ADAM
MALIK DAN RS USU MEDAN
OLEH :
NADYATARIO KARIERHASYANDA
PENDAHULUAN
Virus corona adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala
ringan sampai berat. Infeksi Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit
jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus penyebab
perantara hewan), namun terjadi mutasi pada virus yang menyebabkan transmisi antar
manusia. Berdasarkan bukti ilmiah, COVID-19 dapat menular dari manusia ke manusia
melalui kontak erat dan droplet, namun WHO baru-baru ini mengungkapan adanya
kemungkinan transmisi melalui airborne. Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19
antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa
inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-
19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan
bahkan kematian (Cennimo DJ, 2020; Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian
kasus pada 251 negara. Indonesia juga menduduki peringkat ke 24 dengan insidensi
COVID-19 yaitu 88.214 kasus. Sumatera Utara termasuk 10 besar provinsi dengan
kejadian COVID-19 terbanyak yaitu 2.937 kasus (3,4%). Insidensi yang semakin
meningkat menyebabkan mortalitas yang cukup tinggi di dunia yaitu sekitar 4%.
dan penyakit hati kronik juga lebih rentan terhadap infeksi SARS-CoV-2 (Liang W et al.,
2020; Zhang C et al., 2020). Kanker diasosiasikan dengan reaksi imunosupresif, sitokin
yang berlebihan, supresi induksi agen proinflamasi, dan gangguan maturasi sel dendritic
Penderita kanker mengalami stress baik secara psikis maupun fisik, karena
penyakit atau proses pengobatan yang dijalani. Salah satu pengobatan kanker adalah
efek samping yang tidak menyenangkan yang menimbulkan stress metabolik. Pada
kondisi stress metabolik akan terjadi penurunan respons sistem imun. Adanya stress
pada penderita kanker akan memberikan efek negatif pada sistem imun (American Cancer
Society, 2011). Hal ini dapat meningkatkan risiko pasien terhadap COVID-19.
Hipotesis bahwa pasien kanker mungkin rentan terhadap infeksi selama epidemi
virus akibat dari penurunan status kekebalan tubuh, yang mungkin disebabkan oleh
pasien kanker diterbitkan pada 14 Februari 2020 sebanyak 18 pasien dengan riwayat
dirawat secara intensif (ICU) dan / atau mengalami mortalitas (Liang W, 2020).
Perburukan infeksi, prognosis yang lebih buruk, jumlah rawatan ICU yang lebih tinggi,
kebutuhan terhadap ventilasi mekanik dan mortalitas yang lebih tinggi didapatkan pada
kelompok pasien Kanker apabila mengalami COVID-19 (Guan WJ, Ni ZY, Hu Y, et al,
pasien kanker dari episentrum epidemi virus memiliki risiko lebih tinggi terinfeksi
SARS-CoV-2 (OR = 2,31, 95% CI = 1,89-3,02) bila dibandingkan dengan pasien tanpa
kanker. Meskipun demikian, hanya kurang dari setengah pasien yang terinfeksi COVID-
19 yang menjalani perawatan aktif untuk kanker yang diderita (Jing Yu, 2020). Pasien
dengan leukimia, kanker paru dan kanker sekunder dijumpai prognosis COVID-19 yang
lebih buruk (Jing Yu, 2020). Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa tingkat
kematian COVID-19 pada pasien dengan kanker payudara lebih tergantung pada
komorbiditas daripada adanya riwayat terapi radiasi atau kemoterapi (Vuagnat et al,
2020).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, pertanyaan penelitian ini
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ko-insidensi kanker pada pasien
Sebagai data ilmiah mengenai kasus-kasus COVID-19 pada pasien kanker yang
Data yang diperoleh dari penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk