Anda di halaman 1dari 30

Trakeostomi

Nico Yordanius
PPDS Sp-1 Ilmu Bedah Stase Bedah Onkologi
Mei – Juni 2020
Sejarah Trakeostomi
Trakeostomi adalah salah satu prosedur pembedahan tertua
(mesir 3600 SM )
2000 SM: Reg Veda mendeskripsikan tentang tracheostomy

600 : Susruta Samhita Tracheostomy adalah prosedure bedah yang rutin


dikerjakan di india
1805: Viq d'Azur mendeskripsikan cricothyrotomy.
1833: Trousseau melaporkan 200 kasus diphtheria dengan tracheostomy.

1909: Chevalier Jackson merangkum indikasi dan teknik dari


tracheostomy modern serta mengingatkan complikasi dari high
tracheostomy (cricothyrotomy).
1932: Wilson advokasi prophylactic tracheostomy pada poliomyelitis.
Definisi
Berasal dari bahasa latin “trachea” dan “tomein” (membuat pintu masuk).

Trakheostomi adalah prosedur dimana dibuat lubang kedalam trakea.


(Smeltzer & Bare, 2002).

Trakheostomi adalah insisi operasi dimana memasukkan selang ke dalam


trakea agar pasien dapat bernafas dengan lebih mudah dan mengeluarkan
sekretnya. ( Putriardhita, C, 2008).

Trakheostomi  tindakan pembukaan dinding anterior leher


guna mencapai trakea sebagai jalan pintas untuk bernafas
yang bersifat sementara
Fungsi trakeostomi

Pada operasi bedah


Mengurangi tahanan kepala leher,
Proteksi terhadap
aliran udara sehingga
aspirasi
pernafasan memudahkan akses
dan fasilitas ventilasi

Memungkinkan
Memungkinkan jalan
pemberian obat-
masuk langsung ke
obatan dan
trakea untuk
humidifikasi ke
pembersihan
traktus respiratorius.
Anatomi

00
ANATOMI

00
ANATOMI

00
INDIKASI
1. Intubasi yang lama.
2. Fasilitasi dari ventilasi pendukung.
3. Kebersihan saluran nafas yang lebih efisien.
4. Obstruksi saluran nafas atas yang diikuti dengan :
• Stridor, retraksi
• Sleep apneu yang obstruksi disertai adanya desaturasi arteri
• Paralisis pita suara bilateral
5. Ketidakmampuan untuk intubasi.
6. Tambahan untuk penatalaksanaan operasi kepala dan leher/
pentalaksanaan trauma.
7. Proteksi jalan nafas (penyakit neurologi, cedera kepala karena trauma).
KONTRAINDIKASI (relative)

1Gangguan koagulasi.
2. Leher pendek.
3. Obesitas.
4. Pembesaran kelenjar tiroid dan ismus.
5. Ketidakmampuan untuk mengembangkan leher.
6. Adanya pembuluh darah yang pulsatile di lokasi pemasangan.
7. Keganasan pada daerah pemasangan tracheostomy.
8. Riwayat operasi tulang cervical atau Tracheostomy.
9. Memerlukan dukungan ventilasi yang tinggi (FiO2 > 70%,
PEEP > 10 cm H2O)
Klasifikasi
• Menurut letak insisinya
• Trakeostomi letak atas
• Trakeostomi letak bawah
• Menurut waktu dilakukannya tindakan
• trakeostomi darurat
• trakeostomi elektif
• Menurut lamanya pemasangan
• Tracheal stoma post laryngectomy
• Tracheal stoma without laryngectomy
Ukuran dari tuba trakea yang dipakai
bergantung dari kelompok usia dan berat
badan pasien :
Indikasi jenis tube trakeostomi
JENIS INDIKASI

Tuba dengan kaf dan kanula disposable

Digunakan untuk membuat ventilasi


sirkuit tertutup

Tuba dengan kaf dan kanula reusable

Digunakan untuk membuat ventilasi


sirkuit tertutup
JENIS INDIKASI

Tuba tanpa kaf dengan kanula disposable

Digunakan untuk pasien dengan masalah


trakea & untuk pasien yang siap dilakukan
dekanulasi

Tuba tanpa kaf dengan kanula reusable

Digunakan untuk pasien dengan masalah


trakea & untuk pasien yang siap dilakukan
dekanulasi

Tuba berfenestra dengan kaf

Digunakan bagi pasien dengan ventilator


yang tidak mampu berbicara melalui
speaking valve
JENIS INDIKASI

Tuba berfenestra tanpa kaf

Digunakan bagi pasien dengan ventilator


yang tidak mampu berbicara melalui
speaking valve

Tuba trakeostomi metal

Sudah jarang digunakan


Pre Operative

Informed consent a explain about:


• Operating procedures
• Loss of voices when tracheostomy canule still in the trachea
• Complication of operation

Should be done in the operating theatre as much as possible

Adequate lightning

One assistant required

Tracheostomy set
TEKNIK TRAKEOSTOMI

1. Trakeostomi dilakukan dengan pasien dalam posisi


tidur telentang (supinasi), bahu diganjal
2. Kulit daerah leher dibersihkan secara aseptik dan
antiseptik dan ditutup dengan kain steril
3. Anestesi lokal infiltrasi kulit (dipertengahan cricoid
dengan fosa suprasternal)
4. Insisi kulit dapat vertical digaris
tengah leher mulai di bawah cricoid
sampai fosa suprasternal . Sayatan
jangan terlalu sempit, dibuat kira-kira 5
cm
TEKNIK TRAKEOSTOMI

5. Dengan gunting panjang tumpul kulit serta jaringan


di bawahnya dipisahkan lapis demi lapis dan ditarik
ke lateral dengan pengait tumpul.

6. Pembuluh darah vena jugularis anterior yang tampak


ditarik ke lateral. Isthmus thyroid yang ditemukan
ditarik ke atas supaya cincin trakea jelas terlihat
TEKNIK TRAKEOSTOMI

7. Dengan gunting panjang tumpul kulit serta


jaringan di bawahnya dipisahkan lapis demi
lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait
tumpul.
Letak kanul
• Penilaian radiologi setelah
pemasangan tracheostomy masih
jadi perdebatan.
• Pemeriksaan x-ray setelah
tracheostomy tidak diperlukan
kecuali ada indikasi klinis.
• Pemeriksaan x-ray digunakan
untuk menilai komplikasi dari
pemasangan tracheostomy. Selain
itu pemeriksaan x-ray dapat
digunakan untuk menilai posisi
dari pipa tracheostomy. Posisi
pipa tracheostomy¬ berlokasi 6
cm diatas carina, diperkirakan
setengah jarak antara bagian atas
tabung dan carina
Perawatan trakeostomi
• Humidifikasi.
• Fiksasi harus aman dan ganti setiap hari.
• Bersihkan luka setiap 6 jam atau sesering yang diperlukan.
• Penghisapan trakeobronkial dilakukan dengan mengindahkan kaidah
antisepsis.
• Gunakan kateter dan sarung tangan steril.
• Pipa dipertahankan selama 7 hari setelah itu ganti setiap 4 hari. Bila
digunakan pipa metal, pipa bagian dalam dapat sering diganti tanpa
mengganti pipa utama.
• Kultur luka dan sputum harus diperiksa.
Dekanulasi
Pipa trakeostomi jangan dibiarkan lebih lama dari waktu
yang diperlukan, terutama pada anak. Harus diangkat
secepat mungkin untuk menghindari terjadinya
trakeobronkitis, ulserasi trakea, stenosis trakea,
trakeomalasia dan fistula trakeokutan menetap.

Kemudian pipa ditutup dan dinilai apakah jalan napas


adekuat, kemampuan menelan dan mengeluarkan sekret.
Jika pipa dapat ditutup selama 8 sampai 12 jam.
Komplikasi

•  Intra operative • Early post- • LATE POST-


OPERATIVE
a. Perdarahan operative A. PERDARAHAN
b. Cedera trakea a. Emfisema B. PEMBENTUKAN
dan laring GRANULOMA
subkutan C. FISTEL TRAKEO-
c. Cedera struktur b. Pneumotoraks ESOFAGUS
paratrakea c. Nekrosis trakea D. DEKANULASI
d. Emboli udara YANG SULIT
d. Infeksi luka E. FISTEL
e. Henti nafas e. Perdarahan TRAKEOKUTAN
f. Henti jantung sekunder F. STENOSIS
LARINGOTRAKEA
f. Masalah menelan G. JARINGAN PARUT
TRACHEOSTOMY
Komplikasi trakeostomi

Keterangan Gambar :
A. Trakea tertekuk ke depan
B. Tukak dinding depan trakea karena ukuran kanul terlalu besar
C. Emfisema subkutis karena dislokasi kanul
D. Tukak karina karena kateter isap
E. Manset ditiup terlalu kuat sehingga menyebabkan penutupan kanul
F. Manset kanul terlepas di trakea
G. Nekrosis cincin trakea karena manset ditiup terlalu kuat
H. Cedera dinding belakang (hati – hati fistel trakeo-esofagus)
Keuntungan dan Kerugian Trakeostomi

Keuntungan Kerugian
• Mengurangi terjadinya dead • Filtrasi udara tidak sempurna
space pada cabang • Humidifikasi kurang
trakeobronkial sempurna
• Cabang bronkial lebih • Sering menimbulkan
mudah diaspirasi jaringan parut di leher
• Penderita lebih bebas
bernapas
Indikasi pelepasan trakeostomi

• Pasien mampu bernafas dengan nyaman dengan trakeostomi


yang sudah ditutup.
• Analisis tekanan gas arteri normal.
• Kemampuan pasien untuk batuk dan mengeluarkan sekresi
semakin meningkat
MATUR SUKSMA

Anda mungkin juga menyukai