Anda di halaman 1dari 72

Oleh : IRNAWATI, S.Kep., Ns., M.M.R.

Point penting

 Pengelolaan risiko klinis


merupakan upaya spesifik
dengan titik berat
peningkatan kualitas dan
keselamatan pasien.

 Langkah pengelolaan resiko


klinis: identifikasi, penilaian
frekuensi dan keparahan,
pengurangan/penghilangan
resiko.
Point penting

 Aktivitas pengelolaan
resiko : menghindari
risiko, mengurangi
kemungkinan terjadinya
resiko, meminimalkan
dampak resiko,
mempertahankan resiko.
Pengertian
 Risiko : peluang terjadinya sesuatu yang akan
berdampak pada tujuan

 Risiko klinis : segala sesuatu yang dapat berdampak


terhadap pencapaian layanan yang bermutu tinggi, aman
dan efektif bagi pasien.

 Insiden Keselamatan Pasien (IKP) : setiap kejadian


atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cidera yang tidak seharusnya terjadi.
Pengertian
 Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) : suatu
insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan
bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi
pasien.

 Kejadian Sentinel : Kejadian tidak diharapkan


yang sampai menyebabkan pasien meninggal atau
cacat fungsi tubuh permanen.
Pengertian
 Kejadian Nyaris Cidera (KNC)/ near miss : suatu
insiden yang hampir menyebabkan cidera pada pasien
akibat melaksanakan suatu tindakan (comission) atau
tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
(omission) dapat terjadi karena “keberuntungan”
(misal:pasien menerima suatu obat dengan overdosis
lethal, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya
sebelum obat diberikan), atau “peringanan” (suatu obat
dengan overdosis lethal diberikan, diketahui secara dini
lalu diberikan antidotumnya (KKP-RS, 2008).
Tahap-tahap pengelolaan risiko klinis

1. Identifikasi risiko
2. Penanggulangan risiko
Identifikasi Risiko
 Identifikasi risiko adalah usaha mengidentifikasi
situasi yang dapat menyebabkan cidera, tuntutan,
ataupun kegagalan pemberian layanan yang aman
kepada pasien.
Cara Identifikasi Risiko
Risiko dapat diidentifikasi dengan melihat:
 Laporan kejadian (Kejadian Tidak Diinginkan, Kejadian

Nyaris Cidera, Kejadian Sentinel, dsb)


 Review rekam medik (Melakukan telaah rekam medik

untuk melihat ada/tidaknya penyimpangan dari standar


pelayanan medik.
 Komplain pelanggan.

 Survei.

 Self assessment.

 Dan sebagainya.
Laporan Kejadian
 Apabila ditemukan insiden keselamatan pasien,
harus dibuat laporan selambat-lambatnya 2x24 jam
setelah insiden terjadi untuk mengurangi
dampak/akibat yang tidak diharapkan.

 Laporan diisi dalam formulir oleh orang yang


melihat insiden keselamatan pasien.
Laporan Kejadian
 Setelah selesai mengisi laporan, segera serahkan
kepada atasan langsung pelapor. (Atasan langsung
disepakati sesuai keputusan Manajemen:
Supervisor/Kepala Bagian/Instalasi/Departemen/
Urut, Ketua Komite Medis/ Ketua SMF (Staf
Medis Fungsional).
 Atasan langsung akan memeriksa laporan dan
melakukan grading risiko terhadap insiden yang
dilaporkan.
Penilaian Probabilitas dan Dampak Risiko

 Besarnya risiko berbanding lurus dengan


probabilitas terjadinya risiko dan dampak risiko,
oleh karena itu Skor Risiko (SR) dinilai dari hasil
kali antara probabilitas (P) dan Dampak (D)

SR = PxD
Probabilitas
 Penilaian tingkat probabilitas/frekuensi risiko adalah
dengan memperkirakan seberapa seringnya insiden
tersebut terjadi.
 Skor 1 : sangat jarang : terjadi sekali dalam > 5 tahun
 Skor 2 : jarang : terjadi sekali dalam 2-5 tahun
 Skor 3 : mungkin : terjadi sekali dalam 1-2 tahun
 Skor 4 : sering : terjadi beberapa kali setahun
 Skor 5 : sangat sering : terjadi beberapa kali sebulan.
Dampak
 Penilaian dampak/akibat suatu insiden adalah dengan
memperkirakan seberapa berat akibat yang dialami
pasien (yang bukan karena penyakit yang dideritanya).
 Skor 1 : tidak signifikan, tidak ada cidera
 Skor 2 : minor, cidera ringan, dapat diatasi dengan
pertolongan pertama, misal : luka lecet.
 Skor 3 : moderat, cidera sedang, atau setiap kasus yang
memperpanjang perawatan, atau berkurangnya fungsi
fisik, psikologis, ataupun intelektual secara reversibel,
misal : luka robek.
Dampak cont...
 Skor 4 : mayor, cidera luas/berat, atau kehilangan
fungsi fisik, psikologis ataupun intelektual secara
ireversibel, misal : cacat/lumpuh.
 Skor 5 : katastrofik, pasien meninggal.

NB: pasien yang mengalami cedera karena penyakit


yang dideritanya BUKAN termasuk insiden
keselamatan pasien, tetapi termasuk komplikasi
penyakit.
Skor risiko dinilai dengan mengalikan skor Probabilitas (P) dan
Dampak (D). Hasil kali antara P dan D kemudian dinilai dengan
tabel grading dibawah.
Bentuk investigasi dan analisis
 Hasil grading akan menentukan bentuk investigasi dan analisis
yang akan dilakukan.
 Grade rendah : investigasi sederhana, waktu maksimal 1
minggu.
 Grade sedang: Investigasi sederhana, waktu maksimal 2
minggu.
 Grade tinggi : investigasi komprehensif/analisis akar masalah
oleh Tim Keselamatan Pasien, waktu maksimal 45 hari.
 Grade ekstrim : Investigasi komprehensif/analisis akar masalah
oleh Tim Keselamatan Pasien, waktu maksimal 45 hari.
Analisis akar masalah (roote cause analysis)

 Analisis akar masalah adalah metode untuk


memeriksa secara retrospektif dan mencari apa
yang salah dalam sistem (bukan siapa yang salah)
ketika terjadi suatu kejadian yang tidak diharapkan.
Analisis akar masalah
(roote cause analysis)

 Ketika ada kejadian yang tidak diharapkan di


instansi pelayanan kesehatan, misalkan salah
pemberian obat, kita akan berusaha menemukan
penyebab kejadian tersebut.

 Penyebab dari kejadian tersebut misalnya dokter


salah membaca label obat sehingga ia salah
memberikan obat kepada pasien.
Analisis akar masalah
(roote cause analysis)

 Tentunya tidak ada petugas kesehatan yang sengaja salah


baca. Jika berfokus pada penyebab langsung yaitu dokter yang
salah baca, kita akan cenderung menyalahkan dokter tersebut,
menghukumnya dan menyuruhnya lebih berhati-hati.

 Ini tentunya bukan solusi yang jitu, suatu saat akan ada dokter
atau perawat atau petugas kesehatan lain yang salah baca lagi.
Kejadian yang sama pun berulang kembali.

 Kesimpulannya, jika kita hanya berhenti pada penyebab


langsung tersebut, kita tidak akan dapat menemukan solusi
yang jitu untuk mencegah hal yang sama berulang kembali.
Analisis akar masalah
(roote cause analysis)

 Maka semestinya kita mencari lagi penyebab yang lebih


fundamental lagi mengapa ia bisa salah baca.

 Kita cari, maka kita akan menemukan, oh ternyata


kemasannya terlalu mirip. Oh ternyata membacanya di ruangan
yang kurang terang. Oh ternyata banyak obat yang namanya
sangat mirip, dan sebagainya.

 Jika kita bisa menemukan penyebab masalah yang lebih


fundamental, kita akan bisa memberikan solusi yang lebih efektif.
Analisis akar masalah
(roote cause analysis)

 Misalnya dengan mengganti kemasan supaya tidak


mirip, menambah penerangan di ruangan obat,
memberikan label peringatan pada obat
yang banyak kemiripannya, melakukan cek dan
ricek sebelum pemberian obat, dsb.
Dengan demikian diharapkan solusi tersebut bisa
lebih efektif.
Penanggulangan Risiko
 Risiko ditanggulangi berdasarkan hasil evaluasi
tersebut. Pada tahap ini dibuat rencana tindakan
yang akan dilakukan untuk menanggulangi resiko.
Bentuk-bentuk penanggulangan risiko

 Menghindari risiko dengan memutuskan untuk


tidak melanjutkan aktivitas yang menimbulkan
risiko, misal untuk menhindari salah satu transfusi
diputuskan untuk tidak melakukan transfusi di klinik
tersebut.

 Mengurangi probabilitas terjadinya risiko, misal


untuk mengurangi/menghilangkan risiko terjadinya
salah identifikasi, dilakukan identifikasi minimal
dengan dua penanda identifikasi.
Bentuk-bentuk penanggulangan risiko

 Mengurangi dampak terjadinya risiko/mitigasi,


misal untuk mengurangi dampak kebakaran,
dilakukan pemasangan alarm kebakaran dan alat
pemadam api otomatis.

 Berbagi risiko dengan pihak lain, misal asuransi,


kontrak dengan pihak luar, metode ini sesuai untuk
risiko yang jarang terjadi, tetapi dampaknya besar,
misal kebakaran, gempa, bencana alam, penggunaan
alat medis yang sangat mahal.
Bentuk-bentuk penanggulangan risiko

 Mempertahankan Risiko, metode ini sesuai untuk


risiko yang jarang terjadi dan dampaknya kecil, misal
pasien kehilangan sandal.

 Setelah penanggulangan risiko dilakukan, tahap


selanjutnya adalah evaluasi apakah penanggulangan
yang diberikan sudah berhasil mencapai target yang
diharapkan (berkurang/hilangnya risiko). Jika belum
tercapai perlu dilakukan penanggulangan dengan
strategi yang lain.
Catatan :
 Istilah “patient safety/keselamatan pasien”
mengacu pada keselamatan terkait asuhan yang
diberikan tenaga kesehatan kepada pasien,
sedangkan istilah “K3/ Keselamatan kerja,
Kebakaran dan Kewaspadaan bencana” digunakan
untuk keselamatan yang tidak terkait dengan
asuhan tenaga kesehatan kepada pasien.
Catatan :
 Risiko salah transfusi, salah identifikasi, pasien
jatuh dari tempat tidurnya termasuk lingkup
“keselamatan pasien”, sedangkan risiko kebakaran,
gempa bumi, terjatuh karena lantai licin yang dipel,
kejatuhan plafon, termasuk lingkup “K3/
Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan
bencana.
Cases Studies
Hasil medis yang tidak diinginkan dari kaki yang
diperban

Seorang ayah membawa anaknya yang berusia 2 tahun, susi,


ke unit gawat darurat sebuah rumah sakit daerah pada hari
Jum’at malam. Susi memiliki riwayat medis yang dikenal
dengan “dada dingin” dan sudah pernah diperiksa sebagai
pasien rawat jalan. Petugas medis menyatakan Susi
menderita pneumonia. Sebuah kanula IV dimasukkan di kaki
bagian atas kiri dan perban digunakan pada kaki tersebut.
Cases Studies cont...
Dia kemudian dipindahkan ke bangsal selama akhir
pekan dan berada di bawah pelayanan tim perawat
dan petugas medis. Perban di kakinya tidak lepas
sampai awal Minggu malam (hampir 48 jam
kemudian), meskipun fakta bahwa kerusakan pada
kulit merupakan faktor resiko pada bayi yang dapat
terjadi dalam waktu 8 sampai 12 jam. Ada gejala
nekrosis yang dicatat oleh petugas medis pada tumit
kiri dan bisul yang membengkak di kaki kiri atas.
Cases Studies cont...
Setelah dinyatakan boleh keluar dari rumah sakit dan
rawat jalan lokal, Susi mengalami masalah prilaku
sebagai hasil dari pengalaman medisnya.

(Source Case Studies : Investigation, Health Care


Complaints Commission Annual Report 1999-
2000:59, Sydney, New South Wales, Australia)
Mengapa Risiko Klinis Rentan terhadap
Keselamatan Pasien

 Manajemen risiko adalah hal yang selalu ada di


sebagian besar industri dan secara tradisional
dikaitkan dengan membatasi biaya litigasi.

 Dalam pelayanan kesehatan, manajemen risiko


biasanya berhubungan dengan tindakan hukum
pasien terhadap kesalahan yang ditimbulkan tenaga
medis atau rumah sakit sebagai akibat dari
pelayanan dan pengobatan yang merugikan.
Mengapa Risiko Klinis Rentan terhadap
Keselamatan Pasien

 Banyak perusahaan menerapkan strategi untuk


menghindari kerugian finansial, penipuan atau
kegagalan dengan memenuhi harapan produksi.

