Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN

KEPERAWATAN JIWA
“DISTRES SPIRITUAL”
Oleh:
RINI ROSANI
NIM : 180101029
Pengertian :
• Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami
dan mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan
diri, orang lain, seni, musik, literature, alam dan kekuatan yang
lebih besr dari dirinya (Nanda, 2005).
• Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan
dalam prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan seseorang
dan diintegrasikan biologis dan psikososial (Varcarolis, 2000).
• Dengan kata lain kita dapat katakan bahwa distres spiritual
adalah kegagalan individu dalam menemukan arti kehidupannya.
Patofisiologi :
• Patofisiologi distress spiritual tidak bisa dilepaskan dari
stress dan struktur serta fungsi otak.
• Stress adalah realitas kehidupan manusia sehari-hari.
Setiap orang tidak dapat dapat menghindari stres,
namun setiap orang diharpakan melakukan
penyesuaian terhadap perubahan akibat stres.
• Stres akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan
tanda bahaya ke hipotalamus. Hipotalamus kemudian
akan menstimuli saraf simpatis untuk melakukan
perubahan.
• Kegagalan otak untuk melakukan fungsi kompensasi terhadap stresor
akan menyebabkan seseorang mengalami perilaku maladaptif dan
sering dihubungkan dengan munculnya gangguan jiwa
• Gangguan pada dimensi spritual atau distres spritual dapat
dihubungkan dengan timbulnya depresi.
• Tidak diketahui secara pasti bagaimana mekanisme patofisiologi
terjadinya depresi.
• Perilaku ini yang diperkirakan dapat mempengaruhi kemampuan
seseorang dalam memenuhi kebutuhan spiritualnya sehingga terjadi
distres spritiual 
Karakteristik Distres Spritual menurut Nanda (2005)
A. Hubungan dengan diri
1. Ungkapan kekurangan
• Harapan
• Arti dan tujuan hidup
• Perdamaian/ketenangan
• Penerimaan
• Cinta
• Memaafkan diri sendiri
• Keberanian
2. Marah
3. Kesalahan
4. Koping yang buruk
B. Hubungan dengan orang lain
• Menolak berhubungan dengan tokoh agama
• Menolak interaksi dengan tujuan dan keluarga
• Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukung
• Mengungkapkan pengasingan diri
C. Hubungan dengan seni, musik, literatur, dan alam
• Ketidakmampuan untuk mengungkapkan kreativitas
(bernyanyi, mendengarkan musik, menulis)
• Tidak tertarik dengan alam
• Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan
D. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya
• Ketidakmampuan untuk berdo’a
• Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan
• Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan Tuhan
• Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama
• Tiba-tiba berubah praktik agama
• Ketidakmampuan untuk introspeksi
• Mengungkapkan hidup tanpa harpaan, menderita
Penyebab :
Menurut Vacarolis (2000) penyebab distres spiritual adalah
sebagai berikut :
• Pengkajian Fisik ® Abuse
• Pengkajian Psikologis ® Status mental, mungkin adanya depresi,
marah, kecemasan, ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol,
harga diri rendah, dan pemikiran yang bertentangan (Otis-
Green, 2002).
• Pengkajian Sosial Budaya ® dukungan sosial dalam memahami
keyakinan klien (Spencer, 1998).
Pengkajian Spiritual
Salah satu instrumen yang dapat digunakan adalah
Puchalski’s FICA Spritiual History Tool (Pulschalski,
1999) :
• F : Faith atau keyakinan (apa keyakinan saudara?)
Apakah saudara memikirkan diri saudara menjadi
sesorang yang spritual ata religius? Apa yang saudara
pikirkan tentang keyakinan saudara dalam pemberian
makna hidup?
• I : Impotance dan influence. (apakah hal ini penting dalam kehidupan
saudara). Apa pengaruhnya terhadap bagaimana saudara melakukan
perawatan terhadap diri sendiri? Dapatkah keyakinan saudara
mempengaruhi perilaku selama sakit?
• C : Community (Apakah saudara bagian dari sebuah komunitas spiritual
atau religius?) Apakah komunitas tersebut mendukung saudara dan
bagaimana? Apakah ada seseorang didalam kelompok tersebut yang
benar-benar saudara cintai atua begini penting bagi saudara?
• A : Adress bagaimana saudara akan mencintai saya sebagai seorang
perawat, untuk membantu dalam asuhan keperawatan saudara?
Pengkajian aktifitas sehari-hari pasian yang mengkarakteristikan
distres spiritual, mendengarkan berbagai pernyataan penting
seperti :
• Perasaan ketika seseorang gagal
• Perasaan tidak stabil
• Perasaan ketidakmmapuan mengontrol diri
• Pertanyaan tentang makna hidup dan hal-hal penting dalam
kehidupan
• Perasaan hampa
Faktor Predisposisi :
• Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi
kognitif seseorang sehingga akan mengganggu proses
interaksi dimana dalam proses interaksi ini akan terjadi
transfer pengalaman yang pentingbagi perkembangan
spiritual seseorang.
• Faktor frediposisi sosiokultural meliputi usia, gender,
pendidikan, pendapattan, okupasi, posisi sosial, latar belakang
budaya, keyakinan, politik, pengalaman sosial, tingkatan
sosial.
Faktor Presipitasi :
• Kejadian Stresful
Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena
perbedaan tujuan hidup, kehilangan hubungan dengan orang yang
terdekat karena kematian, kegagalan dalam menjalin hubungan baik
dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan dan zat yang maha tinggi.
• Ketegangan Hidup
Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya
distres spiritual adalah ketegangan dalam menjalankan ritual
keagamaan, perbedaan keyakinan dan ketidakmampuan menjalankan
peran spiritual baik dalam keluarga, kelompok maupun komunitas.
Penilaian Terhadap Stressor :
• Respon Kognitif
• Respon Afektif
• Respon Fisiologis
• Respon Sosial
• Respon Perilaku
Sumber Koping :
Menurut Safarino (2002) terdapat lima tipe dasar dukungan sosial bagi
distres spiritual :
• Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan
pada kepentingan orang lain.
• Tipe yang kedua adalah dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi
positif thingking, mendorong atau setuju dengan pendapat orang lain.
• Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu
menyediakan pelayanan langsung yang berkaitan dengan dimensi
spiritual.
• Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu memberikan
nasehat, petunjuk dan umpan balik bagaimana seseorang
harus berperilaku berdasarkan keyakinan spiritualnya.
• Tipe terakhir atau kelima adalah dukungan network
menyediakan dukungan kelompok untuk berbagai tentang
aktifitas spiritual. Taylor, dkk (2003) menambahkan dukungan
apprasial yang membantu seseorang untuk meningkatkan
pemahaman terhadap stresor spiritual dalam mencapai
keterampilan koping yang efektif.
Psikofarmaka :
• Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan
secara tersendiri. Berdasarkan dengan Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ)
di Indonesia III aspek spiritual tidak digolongkan
secara jelas apakah masuk kedalam aksis satu, dua,
tiga, empat atau lima
• Diagnosa :
Distters Spritual
• Intervensi :
Sp. 1-P : Bina hubungan saling percaya dengan pasien, kaji faktor penyebab
distress spiritual pada pasien, bantu pasien mengungkapkan perasaan dan
pikiran terhadap agama yang diyakininya, bantu klien mengembangkan
kemampuan untuk mengatasi perubahan spritual dalam kehidupan.
Sp. 2-P : Fasilitas klien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan klien,
fasilitas klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain,
bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan.
Rencana Keperawatan Distres Spiritual
• Diagnosis Keperawatan : Distres spritual
• TUM :
Klien mampu menyatakan mencapai kenyamanan dari pelaksanaan praktik
spiritual sebelumnnya dan merasa kehidupannya berarti/bermakna
• TUK I :
Setelah dua kali pertemuan Klien dapat membina hubungan saling percaya.
– Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang ada kontak mata,
mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau
duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang 
• TUK 2 :
Setelah satu kali pertemuan klien dapat mengatakan kepada perawat atau
pemimpin spiritual tentang kondlik spiritual dan kegelisahannya
• TUK 3 :
Setelah atau kali pertemuan kali dapat mendiskusikan dengan perawat hal
penting yang memberikan makna dalam kehidupannya dimasa yang lalu.
• TUK 4 :
Setelah tiga kali pertemuan klien dapat mempertahankan
pemikiran dan perasaannya tentang spiritual
Intervensi
• Sp. 1-P :         
1. Bina hubungan saling percaya dengan pasien
2. kaji faktor penyebab distress spiritual pada pasien
3. bantu pasien mengungkapkan perasaan dan
pikiran terhadap agama yang diyakininya
4. bantu klien mengembangkan kemampuan untuk
mengatasi perubahan spritual dalam kehidupan.
• Sp. 2-P :
1. Fasilitas klien dengan alat-alat ibadah sesuai
keyakinan klien,
2. fasilitas klien untuk menjalankan ibadah sendiri
atau dengan orang lain
3. bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan
keagamaan.
Tindakan keperawatan
• Tujauan intervensi keperawatan untuk pasien:
1. Mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat
2. Mamapu mengungkapkan penyebab distres spritual
3. Mampu mengungkapkan perasaan dan fikiran tentang
kyakinannya
4. Mempu mengembangkan kemampuan mengatasi masalah
dan perubahan keyakinannya.
5. Mampu melakukan kegiatan keagamaan
Tindakan keperaawatan untuk pasien distres spiritual
1. Bina hubungan saling percaya dengan pasien
2. Kaji faktor penyebab distres spritual pada pasien
3. Bantu pasien mengungkapkan perasaan dan fikiran tentang keyakinanya
4. Bantu klien mengembangkan keterampilan untuk mengatasi perubahan
spiritul dalam kehidupan
5. fasilitasi pasien dengan alat alat ibadah seseuai agamanya
6. fasilitasi pasien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain
7. bantu passien untuk ikut serta dalam keadaan keagamaan
8. bantu pasien mengevaluasi perasaan setelah melakukan kegiatan keagamaan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai