Anda di halaman 1dari 17

PATOFISIOLOGI KEGANASAN

PADA SISTEM SENSORI DAN


ASUHAN KEPERAWATAN PADA
ANAK RETINOBLASTOMA

NAMA KELOMPOK :
1. Eunike Beta Elnugroho
(01.2.18.00648)
2. Findi Yaqutatul Fatika
(01.2.18.00652)
DEFINISI RETINOBLASTOMA
Retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak
yang mengenai saraf embrionik retina. Kasus ini jarang
terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi secara awal. Rata rata
usia klien saat diagnosis adalah 24 bulan pada kasus
unilateral, 13 bulan pada kasus kasus bilateral. Beberapa
kasus bilateral tampak sebagai kasus unilateral, dan tumor
pada bagian mata yang lain terdeteksi pada saat
pemeriksaan evaluasi. ini menunjukkan pentingnya untuk
memeriksa klien dengan dengan anestesi pada anak anak
dengan retinoblastoma unilateral, khususnya pada usia
dibawah 1 tahun.(Pudjo Hagung Sutaryo, 2006)
ETIOLOGI
Retinoblastoma terjadi secara familiar atau
sporadik. Namun dapat juga diklasifikasikan
menjadi dua subkelompok yag berbeda, yaitu
bilateral atau unilateral dan diturunkan atau tidak
diturunkan. Kanker bisa menyerang salah satu
mata yang bersifat somatic maupun kedua mata
yang merupakan kelainan yang diturunkan secara
autosom dominant. Kanker bisa menyebar ke
kantung mata dan ke otak (melalu saraf
penglihatan/nervus optikus).
Anatomi dan Fisiologi

Indera penglihatan terdiri atas 3 bagian, yaitu :

1. Bola mata (bulbus okuli)


2. Alat penunjang (Adnexa)
3. Rongga Orbita
PATOFISIOLOGI
Longgarnya perlekatan antara epitel pigmen dan
retina menyebabkan keduanya bisa terlepas satu
terhadap yang lain, sehingga cairan bisa
terkumpul diantaranya. Cairan tersebut biasanya
berasal dari bagian badan kaca yang cair yang
dengan bebas melewati lubang di retina menuju
kedalam rongga yang terbentuk karena
terlepasnya epitel pigmen dari retina tersebut
MANIFESTASI KLINIS
Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit lain
dimata. Bila letak tumor dimakula, dapat terlihat gejala awal
strabismus. Massa tumor yang semakin membesar akan
memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda peradangan
di vitreus (Vitreous seeding) yang menyerupai
endoftalmitis. Bila sel-sel tumor terlepas dan masuk ke
segmen anterior mata , akan menyebabkan glaucoma atau
tanda-tanda peradangan berupa hipopion atau hifema.
KLASIFIKASI STADIUM
Menurut Reese-Ellsworth, retino balastoma digolongkan menjadi :
- Golongan I
Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter pupil
- Golongan II
Tumor solid dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator
- Golongan III
Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter
papil
- Golongan IV
Tumor multiple sebagian besar > 10 dd
- Golongan V
Tumor mengenai lebih dari setengah retina
PENATALAKSANAAN
1. Pembedahan
2. External beam radiotherapy (EBRT)
3. Radioterapi plaque
4. Kryo atau fotokoagulasi
5. Modalitas yang lebih baru
6. Kemoterapi
KOMPLIKASI
1) Glaukoma
2) Katarak
3) Kebutaan
4) Antropi Mata
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan
terutama untuk pasien dengan metastase ke luar
misalnya dengan gejala proptosis bola mata.
2. Elektroretino-gram (ERG), berguna untuk menilai
kerusakan luas pada retina.
3. Elektro-okulogram (EOG)
4. Visual  Evoked  Respons  (VER),  berguna  untuk
 mengetahui  adanya  perbedaan rangsangan yang
sampai ke korteks sehingga dapat diketahui adanya
gangguan rangsangan/penglihatan pada seseorang
Asuhan Keperawatan Teoritis
PENGKAJIAN
a. Sejak kapan sakit mata dirasakan
b. Riwayat trauma sebelum atau sesudah ada keluhan
c. Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama
sebelumnya
d. Apakah pasien merasakan adanya perubahan dalam matanya
e. Apakah ada keluhan lain yang menyertai
f. Penyakit mata sebelumnya
g. Penyakit lain yang sedang diderita
h. Riwayat Psikologi
i. Pemeriksaan Fisik Umum
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d proses penyakitnya
(kompresi/dekstruksi jaringan saraf, inflamasi), ditandai
dengan; Keluhan nyeri, Aktivitas kurang (distraksi/perilaku
berhati-hati), Gelisah (respons autonomik), Sering menangis,
Keluhan sakit kepala, Ekspresi meringis
2. Gangguan persepsi sensorik penglihatan b.d gangguan
penerimaan sensori dari organ penerima, ditandai dengan:
Menurunnya ketajaman penglihatan, Mata juling (strabismus),
Mata merah, Bola mata membesar, Tekanan bola mata
meningkat, Refleks pupil berwarna putih (leukokoria)
3. Gangguan rasa aman cemas, b.d : Perubahan status
kesehatan, Adanya nyeri, Kemungkinan/kenyataan kehilangan
penglihatan: Ditandai dengan: Merasa takut, Gelisah, Sering
menangis, Sering bertanya
INTERVENSI
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d proses
penyakitnya
Mandiri:
1. kaji tipe/skala nyeri
2. ajarkan tekhnik non farmakologi
3. berikan posisi yang nyaman
Kolaborasi :
1. pemberiaan analgesic berguna dalam mengetahui tingkat nyeri
meningkatkan relaksasi dalam menghilangkan nyeri
2. Posisi yang nyaman dapat menghindarkan penekanan pada area
luka/nyeri
3. Obat-obatan analgetik akan memblok reseptor nyeri sehingga nyeri
tidat dapat dipersepsikan
2. Gangguan rasa aman cemas b.d peubahan status
kesehatan
Kriteria evaluasi:
- Ansietas berkurang
- monitor intensitas kecemasan
- mencari informasi untuk menurunkan kecemasan
- memanifestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada

Rasional :
1. Sediakan informasi yang sesungguhnya meliputi diagnosis, treatment dan
prognosis
2. tenangkan pasien
3. kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkta kecemasan
4. instruksikan pasien untuk melakukan tekhnik relaksa
5. memberikan informasi pada klien tentang tindakan
6. mengurangi ketegangan pasien
3. Resiko tinggi cedera b.d keterbatasan lapang
pandang
Kriteria evaluasi:
- menyatakan pemahaman factor yang terlibat dalam
kemunginan cidera
- menunjukan perubahan perilaku
- mengubah lingkunagn sesuai indikasi untuk meningkatkan
keamanan
Rasional :
1. batasi aktivitas
2. Anjurkan tekhnik manajemen stres
3. pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi
4. kolaborasi dalam pemberian analgesik
EVALUASI
1. Rasa nyeri pasien berkurang atau hilang
sehingga meningkatkan rasa nyaman.
2. Tidak terjadi infeksi.
3. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dirinya
sesuai dengan kondisinya.
4. Rasa cemas pasien hilang atau berkurang.
5. Pasien dapat mencapai harga diri yang optimal.
6. Tidak terjadi pencederaan diri.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai