atopic dermatitis
Umumnya, pasien dapat mengendalikan kondisi dengan obat topikal dan perawatan kulit lain.
Namun, terdapat beberapa pasien dengan kondisi yang resisten terhadap metode ini. Oleh
karena itu, diperlukan diagnosa yang tepat, serta mempertimbangkan akan adanya diagnosa
diferensial.
Patogenesis
Multifaktor: interaksi faktor internal & eksternal
Faktor internal
• Gen (multigen, Faktor eksternal
poligen) (lingkungan)
• Hipersensitivitas • Alergen
• Kerusakan • Lingkungan
sawar kulit • dst.
GENETIK
Atopi pada orangtua
Kromosom terkait (1q21 & 17q25) masih pradoksal karena psoriasis juga terkait dengan
penyakit atopi lainnya
Peran kromosom 5q31-33 (gen sitokin Th2)
Seramid /-
Variasi pH gangguan
lipid kulit
Kulit kering
Efek samping yang paling umum dilaporkan adalah sakit kepala, peningkatan kolesterol
serum dan trigliserida, serta penurunan pada hormon perangsang tiroid. Karena semua
retinoid adalah teratogenic, alitretinoid tidak diindikasikan untuk wanita hamil dan
pengobatan bagi wanita pada usia kehamilan perlu dihindari, atau diberikan dengan
kontrasepsi yang ketat.
Immunoglobulin intravena
Dikarenakan potensi immunomodulatorynya, immunoglobulin intravena (IVIg) telah
digunakan untuk mengobati autoimmune parah dan penyakit kulit berupa peradangan,
termasuk AD yang parah. Observasi pertama pada peningkatan gejala AD kulit
ditemukan pada pasien yang diobati menggunakan gamma-globulins intravena untuk
penyakit Kawasaki atau idiopathic thrombocytopenic purpura yang disertai dengan AD.
Manfaat dari terapi IVIg pada pasien pengidap AD yang parah telah didiskusikan
kontroversinya, dimana sebagian lapooran menunjukkan sedikit atau tidak adanya
peningkatan pada pasien. IVIg telah digunakan pada pasien anak pengidap AD parah (3
siklus dengan 2 g/kg IVIg per bulan), dengan hasil yang menunjukkan penurunan
signifikan pada aktivitas penyakit dan penanda peradangan.
Interferon-gamma
Pengobatan dengan interferon (rIFN)-gamma rekombinan menjurus pada normalisasi
dari ketimpangan cytokine pada AD dengan mengurangi IL-4 dan IL-6.
Dampak negatif utama yang dilaporkan berupa gejala menyerupai flu.
Walau disebutkann dalam beberapa ulasan dan panduan, terapi interferon (rIFN)-gamma
menjadi semakin tidak penting, dimana hal ini kemungkinan disebabkan adanya obat-
obatan alternatif dengan profil manfaat-risiko yang lebih baik.
Biologics
Biologics telah digunakan secara umum dalam bidang dermatologi, terutama untuk pengobatan
psoriasis dan penyakit autoimmune. Sejauh ini, tidak ada biologics yang tersedia yang telah
disetujui untuk digunakan dalam terapi AD. Beberapa biologics yang memiliki potensi untuk
menyasar cytokine atau mediator yang diketahui berperan dalam patogenesis AD telah digunakan
pada pasien secara individu dan uji klinis skala kecil.
Sejauh ini, uji acak atas immunoabsorption belum ada, sehingga efek jangka panjangnya
belum diketahui.
Imunoterapi allergen spesifik
Walau imunoterapi allergen spesifik (ASIT) telah umum digunakan untuk penyakit atopik lain,
seperti allergic rhinitis dan asma, jumlah studi ASIT terkait AD sangatlah terbatas. ASIT
umumnya telah diamati pada pasien pengidap AD yang sensitif terhadap tungau debu rumah
dan serbuk sari pohon birch. Aplikasi bawah kulit dan lidah telah diterapkan.
Setelah 1 tahun penggunaan ASIT untuk tungau debu rumah, ditemukan penurunan tingkat
keparahan AD dan penggunaan kortikosteroid topikal konkomitan yang bergantung pada dosis.
Penggunaan ASIT dengan ekstrak serbuk sari pohon birch selama 12 minggu menunjukkan
reaksi pada kulit yang signifikan serta peningkatan kualitas hidup pasien walaupun pasien
mengalami paparan yang tinggi terhadap serbuk sari pohon birch.
Walau demikian, data yang ada saat ini belum mengizinkan rekomendasi penggunaan ASIT
secara luas.
Pengobatan Antimikrobial: Antibiotik
Lapisan pelindung kulit yang tidak sempurna memberikan peluang kolonisasi mikrobial,
baik pada kulit dengan lesi maupun tidak. Sebagai contoh, Staphylococcus aureus
ditemukan pada 90% pasien pengidap AD. S. aureus dapat memicu memburuknya lesi
serta mempersulit penyembuhan lesi pada pasien AD dengan melepaskan toksin yang
berfungsi sebagai superantigen dan memicu aktivasi sel T secara ekstensif.
Ketoconazole sistemik telah terbukti efektif dalam mengobati dermatitis atopik dengan
hipersensitivitas yang dimediasi IgE terhadap ragi. Namun, pada kasus AD yang dipicu
oleh ragi, terutama pada bagian kepala dan leher, terapi antimikotik topikal tampak
mencukupi, sebagaimana ditunjukkan oleh krim ciclopiroxolamine.
Pengobatan Antimikrobial: Vitamin D
Kekurangan vitamin D telah diasosiasikan dengan peningkatan risiko untuk terjangkit penyakit
atopik, termasuk AD. Vitamin D menunjukkan pengaruh atas sistem imun adaptif dan bawaan,
sehingga tingkat vitamin D yang rendah dapat mempengaruhi fitur utama dari AD, seperti
gagalnya lapisan pelindung kulit dan radang kulit akut. Vitamin D merangsang ekspresi peptide
antimikrobial dengan sel endothelial; menghambat aktivasi sel dendrit, kemunculan antigen, dan
produksi cytokine; dan mendukung macrophage dalam melindungi infeksi oportunistik.
Hasil dari status dan efek terapeutik dari pemberian vitamin D merupakan hasil yang
kontroversial. Studi terbaru menunjukkan kesamaan tingkat vitamin D dalam darah antara pasien
AD dan kontrol dengan usia serta kelamin yang sama, dan adanya korelasi terbalik antara eksim
dan vitamin D pada pasien anak.
Namun, pasien AD dengan tingkat 25 (OH) D3 yang sangat rendah (4 dan 15 ng/ml) merasakan
peningkatan dari pemberian vitamin D selama 3 bulan, sebagaimana dinilai dengan penurunan
signifikan dari SCORAD subjektif dan objektif.
Kesimpulan
Pengendalian dari beberapa AD menengah-serius (SCORAD 18-40) yang memiliki
resistensi terhadap pengobatan topikal dan AD yang parah (SCORAD >40) memerlukan
pemberian obat yang sistemik. Sayangnya, selain cyclosporine, yang penggunaannya
hanya disetujui di beberapa negara Eropa untuk indikasi ini, belum ada
immunosuppressive atau immunomodulatory sistemik yang disarankan untuk digunakan
dalam panduan nasional dan internasional yang telah disetujui penggunaannya.
Mengingat beban sosioekonomi yang substansial dari AD, adanya kebutuhan medis yang
perlu dijawab oleh industri farmasi sangatlah nyata.
TERIMA KASIH