Anda di halaman 1dari 11

UNIVERTAS KRISNADWIPAYANA

TEKNIK ARSITEKTUR

TEORI KOTA DAN PERMUKIMAN


TUNTUN RAHAYU. ST. MT

Nama Kelompok :
• Triyas Yuliana (1870121004)
• Setya Pramushinta(1870121040)
• Biiznillah (1870121044)
Kelas : P2K Malam-Semester 5
KLASIFIKASI KOTA BERDASARKAN FUNGSI
PUSAT KEBUDAYAAN
Klasifikasi kota adalah upaya menggolongkan kota atas dasar karakteristik tertentu.

Kota yang berfungsi sebagai Pusat Kebudayaan memiliki potensi budaya yang lebih
dominan dibandingkan dengan potensi yang lainnya. Potensi budaya ini berkaitan dengan
adat/agama serta adanya pusat kerajaan di masa lalu.

Salah satu contoh kota pusat kebudayaan di Indonesia adalah Yogyakarta.

Yogyakarta atau Jogja adalah


sebuah kota beserta merangkap
sebagai Ibukota Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Kota Jogja terletak dipulau jawa
yang berbatasan langsung dengan
provinsi Jawa Tengah dan
berbatasan dengan Samudra Hindia.
YOGYAKARTA : KOTA BUDAYA

Selain sebagai kota budaya, Yogyakarta ternyata dikenal sebagai kota dengan banyak julukan
seperti kota pelajar, kota gudeg, kota wisata, kota batik, kota kraton dan kota seniman.

Yogyakarta dikenal sebagai Kota Budaya. Julukan ini sesuai dengan keunikan kota ini yang
senantiasa memelihara dan menjaga kelestarian budaya khususnya budaya Jawa.
Pelestarian budaya ini tercermin dari berbagai hal seperti berlakunya adat istiadat jawa dalam
pola interaksi masyarakat, bentuk rumah, kerajinan tangan dan sebagainya. Ciri khas yang
paling utama dari kota Yogyakarta adalah adanya Keraton Yogyakarta Hadiningrat .
SEJARAH KOTA YOGYAKARTA
Ada empat keraton di Jawa yang menjadi pusat budaya Jawa, yaitu :

Kasultanan Yogyakarta Pura Pakualaman Kasunanan Surakarta Pura Mangkunegaran

Sebelum kemerdekaan keempat keraton tidak hanya sebagai pusat budaya dan kegiatan
kesastraan tetapi juga sekaligus pusat pemerintahan. Setelah Perang Dunia II (1945) kerajaan-
kerajaan  melebur menjadi republik. Kraton kemudian menjadi objek wisata yang menarik
(Marsono, Ibid: 44).
Wilayah yang sekarang bernama Yogyakarta memiliki berbagai peninggalan atau jejak sejarah
yang dapat dipakai untuk melacak perkembangan dan dinamikanya dalam lintasan waktu yang
cukup panjang. Secara historis Yogyakarta berawal dari sebuah kota istana atau keraton
Ngayogyakarta Hadiningrat yang didirikan dengan membuka hutan (babad alas) Pabringan.
Kraton Yogyakarta dibangun oleh Pangeran Mangkubumi yang kemudian menjadi Sultan
Hamengkubuwana I, pada tahun 1756. Kota Ngayogyakarta berdiri setelah terjadi peristiwa
palihan negari sebagai hasil perjanjian Giyanti (Suryo, 2005: 33 dikutip Hajarini, 2012:1;
Marsono, 2003: 44).
KERATON YOGYAKARTA

Ciri khas yang paling utama dari kota Yogyakarta adalah


adanya Keraton Yogyakarta Hadiningrat. Hampir setiap
kejadian penting yang diselenggarakan oleh Keraton
Yogyakarta dianggap sebagai ritual yang selalu diiringi
dengan pertunjukan seni.

Keraton tak ubahnya sebagai pusat dari kebudayaan yang


ada. Karena di dalam keraton terdapat benda-benda
pusaka yang tidak hanya mempunyai nilai seni yang
tinggi, tetapi juga mempunyai nilai sejarah terkait
perjalanan Keraton ataupun Sultan. Benda-benda pusaka
yang ada di dalam keraton diantaranya berupa senjata dan
peralatan perang, bendera, berbagai kitab kuno, perangkat
alat musik, wayang, kareta, dan tari-tarian.
TAMANSARI

Untuk menghormati jasa istri-istri Sultan karena telah membantu selama masa peperangan,
beliau memerintahkan Demak Tegis seorang Arsitek berkebangsaan Portugis dan Bupati
Madiun sebagai mandor untuk membangun sebuah istana umbul yang terletak 500m selatan
keraton. Istana yang dikelilingi segeran (danau buatan) dengan wewangian dari bunga-bunga
yang sengaja ditanam di pulau buatan di sekitarnya itu sekarang dikenal dengan nama Taman
Sari.

Taman Sari dikatakan sebagai istana air yang digunakan untuk tempat pemandian
permaisuri serta para putri raja pada masanya
Candi Prambanan
Candi Prambanan adalah candi Hindu terbesar
di Indonesia sekaligus salah satu candi yang
terindah di Asia Tenggara. Menurut Prasasti
Siwagrha, candi ini mulai dibangun pada
masa pemerintahan Rakai Pikatan
(pertengahan abad ke-9) dari Kerajaan
Mataram Kuno

Arsitektur bangunan ini berbentuk tinggi dan


ramping sesuai dengan arsitektur Hindu pada
umumnya dengan candi Siwa sebagai candi
utama memiliki ketinggian mencapai 47m.
Prambanan dirancang menyerupai rumah Siwa
yaitu mengikuti bentuk gunung suci Mahameru,
tempat para dewa bersemayam. Relief candi ini
menceritakan tentang kisah Ramayana dan
Krishnayana
SEKATENAN
Sekatenan bisa dikatakan salah satu dari adat budaya Jogja
yang sudah dilakukan selama bertahun-tahun. Mungkin sejak
Islam masuk ke tanah Jawa karena Sekatenan adalah acara
tahunan pesta rakyat yang dilakukan di Keraton
Ngayogyakarta Hadiningrat untuk memperingati hari
kelahiran Nabi Muhammad tanggal 5 Rabiul Awal Kalender
Islam.

Wisata adat paling terkenal dari Sekatenan adalah pasar


malamnya. Anda bisa bertandang ke Alun-Alun Utara
Keraton Jogjakarta. Pasar malam ini berlangsung selama
sebulan sebelum tanggal 5 Rabiul Awal. Puncak dari
Sekatenan adalah Grebeg Maulud.

Pada Grebeg Maulud, akan ada arak-arak yang


membawa beraneka ragam hasil bumi yang
dipanggul. Puncaknya adalah berebut hasil bumi
ini. Barang siapa yang bisa mendapatkan buah,
atau hasil bumi lain, dipercaya bisa mendatangkan
rejeki. Acara budaya Jogja ini sangat unik sehingga
tidak sedikit wisatawan asing yang datang untuk
melihatnya secara langsung.
KARAWITAN

Karawitan merupakan sebuah kesenian tarik suara yang menggunakan gamelan sebagai


instrumennya dan suara manusia yang berlaraskan pelog atau slendro.

Berbeda dengan seni musik kontemporer, seni budaya karawitan di Jogja ini ada pakem-nya. Dan
karawitan dari Jogja pada khususnya memiliki sifat sawiji, sengguh, keras, bulat, patriotik,
semangat dan selalu berapi-api. Ciri khas ini disebabkan oleh faktor sejarah khususnya
perlawanan dengan pemerintah kolonial Belanda.
Upacara Labuhan Labuhan merupakan adat istiadat yang
telah dilakukan sejaka zaman Mataram
Islam abad ke-14. Masyarakat Jogja
meyakini bahwa dengan mengadakan
upacara ini, maka akan tercipta
ketentraman dan kesejahteraan dan
selalu diberikan keselamatan oleh
yang Maha Kuasa.

Meski diselenggarakan oleh Keraton,


upacara ini tetap dimeriahkan oleh
masyarakat secara luas dengan tujuan
bahwa upacara ini tetap lestari.
Adapun inti dari acara ini adalah
melakukan persembahan atau
syukuran di tempat-tempat yang
memiliki nilai sejarah leluhur raja-raja
terdahulu. Doa-doa secara agama
Islam dipanjatkan agar memberikan
keselamatan, kesejahteraan dan
ketentraman bagi masyarakat Jogja
dan Indonesia.
City Of Culture ASEAN
Yogyakarta ditetapkan City of
Culture ASEAN. Predikat itu
diberikan oleh Forum ASEAN
Ministers Responsible on Culture
and Arts (AMCA) ke-8 periode
2018-2020

Keistimewaan Yogyakarta tak semata


dari namanya, melainkan adanya napas
kultural yang kental di daeah ini,
dibanding dengan kota-kota yang lain
di ASEAN

Anda mungkin juga menyukai