Kintanada Zahira 1930305038
Kintanada Zahira 1930305038
Kintanada Zahira 1930305038
di Indonesia
Pada tahun 1965 kebatinan di larang oleh kejaksaan Agung, sehingga tahun 1971 jumlahnya
menjadi 167 karena aliran kebatinan sering menimbulkan keresahan dimasyarakat dan sering
menimbulkan penodaan pada agama resmi yang diakui pemerintah.
Tahun 1972 jumlah aliran Kepercayaan bertambah 644 aliran. Pada tahun ini diadakan
Perayaan 1 Suro di Istora Senayan disambut oleh Presiden yang mendesak pembangunan
rohani, memisahkan kebatinan dari Agama.
Sebab-sebab timbulnya aliran kebatinan
dan kepercayaan
• Ada sekelompok orang yang mencampur adukan ajaran agama-
agama dengan cara mengambil unsur dan ajaran dan keyakinan
yang paling baik pula.
• Dari sekelompok non-muslim menganggap bahwa agama-agama
itu khusunya Islam, adalah agama impor.
• Bagi mereka yang menganggap bahwa agama-agama itu bukan
asli Indonesia ( Jawa ).
• Sekelompok orang yang ingin memasyhurkan nama, dengan
membuat praktek perdukunan dan perguruan kebatinan.
• Jalan yang sering ditempuh untuk menanggulangi masalah, tidak
lagi mengikuti hukum alam, tetapi lebih suka menggunakan hal-
hal ghaib yang tidak sejalan dengan logika.
Sikap Hubungan antara Agama dan kebudayaan
SIKAP RADIKAL
SIKAP PERPADUAN
1 3
AKOMODASI SIKAP PEMBAHARUAN
2 4
Dalam proses akulturasi, terjadi beberapa
kemungkinan.
Pertama, unsur-unsur agama baru diterima akan tetapi unsur agama lama tidak hilang dan
bercampur dengan unsur agama baru.
Kedua, unsur-unsur agama baru makin menguat dan mendominasi unsur agama lama makin
menghilang.
Ketiga, unsur agama baru bercampur dengan unsur agama lama dan menghasilkan agama
baru yang memiliki ciri tersendiri.
Keempat, unsur agama lama mengalami revival dan menjadi menonjol meskipun
menggunakan juga unsur-unsur agama baru
Science Occulties : Golongan yang Metaphysic : Golongan yang berniat
hendak menggunakan kekuatan gaib mengenal tuhan dan menembus alam
Rahasia “Paransangkaning Dumadi”
Mistik Kebatinan : orang dapat Gerakan Untuk Purifikasi Kebatinan Yang Berdasarkan
membebaskan diri dari Jiwa : memperoleh suatu Ilmu Gaib : tujuannya bersifat
berbagai kekuatan serta kehidupan kerohanian yang mistik, moralis, atau etis dan
pengaruh dunia kebendaan di mantap, tanpa rasa takut dan dipimpin oleh seorang guru
sekitarnya rasa ketidak-pastian
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Munculnya
Aliran Keyakinan dan Kepercayaan di
Indonesia/Nusantara
Aliran kebatinan di mulai ketika BKKI melakukan kongres pertama di Semarang pada 19-21
Agustus 1955 dihasilkan kesepakatan akan definisi kebatinan yaitu; kebatinan adalah sepi
ing pamrih, rame ing gawe, mamayu hayuning bawono.
Kongres BKKI yang kedua di Solo tanggal 7-9 Agustus 1956 dilakukan perubahan definisi
aliran kebatinan menjadi; ”kebatinan adalah sumber asas dan sila ketuhanan yang maha esa,
untuk mencapai budi luhur, guna kesempurnaan hidup”.
Kongres BKKI yang ketiga di Jakarta 17-20 Juli 1958 disepakati bahwa aliran kebatinan
bukanlah klenik sebagaimana yang dituduhkan orang.
Kongres ke empat di Malang pada bulan Juli 1960, Dalam kongres ini dibahas tentang
nisbah antara aliran kebatinan dan agama pada dasarnya sama, hanya titik berat yang
berbeda.
Sejarah Budaya Kebatinan
Tanggal 19 dan 20 Agustus 1955 di Semarang telah diadakan kongres dari berpuluh-
puluh budaya kebatinan yang ada di berbagai daerah di Jawa. Kongres berikutnya yang
diadakan pada tanggal 7 Agustus. Pertemuan itu berhasil mendirikan suatu organisasi
bernama Badan Kongres Kebatinan Indonesia ( BKKI ) pada tahun 1956.
Sebagian kecil dari budaya kebatinan ini biasanya mempunyai anggota tak lebih dari
200 orang namun ada yang beranggotakan lebih dari 1000 orang terorganisasi dalam
cabang-cabang. Dan lima aliran tersebar adalah Hardapusara dari Purworejo, Susila
Budi Darma ( SUBUD ) yang asalnya berkembang di Semarang, Paguyupan Ngesti
Tunggal ( Pangestu ) dari Surakarta, Paguyuban Sumarah dan Sapta dari Yogyakarta.
Macam-Macam Aliran
Kepercayaan Di Indonesia
kebatinan merupakan budaya spiritual dan kepercayaan terhadap tuhan yang maha
esa bukanlah agama
-GBHAN 1978
HUBUNGAN
KEBATINAN DALAM
BEBERAPA ASPEK
K EBATIN AN S E BA GA I
GERAK AN K ER O HA NIA N
Dr. Harun Hadiwijoyo dan Rahmat Subagya serta para kebatinan muncul mengetengahkan ajaran mementingkan
ahli lain mengungkapkan bahwa latar belakang itu adalah kehidupan batin yang mengutamakan faktor rasa, hidup
kondisi sosial yang penuh dengan kegoncangan dalam gotong royong, jujur, kesucian jiwa, dan berusaha
bidang kenegaraan dan kerohanian seperti terjadinya menciptakan keselarasan hidup (diri sendiri, Tuhan,
perubahan sosial, pudarnya nilai-nilai agama resmi, lingkungan) dan keseimbangan hidup.
hancurnya pegangan hidup tradisional.
THEOLOGI/DOKRINAL
Wahyu atau wisit yang dimiliki aliran Manusia bisa bersatu dengan Tuhan, bersatu
kebatinan bisa didapat ketika seseorang dengan Tuhan ketika manusia hidup di
harus merenung atau tapa brata di tempat dunia maupun bersatu dalam arti kembali ke
sepi dan seseorang bisa mengadakan rohani asal muasal setelah matinya
dengan tuhan.
THE OLOGIS
Nama kebatinan lebih dikenal pada tahun “Founding father-mother” paham betul atas
Perkembangan 1950-an sampai dengan tahun 1960-an yang sejarah dan eksistensi masyarakat
muncul dalam berbagai bentuk gerakan atau kepercayaan. Oleh karena itu, di dalam
Aliran Kepercayaan dan
perguruan kebatinan. Pada masa Hindu dan konsitusi UUD 1945 tercantum Pasal 29
Kebatinan
Budha masuk ke Nusantara tidak ada yang dimaksudkan untuk memayungi
konflik agama, begitupun dengan Islam keberadaan kepercayaan terhadap Tuhan
(seperti yang sekarang dianut NU), namun YME. Pada Orde Baru peraturan
ketika paham Agama dibaurkan dengan perundang–undangan memayungi &
politik dan kekuasaan, maka muncul mengakui resmi keberadaan kepercayaan
konflik. Pada jaman Indonesia Merdeka terhadap Tuhan YME & mendapat tempat
kemudian diistilahkan sebaagai kelompok yang setara setiap pasal yang mengatur
aliran-aliran tentan agama, selalu diikuti dengan prasa
kebatinan/kejiwaan/kerohanian. kepercayaan mengikuti bunyi dalam
konsitusi.
BAB III
DASAR HUKUM
ALIRAN
KEPERCAYAAN
DASAR HUKUM ALIRAN KEPERCAYAAN
Negara Republik Indonesia adalah negara yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Mengenai agama, negara berdasar atas
Ketuhanan Yang Maha Esa. Jadi, negara yang penduduknya bhineka tunggal ika
dan berpandangan hidup Pancasila ini mempunyai hak yang sama di dalam
hukum
DASAR
Undang-undang no.39 tahun 1999 tentang hak Undang-Undang No.12 Tahun 2005 Tentang
PERUNDANGAN asasi manusia : Pasal 2, Pasal 3, Pasal 12, Pasal PENGESAHAAN INTERNATIONAL
22, Pasal 55, Pasal 60 ayat 1 COVENAN ON CIVIL AND POLITICAL
Universal declaration of human rights (pasal RIGHTS (KOVENAN INTERNATIONAL
18) : setiap orang berhak atas kebebasan Undang-Undang No.11 Tahun 2005 Tentang TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK)
pikiran, hati nurani dan agama; dalam hal ini PENGESAHAAN INTERNATIONAL : Pasal 18, Pasal 26, Pasal 27
termasuk kebebasan atau berganti agama atau COVENANT ON ECOMOMIC, SOSIAL
kepercayaan, dan kebebasan untuk menyatakan AND CULTURAL RIGHTS (KOVENAN Peraturan Pemerintah No.37 tahun 2007
agama atau kepercayaan dengan cara INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK tentang Pelaksanaan UU No. 23 tahun 2006
mengajarkannya, mempraktekannya, EKNOMI SOSIAL DAN BUDAYA) : Pasal 13 tentang Administrasi Kependudukan.
melaksanakan ibadahnya dan mentaatinya, baik
sendiri maupun bersama-sama dengan orang
lain, dimuka umum maupun sendiri. Undang-Undang No.23 Tahun 2006 Tentang Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Administrasi Kependudukan yang diubah Nomor 77 Tahun 2013 Tentang Pedoman
Peraturan Bersama Menteri (PBM) Menteri menjadi Undang-Undang No.24 Tahun 2013. : Pembinaan Lembaga Kepercayaan terhadap
Dalam Negeri dan Menteri Kebudayaan dan Pasal 8, Pasal 58, Pasal 61 Tuhan Yang Maha Esa
Pariswisata No.43 dan 41 Tahun 2009 tentang
Pedoman Pelayanan Kepada Penghayat Konstitusi undang-undang dasar 1945 : Pasal
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa 28C, Pasal 28 E, Pasal 29
Babak Baru Penghayat Aliran
Kepercayaan di Indonesia • Agama Bali (Hindu Bali atau Hindu Dharma)Agama Hindu
Bali atau Agama Hindu Dharma (Agama Tirtha)
• Aluk Todolo (Tana Toraja)
• Sunda Wiwitan (Kanekes, Banten)
• Agama Djawa Sunda (Kuningan, Jawa Barat)
• Buhun (Jawa Barat)
• Kejawen (Jawa Tengah dan Jawa Timur)
• Parmalim (Sumatera Utara)
• Kaharingan (Kalimantan)
• Tonaas Walian (Minahasa, Sulawesi Utara)
• Islam Tua (Sangihe, Sulawesi Utara)
• Adat Musi (Talaud, Sulawesi Utara)
• Tolottang (Sulawesi Selatan)
• Wetu Telu (Lombok)
• Marapu (Sumba)