 Untuk menghindari masalah, seperti yang


dijelaskan dalam studi kasus yang disebutkan
diatas, rumah sakit dan organisasi kesehatan
menggunakan berbagai metode untuk mengelola
risiko.
Mengapa Risiko Klinis Rentan terhadap
Keselamatan Pasien

 Namun, keberhasilan program manjemen risiko


tergantung pada penciptaan dan pemeliharaan sistem
pelayanan yang aman, yang dirancang untuk
mengurangi kesalahan medis dan meningkatkan
kinerja profesional.

 Banyak rumah sakit, klinik, dan layanan kesehatan


memiliki sistem mapan seperti pelaporan pasien
terjatuh, kesalahan pengobatan, kesalahan identifikasi
pasien.
Mengapa Risiko Klinis Rentan terhadap
Keselamatan Pasien

 Namun demikian, sebagian besar layanan kesehatan


baru mulai fokus pada semua aspek pelayanan klinis
dalam upaya untuk mengurangi risiko terhadap
pasien.

 Perawat, bersama dengan orang lain yang bekerja di


fasilitas pelayanan kesehatan, memiliki tanggung
jawab untuk mengambil tindakan yang benar ketika
mereka melihat situasi atau lingkungan yang tidak
aman.
Mengapa Risiko Klinis Rentan terhadap
Keselamatan Pasien

 Mengambil langkah-langkah untuk memastikan lantai


yang licin dan basah dikeringkan dan mencegah pasien
jatuh adalah sama pentingnya dengan memastikan
bahwa obat yang diminum adalah yang benar.

 Dalam hal pasien jatuh di lantai licin, atau menerima


obat yang salah, penting bagi perawat melaporkan
kejadian tersebut sehingga langkah dapat diambil untuk
menghindari kejadian serupa di masa depan.
Mengapa Risiko Klinis Rentan terhadap
Keselamatan Pasien

 Perawat telah lama menerapkan pelaporan jenis


insiden medis dan saat ini semua tenaga medis
diharapkan untuk melaporkan insiden dan belajar
dari perawat.

 Apabila perawat melihat beberapa staf senior tidak


tidak melaporkan, mereka harus sadar bahwa
layanan kesehatan dengan budaya pelaporan lebih
aman dibandingkan tidak ada pelaporan.
Mengapa Risiko Klinis Rentan terhadap
Keselamatan Pasien

 Kepemimpinan oleh tenaga medis senior akan


menunjukkan tenaga medis junior tentang pentingnya
nilai budaya pelaporan.

 Manajemen risiko yang efektif melibatkan setiap


lapisan dan tingkat dalam pelayanan kesehatan. Untuk
alasan ini penting bahwa semua pekerja kesehatan
memahami manajemen risiko dan tujuan strategi
manajemen risiko serta relevansinya ditempat
lingkungan kerja medis.
Mengapa Risiko Klinis Rentan terhadap
Keselamatan Pasien

 Sayangnya, meskipun sebuah klinik atau rumah


sakit memiliki kebijakan untuk melaporkan insiden
medis, seperti kesalahan pengobatan dan pasien
jatuh, pelaporan insiden ini sering sporadis.
Beberapa perawat rajin melakukan pelaporan,
sementara dokter di unit yang sama bersikap
skeptis atas kepentingan pelaporan karena mereka
tidak melihat perbaikan apapun.
Mengapa Risiko Klinis Rentan terhadap
Keselamatan Pasien

 Penelitian menunjukkan perawat lebih sering


melaporkan insiden dari tenaga medis lainnya.

 Pelaporan tidak memadai mungkin karena budaya


menyalahkan dalam pelayanan kesehatan mencegah
pelaporan dilakukan.

 Saat ini, sebagian besar program manajemen risiko


bertujuan untuk meningkatkan keamanan dan kualitas.
Pentingnya manajemen resiko
 Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang tidak
diinginkan terjadi yang berhubungan dengan
pekerjaan termasuk penyakit yang timbul karena
hubungan kerja.

 Data laporan The National Safety Council (NSC)


tahun 2008, ada 41% dari pekerja medis tidak masuk
bekerja akibat penyakit dan kecelakaan, dan jumlah
ini jauh lebih besar dibandingkan industri lain.
Pentingnya manajemen resiko
 Penyebab terbesar adalah kecelakaan kerja karena
tertusuk jarum suntik (Needle Stick Injuries).

 Perawat adalah petugas kesehatan yang terbanyak


dan terlama melakukan kontak dengan pasien.

 Keselamatan pasien, petugas dan sistem saling


berhubungan, saling terkait satu sama lain.
Pentingnya manajemen resiko
 Banyak potensi bahaya dan resiko K3 yang bisa
ditimbulkan di dalam aktifitas pelayanan kesehatan
yang ada.

 Tenaga medis, paramedis, pasien, pengunjung tidak


luput dari bahaya baik fisik, ergonomi, biologi,
kimia, psikososial yang dapat mengakibatkan
penyakit maupun kecelakaan.
Pentingnya manajemen resiko
 Manajemen resiko digunakan untuk mencegah
terjadinya kejadian yang tidak diinginkan
(kecelakaan ataupun tertular penyakit).
Program Manajemen Resiko
Untuk memanajemen resiko, direkomendasikan
untuk membuat dan komitmen menjalankan program
manajemen resiko K3, antara lain:
 Pengaturan jadwal shift kerja

 Penambahan stasiun kerja seperti kursi untuk

perawat dalam melakukan kegiatan implementasi


keperawatan sebagai upaya perbaikan dari
kelelahan kerja.
Program Manajemen Resiko cont...
 Penambahan SDM perawat, pelatihan bagi perawat
sosialisasi SPO dan peningkatan pengawasan
sebagai upaya perbaikan dari masalah kurangnya
pengetahuan dan pemahaman perawat terhadap
Standart Prosedur Operasional (SPO).
 Pemberian Reward dan Punishment sebagai upaya
perbaikan dari masalah kurangnya kesadaran
pekerja terhadap penerapan K3 di tempat kerja.
Bagaimana Memahami dan Mengelola Resiko Klinis

 Tahu cara melaporkan Risiko dan bahaya di tempat kerja


 Jaga akurasi dan kelengkapan catatan medis
 Mengetahui kapan dan bagaimana meminta bantuan dari
instruktur, supervisor, dan petugas medis senior
 Terlibat dalam pertemuan yang mendiskusikan
manajemen resiko dan keselamatan pasien
 Tanggapi pasien dan anggota keluarganya secara layak
setelah terjadi kesalahan medis.
 Tanggapi keluhan dengan sesuai.
KASUS BURUKNYA
KOMUNIKASI
 Kasus ini adalah contoh kesalahan umum, dimana
pasien diberi resep antibiotik yang salah justru
diberikan obat anti diabetes, yang menyebabkan
syok hipoglikemik.
KASUS BURUKNYA
KOMUNIKASI
 Seorang pasien meresepkan pasien dengan
antibiotik dan analgesik setelah pencabutan gigi.
Antibiotik yang diresepkan adalah amoksisilin.
Nama obat ditulis dengan buruk pada resep dan
tidak terbaca sehingga apoteker salah memberikan
obat glibenclamide, yang merupakan obat
antidiabetes. Malam itu pasien harus dilarikan ke
ruang gawat darurat untuk pengobatan syok
hipoglikemik. Kasus ini pernah tejadi 1x dalam 1
tahun terakhir.
KASUS BURUKNYA
KOMUNIKASI
 Berikan grading skor pada kasus tersebut?
 Kepada siapa kesalahan itu harus dilaporkan?
 Siapa yang harus melakukan pelaporan?
 Bagaimana seharusnya bentuk investigasi dan
analisis yang anda lakukan?
kasus
 Praktik Manajemen Sistem yang Tidak Sesuai dalam
Operasi Ortopedik
Catatan yang akurat dan dapat dibaca sangat penting
untuk menjaga kesinambungan pelayanan.

Brian dirawat oleh spesialis baru dan petugas medis yang


merawatnya membutuhkan catatan medis dari ahli bedah
ortopedi yang mengoperasi lutut dua tahun sebelumnya.
Ketika catatan medis tersedia, dokter yang merawat Brian
menginformasikan padanya bahwa catatan medisnya
tidak lengkap.
 Catatan yang didokumentasikan sangat kurang dan
tanpa catatan berarti mengenai pembahasan
persetujuan untuk operasi Brian. Ada juga
kesenjangan dalam informasi yang tercatat dalam
laporan operasi dan tidak ada dokumentasi
saran lisan ahli bedah ortopedi tentang risiko dan
komplikasi dari operasi tersebut. Brian kecewa
karena mengetahui ahli bedah tidak menindaklanjuti
ulasan pasca operasi.
 Pertanyaan
- Faktor-faktor apa yang muncul yang
menghasilkan dokumentasi medis yang buruk
dalam operasi pertama Brian?
Kasus
 Pengakuan Keselahan Medis
Kasus ini menunjukkan nilai dari pengungkapan terbuka.

