Anda di halaman 1dari 14

Parotidektomi Superfisial - Pengalaman Empiris

 Indikasi paling umum untuk operasi parotis adalah


adenoma pleomorfik.
 Prosedur operasi pilihan  parotidektomi superfisial
 Dua hal utama yang harus diperhatikan selama operasi :
 Jaras nervus wajah serta cabangnya harus
diidentifikasi dan dijaga untuk mencegah paralisis
Pendahuluan pada wajah pasca operasi.
 Tumor harus dipotong dengan dengan
memperhatikan jaringan parotis yang sehat untuk
mengurangi risiko kekambuhan.
 Penelitian ini 19 kasus adenoma pleomorfik yang
timbul dari lobus superfisial parotid didiagnosis dan
Pendahuluan ditangani dengan prosedur parotidektomi superfisial
selama periode 30 bulan (Desember 2007 hingga Mei
2010)
Mmempelajari hasil parotidektomi superfisial untuk adenoma pleomorfik

berdasarkan poin-poin berikut:

Tujuan • Komplikasi pembedahan pada periode pasca operasi


Penelitian
• Kekambuhan tumor saat follow-up

• Perbandingan hasil dengan penelitian terdahulu


 Sampel :
 Pasien rawat jalan dengan diagnosis adenoma pleomorfik yang
dikonfirmasi dengan USG dari daerah parotid dan FNAC dari
lokasi pembengkakan.

Metode  Dari 19 kasus, 12 pasien laki-laki dan 7 pasien perempuan

Penelitian dengan usia pasien berkisar antara 28 sampai 53 tahun.

 Waktu Penelitian : Desember 2007 - Mei 2010

 Protokol bedah standar diikuti sesuai dengan panduan yang


dikeluarkan oleh departemen peneliti.
 Setelah melakukan sayatan standar, flap kulit diangkat ke depan hingga batas

anterior otot masseter.

 Dari sisi posterior, kelenjar parotid dipisahkan hingga otot

Prosedur sternocleidomastoid dapat diidentifikasi.

Pembedahan  Dilakukan prosedur diseksi pada bidang yang lebih dalam untuk

memperlihatkan batas atas dari bagian posterior digastric

 Jaras nervus fasialis kemudian ditempatkan secara hati-hati dengan prosedur

diseksi tumpul.
 Setelah mengidentifikasi jaras nervus saraf dan memfiksasi posisi tersebut dalam

pemantauan yang terus menerus, bagian superfisial dari kelenjar bersama dengan tumor

tersebut dibedah secara progresif ke arah depan.

 Akhirnya, setelah massa tumor diangkat, nervus wajah dan cabang-cabangnya dapat

Prosedur terlihat secara jelas terletak di bagian dalam dari kelenjar parotis.

Pembedahan  Luka diirigasi dengan normal saline dan drain karet bergelombang

 Terakhir luka ditutup berlapis-lapis dan perban bertekanan diterapkan.

 Spesimen secara rutin dikirim untuk pemeriksaan histopatologis untuk konfirmasi

diagnosis.
 Paralisis nervus fasialis
 Sebanyak 7 pasien (36,8%) mengalami kelemahan
saraf wajah parsial
 6 kasus (31,5%) bersifat sementara
 1 pasien (5,2%) mengalami paralisis parsial
Hasil Akhir permanen
Operasi
 Sindrom Frey
 Sindroma ini berkembang pada 11 kasus (57,9%)
 9 kasus menunjukkan perbaikan spontan selama 4 -
6 bulan
 2 pasien (10,5%) terus mengeluhkan keluhan
tersebut
 Kekambuhan tumor

 Dari 19 kasus, 4 kasus tidak melakukan follow-up tetapi 15 pasien

lainnya tidak menunjukkan tanda-tanda kekambuhan tumor

Hasil Akhir  Fistula parotis


Operasi
 3 kasus (15,7%) berkembang menjadi tanda & gejala sementara

pada fistula parotis

 Anestesi yang melibatkan bagian bawah pinna dan kulit pra-aurikuler

 Trismus (tidak signifikan)


 Komplikasi utama dari prosedur ini dibahas secara

rinci di bawah ini:


 Paralisis nervus fasialis : Keadaan ini adalah suatu
komplikasi parotidektomi superfisial yang paling
Pembahasan ditakuti dan dapat terjadi karena cedera yang tidak
disengaja.
 Untuk meminimalkan risiko cedera saraf wajah,
dianjurkan penggunaan monitor guna mengamati
keadaan nervus fasialis secara rutin selama operasi.
 Suatu penelitian dengan 63 kasus  kurangnya
monitor pada nervus fasialis tidak dapat dijadikan
sebagai kontraindikasi operasi.
 Sindrom Frey
 Tanda  timbulnya keringat di depan telinga setiap
kali pasien makan Menurut Stell & Maran, komplikasi
ini dapat berkembang hingga 50% kasus setelah
parotidektomi superfisial.
Pembahasan  Hasil peneliti dari 11 kasus (57,9%) yang terjadi cukup
sering dengan observasi yang penelitian lakukan.
Namun, penelitian yang baru baru ini dipublikasi dari
156 kasus melaporkan kejadian yang terjadi hanya
sebesar 4%.
 Kekambuhan tumor

 Tumor harus diangkat dengan memperhatikan

selubung jaringan parotis normal di sekitarnya untuk


Pembahasan
menekan angka kekambuhan menjadi kurang dari 5%

dibandingkan dengan enukleasi sederhana yang telah

ditinggalkan karena tingkat kegagalan jangka panjang

yang tinggi hingga 40%.


 Bedah parotis adalah salah satu contoh prosedurnya.
 Penelitian yang dilakukan oleh departemen peneliti
dalam hubungannya dengan Departemen Bedah Umum
menunjukkan hasil yang baik dengan tingkat komplikasi
Kesimpulan yang masih dapat diterima.
 Namun, periode follow-up tampak tidak memadai untuk
mengidentifikasi kekambuhan tumor dan hanya dapat
dilakukan dalam beberapa tahun kedepan.
 Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai