Anda di halaman 1dari 11

• Kelompok 7 1B D-IV Keperawatan :

1. Annisa Maula Fadila (P272200161510)


2. Dinda Shagun Tri Septiana (P27220016160)
3. Hesti Febri Yanti(P27220016169)
4. Nurjanah Estu Pamungkas (P27220016178)
5. Virchanisa Sahra Afifah(P27220016187)

roy’y adaption
1. TEORI ADAPTASI MENURUT CALISTA ROY

Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster Callista Roy (1969). Konsep
ini dikembangkan dari konsep individu dan proses adaptasi seperti diuraikan di bawah ini.
Asumsi dasar model adaptasi Roy adalah :
1. Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang terus-menerus
berinteraksi dengan lingkungan.
2. Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi perubahan-perubahan
biopsikososial.
3. Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batas kemampuan untuk
beradaptasi. Pada dasarnya manusia memberikan respon terhadap semua rangsangan
baik positif maupun negatif.
4. Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, jika
seseorang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka ia mempunyai kemampuan
untuk menghadapi rangsangan baik positif maupun negatif.
5. Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari dari kehidupan
manusia.
2. INPUT
Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan informasi, bahan-
bahan atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan respon, dimana dibagi dalam
tiga tingkatan yaitu stimulus fokal, kontekstual dan stimulus residual.

a. Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang, efeknya segera, 
misalnya infeksi.
b. Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik internal maupun
eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur dan secara subyektif
dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara bersamaan dimana dapat menimbulkan respon negatif
pada stimulus fokal seperti anemia, isolasi sosial.
c. Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi yang ada tetapi
sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat individu berkembang sesuai pengalaman
yang lalu, hal ini memberi proses belajar untuk toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada
pinggang ada yang toleransi tetapi ada yang tidak.
KONTROL
Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping yang di gunakan.
Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yang merupakan subsistem:
a) Subsistem regulator.
Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : input-proses dan output. Input stimulus berupa
internal atau eksternal.
b) Subsistem kognator.
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal. Perilaku output dari regulator
subsistem dapat menjadi stimulus umpan balik untuk kognator subsistem.
OUTPUT
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapat di amati, diukur atau secara subyektif
dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar . Perilaku ini merupakan umpan
balik untuk sistem. Roy mengkategorikan output sistem sebagai respon yang adaptif atau
respon yang tidak mal-adaptif. Respon yang adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang
yang secara keseluruhan dapat terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan
yang berkenaan dengan kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan.
Sedangkan respon yang mal adaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan ini.
Roy telah menggunakan bentuk mekanisme koping untuk menjelaskan proses kontrol
seseorang sebagai adaptif sistem.
SYSTEM MODE ADAPTASI
. Roy mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk
mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat
dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan funfsi fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri
dari 4 bagian yaitu:
1. Mode fungsi fisiologi terdiri dari :
 Oksigenasi
 Nutrisi  
 Eliminasi
 Aktivitas dan istirahat
 dll
1. Mode Konsep Diri terdiri dari ;
 The physical self,
 The personal self,
 Mode Fungsi Peran
 Mode Interdependensi
KLIEN SEBAGAI SYSTEM ADAPTASI
Teori adaptasi suster Callista Roy memeandang klien sebagai suatu system adaptasi. Sesuai
dengan model Roy, tujuan dari keperawatan adalah membantu seseorang untuk beradaptasi
terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan hubungan
interdependensi selama sehat dan sakit (Marriner-Tomery,1994).
 . Seluruh individu harus beradaptasi terhadap kebutuhan berikut:
a. Pemenuhan kebutuhan fisiolngis dasar
b. Pengembangan konsep diri positif
c. Penampilan peran social
d. Pencapaian keseimbangan antara kemandirian dan ketergantungan
KELEBIHAN MODEL ADAPTASI ROY
 Model Adaptasi Roy telah menggambarkan tahapan–tahapan dalam proses keperawatan
yang lengkap. Berdasarkan teori Roy, tahapan proses keperawatan dimulai dari 2 level
pengkajian, diagnosa keperawatan, tujuan tindakan keperawatan, intervensi keperawatan dan
evaluasi keperawatan. Kelebihan proses keperawatan berdasarkan Model Adaptasi Roy ini
adalah pada tahap 2 level pengkajian yang harus dilakukan perawat.
Pengkajian keperawatan dimulai dengan:
1. Perawat mengkaji respon prilaku pasien terhadap stimulus yaitu fisiologis adaptasi
mode, konsep diri adaptasi mode, peran adaptasi mode dan ketergantungan adaptasi
mode.
2. Perawat mengkaji stressor yang dihadapi pasein yaitu stimulus fokal & kontekstual
( yang pada dasarnya merupakan faktor presipitasi dari masalah yang dihadapi pasien)
dan stimulus residual (yang pada dasarnya merupakan faktor predisposisi dari masalah
yang dihadapi pasien), sehingga pengkajian yang dilakukan perawat lebih lengkap dan
perawat dapat menegakkan diagnosa lebih akurat dari pengkajian tersebut.
KEKURANGAN DAN PERBAIKAN MODEL ADAPTASI ROY
Masukan dan perbaikan untuk Model Adaptasi Roy adalah untuk lebih menjabarkan
hubungan antara mekanisme koping: kognator dalam meningkatkan adaptasi serta
hubungannya dengan 4 adaptasi mode. Selain itu perlu penjabaran lebih lanjut tentang
hubungan adaptasi dengan kesehatan. Di praktek klinis, perlu dikaji lebih lanjut
bagaimana perawat dapat membantu individu ke arah yang positif dengan menggunakan
Model adaptasi Roy misal: ketika memberikan asuhan keperawatan pada pasien-pasien
dengan pemulihan kognitif / pasien dengan trauma / cedera kepala (Tiedman, 1996 dalam
Araich, 2001).
Selain itu Model Adaptasi Roy merupakan model keperawatan yang komplex dengan konsep
dan mempunyai hubungan antar konsep-konsep. Sehingga perlu diklarifikasi kembali tentang:
Overlaping yang terjadi pada psikososial adaptif mode yaitu pada konsep diri, fungsi peran
dan interdependen. Konsep diri terdiri dari 5 komponen, salah satunya adalah fungsi peran.
Bagaimana perawat dapat membedakan antara konsep diri, fungsi peran dan ketergantungan.
1. Ketika menilai prilaku adaptif dan maladaptif, ada banyak faktor yang dapat
mempengaruhi penilaian tersebut, salah satunya adalah sistem nilai yang dianut perawat.
2. Kata adaptasi tidak secara umum menyampaikan pengertian tentang pertumbuhan
(Lancester, 1992 dalam Araich, 2001).
3. Model Adaptasi Roy lebih berfokus pada proses adaptasi pasien dan bagaimana
pemecahan masalah pasien dengan menggunakan proses keperawatan dan tidak
menjelaskan bagaimana sikap dan prilaku caring perawat ketika melakukan asuhan
keperawatan. Pada prinsipnya pemecahan masalah pasien sangat penting dalam
keperawatan, tetapi prilaku caring juga sangat diperlukan ketika memberikan asuhan
keperawatan pada pasien, karena bisa saja seorang perawat yang tidak mempunyai prilaku
caring akan menjadi stressor baru bagi pasiennya.

Anda mungkin juga menyukai