 Frank adalah pasien yang telah dirawat lama dalam


pelayanan kesehatan. Suatu malam, seorang perawat
keliru memberi insulin kepada Frank, meskipun Frank tidak
menderita diabetes. Perawat segera mengakui kesalahan
tersebut dan mengungkapkannya kepada staf lain, dan
kemdian memberitahu Frank dan keluarganya. Manajemen
rumah sakit kemudian mengambil tindakan segera untuk
membantu Frank dan mengatur perpindahan perawatan
Frank ke sebuah rumah sakit di mana dia dirawat dan
diperiksa sebelum dikembalikan ke rumah sakit itu lagi.
 Perawat tersebut dipuji atas tindakannya karena
segera mengungkapkan prosedur insulin yang
salah. Setelah kejadian ini, perawat melakukan
pelatihan lebih lanjut meminimalkan kemungkinan
kesalahan yang sama terjadi di masa depan.
Pertanyaan
Kemungkinan penyebab kesalahan yang tidak jelas. Asumsi
muncul bahwa perawat melakukan atau tidak melakukan sesuatu
yang menyebabkan kesalahan. Dalam kasus semacam ini, penting
untuk menggunakan pendekatan sistem untuk mempelajari lebih
lanjut tentang apa yang sebenarnya terjadi.

- Apa faktor lingkungan dan budaya organisasi


yangditerapkan di mana perawat nyaman dalam
pengungkapan kesalahan pengobatan?
 Manajemen Keluhan yang Tidak Sesuai
Kasus ini menunjukkan pentingnya perhatian tepat waktu
terhadap keluhan.
Alexandra berkonsultasi pada seorang psikolog yang
berpraktik di rumah sakit swasta. Selama konsultasi
pertama dan kedua, psikolog telah melanggar kerahasiaan
pasien dengan membahas rincian pribadi tentang pasien
kepada pihak lain. Alexandra merasa tergganggu dan
memutuskan untuk menyampaikan keluhannya kepada
rumah sakit. Dia melakukan pertemuan dengan perwakilan
rumah sakit tentang keluhannya, termasuk para psikolog.
 Beberapa bulan terlewat tanpa ada tanggapan tertulis
dari rumah sakit yang merinci tindakan yang dijanjikan
akan dilakukan. Dengan bantuan dari Patient Support
Office, Alexandra menghadiri pertemuan dengan CEO dan
wakil kepala eksekutif rumah sakit. Rumah sakit meminta
maaf kepada Alexandra dan membuat komitmen untuk
melakukan pelatihan staf yang sedang berlangsung
terkait manajemen keluhan. Mereka juga mendorong
Alexandra untuk mengajukan keluhan resmi kepada Dewan
Pendaftaran psikolog mengenai perilaku psikolog tersebut.
 Gunakan pendekatan sistem untuk mengidentifikasi
apa yang bisa dilakukan secara berbeda dalam
kasus ini dan apa yang dapat rumah sakit lakukan
untuk membantu mencegah insiden serupa di masa
mendatang.
 Perawat yang Ceroboh
Kasus ini menunjukkan mengapa petugas medis perlu
mengelola kesehatannya dalam melakukan praktik
medis.
Selama operasi, seorang perawat yang ditugaskan untuk
merawat Alan diketahui menggantikan fentanil obat
penghilang rasa sakit dengan air. Perawat ini
menempatkan Alan dalam bahaya fisik karena kebutuhan
perawat tersebut untuk mendapatkan obat yang
memuaskan kecanduan narkobanya.
 Ini bukan pertama kalinya perawat telah mencuri
obat terlarang untuk keperluan pengobatan.
Sejumlah keluhan telah dibuat tentang perawat
tersebut ketika ia bekerja di rumah sakit lain,
termasuk kesalahan profesional, penuruan
kecanduan narkoba dan kurangnya karakter yang
baik, yang menyarankan perawat tidak layak untuk
praktik.
 Pertanyaan
- Langkah-langkah apa yang bisa diambil tenaga medis
untuk membantu perawat yang dalam kesulitan?

- Kebijakan Apa yang harus dilakukan oleh institusi


pelayanan kesehatan harus melindungi pasien dari para
tenaga medis yang kecanduan narkoba atau mengalami
gangguan?
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai