pada prinsipnya pemecah gelombang dibuat sedemikian rupa sehingga mulut pelabuhan tidak
menghadap ke arah gelombang dan arus dominan yang terjadi di lokasi pelabuhan.
Pemecah Gelombang/ Breakwater
• Dasar pertimbangan bagi perencanaan breakwater (pemecah gelombang) adalah (Ditjen
Perikanan Tangkap, 2002):
1) Bisa meredam energi gelombang, baik di mulut maupun di kolam pelabuhan, sehingga
aman untuk manuver kapal masuk maupun keluar, maupun bongkar muat ikan/
barang.
2) Mampu memperkecil sedimentasi di mulut dan kolam pelabuhan.
3) Pemecah gelombang harus mampu menahan gelombang rencana.
4) Kegiatan kapal dalam bongkar berada pada kolam pelabuhan yang aman terhadap
gangguan gelombang.
5) Tipe konstruksi mempertimbangkan kemudahan pelaksanaan, ketersediaan bahan dan
harga.
6) Ramah lingkungan, khususnya terhadap morfologi pantai
Tipe Pemecah Gelombang
• Ada beberapa macam pemecah gelombang ditinjau dari bentuk dan bahan bangunan
yang digunakan. Menurut bentuknya pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi :
1) pemecah gelombang sisi miring
2) pemcah gelombang sisi tegak
3) pemecah gelombang campuran
Tipe Pemecah Gelombang
Dimensi pemecah gelombang tergantung banyak
faktor, yaitu :
1. Ukuran dan lay out perairan pelabuhan
2. Kedalaman laut
3. Tinggi pasang surut dan gelombang
4. Ketenangan pelabuhan yang diinginkan
5. Transport sedimen di sekitar lokasi pelabuhan.

Untuk perencanaan bentuk dan kestabilan pemecah


gelombang perlu diketahui :

a. Tinggi muka air laut akibat adanya pasang surut


b. Tinggi puncak gelombang dari permukaan air
tenang
c. Perkiraan tinggi dan panjang gelombang
d. Run up gelombang
1) Pemecah Gelombang Sisi Miring
• Pemecah gelombang sisi miring biasanya dibuat dari tumpukan batu alam yang
dilindungi oleh lapis pelindung berupa batu besar atau beton dengan bentuk tertentu.
• Pemecah gelombang sisi miring mempunyai sifat fleksibel. Kerusakan yang terjadi karena
serangan gelombang tidak secara tiba-tiba (tidak fatal). Meskipun beberapa butir batu
longsor, tetapi bangunan masih bisa berfungsi. Kerusakan yang terjadi mudah diperbaiki
dengan menambah batu pelindung pada bagian yang longsor.
1) Pemecah Gelombang Sisi Miring
• Semakin besar kemiringan pemecah gelombang memerlukan batu semakin berat. Berat
tiap butir batu dapat mencapai beberapa ton. Kadang-kadang sulit mendapatkan batu
seberat itu dalam jumlah yang sangat besar. Untuk mengatasinya maka dibuat batu
buatan dari beton dengan bentuk tertentu.
1) Pemecah Gelombang Sisi Miring
• Bebarapa bentuk batu buatan ini jenisnya adalah :
1. Tetrapod : Mempunyai empat kaki yang berbentuk kerucut terpancung.
2. Tribar : terdiri dari 3 kaki yang saling dihubungkan dengan lengan
3. Quadripod : mempunyai bentuk mirip tetrapod tetapi sumbu-sumbu dari ketiga
kakinya berada pada bidang datar.
4. Dolos : terdiri dari dua kaki saling menyilang yang dihubungkan dengan lengan.
1.1) Stabilitas Batu Lapis Pelindung
• Di dalam perencanaan pemecah gelombang sisi miring, ditentukan berat batu butir
pelindung, yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus Hudson.
1.1) Stabilitas Batu Lapis Pelindung
1.1) Stabilitas Batu Lapis Pelindung
• Untuk mendapatkan batu yang sangat besar adalah sulit dan mahal. Untuk memperkecil
harga pemecah gelombang, maka pemecah gelombang dibuat dengan beberapa lapis.
Lapis terluar terdiri dari ukuran batu yang terbesar, dan lapisan-lapisan di dalamnya
semakin kecil.
1.2) Dimensi Pemecah Gelombang Sisi Miring
• Elevasi Puncak pemecah gelombang tumpukan batu tergantung pada limpasan
(overtopping) yang diijinkan
• Elevasi puncak bangunan dihitung berdasarakan kenaikan (runup) gelombang, yang
tergantung pada karakteristik gelombang, kemiringan bangunan, porositas, dan
kekasaran lapis pelindung.
• Lebar puncak juga tergantung pada limpasan yang diijinkan. Pada kondisi limpasan
diijinkan, lebar puncak minimum adalah sama dengan lebar dari tiga butir batu
pelindung yang disusun berdampingan (n=3). Untuk bangunan tanpa terjadi limpasan,
lebar puncak pemecah gelombang bisa lebih kecil.
• Lebar puncak pemecah gelombang dapat dihitung dengan rumus:
1.2) Dimensi Pemecah Gelombang Sisi Miring
• Sedangkan tebal lapis pelindung dan jumlah butir tiap satu luasan diberikan oleh rumus
berikut ini:
1.2) Dimensi Pemecah Gelombang Sisi Miring
• Pada waktu gelombang menghantam suatu bangunan, gelombang tersebut akan naik
(runup) pada permukaan bangunan. Elevasi (tinggi) bangunan yang direncanakan
tergantung pada runup dan limpasan yang diijinkan. Runup tergantung pada bentuk dan
kekasaran bangunan, kedalaman air pada kaki bangunan, kemiringan dasar laut di
depan bangunan, dan karakteristik gelombang.
1.2) Dimensi Pemecah Gelombang Sisi Miring
• Hasil penelitian tentang runup gelombang berupa grafik-grafik yang dapat digunakan
untuk menentukan tinggi runup. Berikut adalah gambar yang menunjukkan besaran
runup sebagai fungsi Irribaren.
2) Pemecah Gelombang Sisi Tegak
• Pada pemecah gelombang sisi tegak, yang biasa diletakkan di laut dengan kedalaman
lebih besar dari tinggi gelombang, akan memantulkan gelombang
• Superposisi antara gelombang datang dan gelombang pantul akan menyebabkan
terjadinya gelombang stasioner yang disebut dengan klapotis. Tinggi gelombang klapotis
ini bisa mencapai 2 kali tinggi gelombang datang. Oleh karena itu tinggi pemecah
gelombang di atas muka air pasang tertinggi tidak boleh kurang dari 1 ⅓ sampai 1 ½ kali
tinggi gelombang maksimum. Dan kedalaman di bawah muka air terendah ke dasar
bangunan tidak kurang dari 1 ¼ sampai 1 ½ kali atau lebih baik sekitar 2 kali tinggi
gelombang.
2) Pemecah Gelombang Sisi Tegak
• Kedalaman maksimum dimana pemecah gelombang sisi tegak masih bisa dibangun
adalah antara 15 dan 20 m. Apabila lebih besar dari kedalaman tersebut maka pemecah
gelombang menjadi sangat lebar
• Di laut dengan kedalaman lebih besar maka pemecah gelombang sisi tegak dibangun di
atas pemecah gelombang tumpukan batu (pemecah gelombang campuran) pemecah
gelombang ini dapat dibangun di laut sampai kedalaman 40 m.
• Pemecah gelombang sisi tegak dibuat apabila tanah dasar mempunyai daya dukung
besar dan tahan terhadap erosi. Apabila tanah dasar mempunyai lapis atas berupa
lumpur atau pasir halus, maka lapis tersebut harus dikeruk dahulu
• Pemecah gelombang sisi tegak bisa dibuat dari blok-blok beton massa yang disusun
secara vertikal, kaison beton, turap beton atau baja yang dipancang dan sebagainya.
Suatu blok beton mempunyai berat 10 sampai 50 ton.
• Kaison adalah konstruksi yang berupa kotak dari beton bertulang yang dapat terapung di
laut.
• Pemecah gelombang turap bisa berupa satu jalur turap yang diperkuat dengan tiang-
tiang pancang dan blok beton diatasnya. Atau berupa 29 dua jalur turap yang dipancang
vertikal dan satu dengan yang lain dihubungkan dengan batang-batang angker dan
kemudian diisi dengan pasir dan batu
2) Pemecah Gelombang Sisi Tegak
2) Pemecah Gelombang Sisi Tegak
• Di dalam perencanaan pemecah gelombang sisi tegak perlu diperhatikan hal-hal berikut ini :
1. Tinggi gelombang maksimum rencana harus ditentukan dengan baik, karena tidak seperti pemecah
gelombang sisi miring, stabilitas terhadap penggulingan merupakan faktor penting.
2. Tinggi dinding harus cukup untuk memungkinkan terjadinya klapotis.
3. Fondasi bangunan harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak terjadi erosi pada kaki bangunan yang
dapat membahayakan stabilitas bangunan
• Gambar berikut menunjukkan contoh pemecah gelombang dari turap. Pemecah gelombang ini terdiri
dari turap beton dan tiang beton yang dipancang melalui tanah lunak sampai mencapai tanah lunak.
Pemecah gelombang ini dibuat apabila dasar laut terdiri dari 30 tanah lunak yang sangat tebal, sehingga
penggantian tanah lunak dengan menggunakan pasir menjadi mahal. Bagian atas dari turap dan tiang
tersebut dari blok beton.
3) Pemecah Gelombang Campuran
• Tipe campuran memerlukan pertimbangan lebih lanjut mengenai perbandingan tinggi
sisi tegak dengan tumpukan batunya.
• Pada dasarnya ada 3 macam, yaitu :
1. Tumpukan batu dibuat sampai setinggi air yang tertinggi, sedang bangunan sisi
tegaknya hanya sebagai penutup bagian atas.
2. Tumpukan batu setinggi air terendah sedang bangunan sisi tegak harus menahan air
tertinggi (pasang).
3. Tumpukan batu hanya merupakan tambahan pondasi dari bangunan sisi tegak.
3) Pemecah Gelombang Campuran
• Pemecah gelombang campuran terdiri dari pemecah gelombang sisi tegak yang dibuat di
atas pemecah gelombang tumpukan batu. Bangunan ini dibuat apabila kedalaman air
sangat besar dan tanah dasar tidak mampu menahan beban dari pemecah gelombang sisi
tegak.
• Pada waktu air surut bangunan berfungsi sebagai pemecah gelombang sisi miring,
sedang pada waktu air pasang bangunan berfungsi sebagai pemecah gelombang sisi
tegak.
3) Pemecah Gelombang Campuran
• Tipe campuran memerlukan pertimbangan lebih lanjut mengenai perbandingan tinggi
sisi tegak dengan tumpukan batunya. Pada dasarnya ada 3 macam, yaitu :
1) Tumpukan batu dibuat sampai setinggi air yang tertinggi, sedang bangunan sisi
tegaknya hanya sebagai penutup bagian atas. 31
2) Tumpukan batu setinggi air terendah sedang bangunan sisi tegak harus menahan air
tertinggi (pasang).
3) Tumpukan batu hanya merupakan tambahan pondasi dari bangunan sisi tegak.
Gaya Gelombang Pada Sisi Vertikal
• Gelombang yang menghantam pemecah gelombang sisi tegak akan memberikan tekanan pada
bangunan tersebut. Tekanan gelombang dapat dihitung dengan rumus Goda (1985), yang memberikan
distribusi tekanan berbentuk trapesium seperti pada gambar berikut.
Gaya Gelombang Pada Sisi Vertikal
• Tekanan gelombang pada permukaan dinding vertikal diberikan oleh rumus-rumus sebagai berikut :
Gaya Gelombang Pada Sisi Vertikal
• Elevasi maksimum di mana tekanan gelombang bekerja diberikan oleh rumus :

• di dalam rumus goda tersebut digunakan tinggi gelombang rencana yang nilainya adalah
• periode ulang gelombang maksimum adalah sama dengan periode gelombang signifikan.

• Tekanan apung dihitung berdasarkan berat air laut yang dipindahkan oleh pemecah gelombang.
Sedangkan tekanan ke atas yang bekerja pada dasar pemecah gelombang mempunyai bentuk distribusi
segitiga. Dengan tekanan Pu pada kaki depan bangunan dan nol pada kaki belakang bangunan. Tekanan
ke atas dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Gaya Gelombang Pada Sisi Vertikal
• Dari tekanan gelombang yang telah dihitung dengan rumus-rumus di atas, selanjutnya dapat dihitung
gaya gelombang dan momen yang ditimbulkan oleh gelombang terhadap kaki pemecah gelombang
vertikal dengan menggunakan rumus berikut ini :
Material Konstruksi
• Pemilihan material pada desain struktur pengaman pantai bergantung pada aspek ekonomi dan
lingkungan dari area pantai. (SPM, 1984)
1. Beton Beton mempunyai permeabilitas rendah disesuaikan faktor air semen (FAS) yang
direkomendasikan untuk kondisi lapangan, kuat, pori udara yang dibutuhkan pada musim dingin, dan
tipe PC sesuai kondisi. Panduan penggunaan beton :
a. Aditif digunakan untuk FAS rendah dan menurunkan pori udara yang menyebabkan beton lebih tahan
di air laut.
b. Batu kuarsa dan agregat harus diseleksi dengan baik untuk memastikan setiap gradasi tercampur secara
bersama-sama.
c. Komposisi mineral agregat harus bisa teranalisa untuk kemungkinan terjadinya reaksi kimia antara
semen dan air laut.
d. Perawatan beton penutup tebing selama pengecoran sangat penting.
e. Pada setiap bagian ujung/tepi dibuat tak bersudut akan meningkatkan daya tahan struktur.
Material Konstruksi
• Pemilihan material pada desain struktur pengaman pantai bergantung pada aspek ekonomi dan
lingkungan dari area pantai. (SPM, 1984)
1. ,
2. Baja Dimana baja yang bersentuhan langsung dengan perubahan cuaca, air laut dan tegangan kerja
harus dapat menurnkan resiko korosi dan abrasi. penggunaan formula nimia baja menyediakan
penanganan korosi yang lebih besar pada splash zone. Perlindungan bisa berupa penutup beton, logam
tahan korosi atau mengunakan cat organik maupun anorganik.
Material Konstruksi
• Pemilihan material pada desain struktur pengaman pantai bergantung pada aspek ekonomi dan
lingkungan dari area pantai. (SPM, 1984)
1. ,
2. ,
3. Kayu Kayu yang digunakan harus tahan untuk terus basah. Panduan penggunaan kayu berdasakan
pengalaman :
a. Pile kayu tidak digunakan tanpa pelindung dari hewan laut.
b. Injeksi yang paling efektif untuk kayu di air laut adalah creasate oil dengan high penolic content,
penetrasi maksimum dan retensi. Creasate dengan coalter, pelindungan berlangsung lebih cepat dengan
dual treatment creasate dan water born salt. 35
c. Pengeboran dan pemotongan setelah treatment tidak perlu dilakukan.
d. Kayu yang tidak terendam tidak perlu ditutup sehingga akan memberikan keuntungan ekonomi.
Material Konstruksi
• Pemilihan material pada desain struktur pengaman pantai bergantung pada aspek ekonomi dan
lingkungan dari area pantai. (SPM, 1984)
1. ,
2. ,
3. ,
4. Batu Batu yang digunakan harus baik, awet, keras bebas dari kerak, retak dan tahan terhadap cuaca.
Tidak pecah akibat angin, air laut atau pemindahan dan benturan.
5. Geotextile Sering digunakan sebagai pengganti untuk semua bagian mineral dimana tanah berada
dibelakang permukaan yang dilindungi. Kriteria :
- Penyaring harus berukuran sedemikian rupa sehingga tidak terpengaruh uplift.
- Geotextile dan tanah harus dievaluasi perubahannya. Keawatan dievaluasi daya taan benturan,
ultraviolet, kelenturan dan kekuatan
Angin / Pasang Surut / Gelombang

Sub – Materi 03

PUSTAKA:

1. Pelabuhan, Bambang Triatmodjo, 2003, Beta Ofset, Yogyakarta.


2. Tekanik Pantai, Bambang Triatmodjo, 1999, Beta Ofset, Yogyakarta
3. dephub.go.id/assets/uudocs/pp/2001/pp_no_69_tahun_2001.pdf
4. http://eprints.itenas.ac.id/422/5/05%20Bab%202%20222014233.pdf
5. http://eprints.undip.ac.id/34094/5/1941_CHAPTER_II.pdf
6. http://jamesthoengsal.blogspot.com/p/breakwater.html

Anda mungkin juga menyukai