Pengaruh Penggunaan Pampers dan Lama Pemakaian Terhadap Kejadian Fimosis Pada
Anak Di Medan
Oleh: dr. Yolanda Rahayu M. Simamora
NIM : 207041006
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS
DEPARTEMEN ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fimosis adalah suatu kelainan dimana prepusium penis yang tidak dapat diretraksi (ditarik) ke proksimal sampai ke korona glans. Prepusium penis merupakan lipatan kulit yang menutupi glans penis. Normalnya, kulit prepusium selalu melekat erat pada glans penis dan tidak dapat ditarik ke belakang pada saat lahir, namun seiring bertambahnya usia dan pertumbuhan terjadi proses keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi antara glans penis dan lapis bagian dalam prepusium sehingga akhirnya kulit prepusium terpisah dari glans penis. Insidensi fimosis sebesar 8% pada anak usia 6-7 tahun, 1% pada anak usia 16-18 tahun. Penelitian di Cina tahun 2016 menyebutkan fimosis paling banyak ditemukan pada usia 3 sampai 6 tahun. Beberapa penelitian mengatakan kejadian fimosis saat lahir hanya 4% bayi yang prepusiumnya sudah bisa ditarik mundur sepenuhnya sehingga kepala penis terlihat utuh. Secara perlahan, deskuamasi menyebabkan perlekatan berkurang. Sampai usia 1 tahun masih 50% yang belum bisa ditarik penuh. Kondisi fimosis permanen dapat mengakibatkan kondisi peradangan dimana mengakibatkan nyeri, gangguan disfungsi seksual, dan meningkatkan resiko kanker penis. Penanganan fimosis sampai saat ini masih dengan cara sirkumsisi (Daryanto, 2016). Prevalensi fimosis semakin lama semakin meningkat tiap tahunnya. Penyebab pastinya belum jelas, tapi erat dikaitkan dengan pemakaian pempers. Pempers sekali pakai aman digunakan asal pemakaiannya sering diganti, tidak muncul keluhan yang membuat bayi menjadi rewel. Ibu perlu mengganti pempers bayi dengan teratur dan sering. Pempers yang basah dan kotor tidak dibiarkan berlama-lama. Salah satu efek samping pemakaian popok sekali pakai adalah fimosis. Hubungan antara fimosis dan pemakaian pempers diduga memiliki keterkaitan apabila sejak pemakaian pempers awal timbul menimbulkan infeksi pada kulit depan penis anak. Berdasarkan latar belakang ini, penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut apakah terdapat hubungan antara kejadian fimosis dengan pemakaian pempers pada anak di Medan (Daryanto, 2016).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan bahwa bagaimana hubungan kejadian fimosis dengan pemakaian pampers pada anak di Medan.
1.3 Hipotesis Penelitian
Terdapat hubungan kejadian fimosis dengan pemakaian pampers pada anak di Medan.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kejadian fimosis dengan pemakaian pampers pada anak di Medan. 1.4.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui insidensi dan faktor risiko kejadian fimosis dan faktor resiko fimosis pada anak di Medan. 2. Mengetahui peran dan pengaruh pampers terhadap angka kejadian fimosis pada anak di Medan. 3. Mengetahui peran kandungan urin terhadap kejadian fimosis pada anak di Medan.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : 1. Bagi masyarakat, diharapkan dapat memberikan edukasi kepada masyarakat tentang cara dan dampak negatif pemakaian pempers yang ditimbulkan sehingga masyarakat dapat melakukan tindakan pencegahan sebelum terjadinya fimosis. 2. Bagi peneliti, diharapkan dapat memberikan data bagi peneliti selanjutnya untuk pengembangan penelitian terkait fimosis anak. 3. Bagi Departemen Bedah Divisi Bedah Anak di RSUP H. Adam Malik Medan, diharapkan dapat mengurangi tingkat kejadian fimosis pada anak di Medan.