Anda di halaman 1dari 64

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

ASSALAMU’ALAIKUM…
KEPERAWATAN ANAK
PNEUMONIA BP, DIARE, DHF PADA
ANAK
KELAS 2A
KELOMPOK 7
1. ARSYTUL MUNAWWARAH (193110127)
2. GUSTIA ANGGUN RIZOVI (193110134)
3. MUTIARA PUTRI SARI (193110141)
4. RAYHAN ADRA GUTAMA (193110148)
5. SUCI ANGELINA MIRZA (193110155)
PNEUMONIA
1. Definisi
Pneumonia adalah keradangan pada parenkim paru yang
terjadi pada masa anak-anak dan sering terjadi pada masa
bayi (Hidayat, 2006). Pneumonia pada anak merupakan
masalah yang umum dan menjadi penyebab utama
morbiditas dan mortalitas di dunia (Gessman, 2009).
Pneumonia adalah peradangan parenkim paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus,
jamur, parasite. pneumonia juga disebabkan oleh bahan
kimia dan paparan fisik seperti suhu atau radiasi.
(Djojodibroto, 2014).
2. klasifikasi
Hariadi (2010) membuat klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan epidemilogi
serta letak anatomi.
a.Klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan b.Klasifikasi pneumonia berdasarkan letak
epidemiologi anatomi
1)Pneumonia Komunitas (PK) adalah 1)Pneumonia lobaris
pneumonia infeksius pada seseorang yang
tidak menjalani rawat inap di rumah sakit. Pneumonia lobaris melibatkan seluruh
2)Pneumonia Nosokomial (PN) adalah atau satu bagian besar dari satu atau lebih
pneumonia yang diperoleh selama perawatan lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka
di rumah sakit atau sesudahnya karena dikenal sebagai pneumonia bilateral atau
penyakit lain atau prosedur. “ganda”.
3)Pneumonia aspirasi disebabkan oleh aspirasi 2)Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
oral atau bahan dari lambung, baik ketika
Bronkopneumonia terjadi pada ujung akhir
makan atau setelah muntah. Hasil inflamasi
pada paru bukan merupakan infeksi tetapi bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat
dapat menjadi infeksi karena bahan teraspirasi mukopurulen untuk membentuk bercak
mungkin mengandung bakteri aerobic atau konsolidasi dalam lobus yang berada
penyebab lain dari pneumonia. didekatnya.
4)Pneumonia pada penderita 3)Pneumonia interstisial
immunocompromised adalah pneumonia yang
Proses implamasi yang terjadi di dalam
terjadi pada penderita yang mempunyai daya
tahan tubuh lemah. dinding alveolar (interstisium) dan jaringan
peribronkial serta interlobular (Wong,
2004).
3. Etiologi
Menutut Padila (2013) etiologi pneumonia:
1. Bakteri
Pneumonia bakteri didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram positif
seperti: Streptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis.
Bakteri gram negative seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia
dan P. Aeruginosa
2.Virus
Disebabkan virus influenza yang menyebar melalui droplet. Penyebab utama
pneumonia virus ini yaitu Cytomegalovirus.
3.Jamur
Disebabkan oleh jamur hitoplasma yang menyebar melalui udara yang
mengandung spora dan ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
4.Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
pada pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2013). Penyebaran
infeksi melalui droplet dan disebabkan oleh streptococcus pneumonia,
melalui selang infus yaitu stapilococcus aureus dan pemakaian ventilator oleh
P. Aeruginosa dan enterobacter. Dan bisa terjadi karena kekebalan tubuh dan
juga mempunyai riwayat penyakit kronis.
4. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis beragam, tergantung pada organisme penyebab dan penyakit
pasien Brunner & Suddarth (2011).
1. Menggigil mendadak dan dengan cepat berlanjut menjadi demam (38,5 o C sampai 40,5 o
C).
2. Nyeri dada pleuritik yang semakin berat ketika bernapas dan batuk.
3. Pasien yang sakit parah mengalami takipnea berat (25 sampai 45 kali pernapasan/menit)
dan dyspnea, prtopnea ketika disangga.
4. Nadi cepat dan memantul, dapat meningkat 10 kali/menit per satu derajat peningkatan
suhu tubuh (Celcius).
5. Bradikardi relativ untuk tingginya demam menunjukkan infeksi virus, infeksi mikroplasma,
atau infeksi organisme Legionella.
6. Tanda lain : infeksi saluran napas atas, sakit kepala, demam derajat rendah, nyeri
pleuritik, myalgia, ruam faringitis, setelah beberapa hari, sputum mucoid atau
mukopurulen dikeluarkan.
7. Pneumonia berat : pipi memerah, bibi dan bantalan kuku menunjukkan sianosis sentral.
8. Sputum purulent, bewarna seperti katar, bercampur darah, kental, atau hijau, bergantung
pada agen penyebab.
9. Nafsu makan buruk, dan pasien mengalami diaphoresis dan mudah lelah.
10. Tanda dan gejala pneumonia dapat juga bergantung pada kondisi utama pasien (misal,
yang menjalani terapi imunosupresan, yang menurunkan resistensi terhadap infeksi.
Manifestasi klinik pneumonia berdasarkan
World Health Organization (WHO) (2005)
yaitu batuk dan/atau kesulitan bernapas b.Suara merintih pada bayi
ditambah minimal salah satu hal berikut ini
c.Pada auskultasi terdengar :
yaitu :
a.Kepala terangguk-angguk 1)Crackles (ronki)
b.Pernapasan cuping hidung 2)Suara pernapasan menurun
c.Tarikan dinding dada bagian bawah ke 3)Suara pernapasan bronkial
dalam
d.Foto dada menunjukkan gambaran Dalam keadaan yang sangat berat
pneumonia
dapat dijumpai :
a.Tidak dapat minum/makan atau
Selain itu terdapat juga tanda berikut ini :
memuntahkan semuanya
a.Nafas cepat
b.Kejang, letargis atau tidak sadar
1)Anak umur < 2 bulan : ≥ 60 kali/menit
2)Anak umur 2 – 11 bulan : ≥ 50 c.Sianosis
kali/menit d.Distress pernapasan berat
3)Anak umur 1 – 5 tahun : ≥ 40
kali/menit
4)Anak umur ≥ 5 tahun : ≥ 30 kali/menit
5.Patofisiologi
Menurut pendapat Sujono & Sukarmin (2009), kuman masuk kedalam jaringan paru-paru
melalui saluran nafas bagian atas menuju ke bronkhiolus dan alveolus. Setelah Bakteri masuk
dapat menimbulkan reaksi peradangan dan menghasilkan cairan edema yang kaya protein.
Kuman pneumokokusus dapat meluas dari alveoli ke seluruh segmen atau lobus. Eritrosit
dan leukosit mengalami peningkatan, sehingga Alveoli penuh dengan cairan edema yang berisi
eritrosit, fibrin dan leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi melebar, paru menjadi tidak berisi
udara. Pada tingkat lebih lanjut, aliran darah menurun sehingga alveoli penuh dengan leukosit
dan eritrosit menjadi sedikit.
Setelah itu paru tampak berwarna abu-abu kekuningan. Perlahan sel darah merah yang
akan masuk ke alveoli menjadi mati dan terdapat eksudat pada alveolus Sehingga membran dari
alveolus akan mengalami kerusakan yang dapat mengakibatkan gangguan proses difusi osmosis
oksigen dan berdampak pada penurunan jumlah oksigen yang dibawa oleh darah.
Secara klinis penderita mengalami pucat sampai sianosis. Terdapatnya cairan purulent pada
alveolus menyebabkan peningkatan tekanan pada paru, dan dapat menurunan kemampuan
mengambil oksigen dari luar serta mengakibatkan berkurangnya kapasitas paru. Sehingga
penderita akan menggunakan otot bantu pernafasan yang dapat menimbulkan retraksi dada.
Secara hematogen maupun lewat penyebaran sel, mikroorganisme yang ada di paru akan
menyebar ke bronkus sehingga terjadi fase peradangan lumen bronkus. Hal ini mengakibatkan
terjadinya peningkan produksi mukosa dan peningkatan gerakan silia sehingga timbul reflek
batuk.
a.Untuk bakteri Streptococcus pneumonia
Dengan pemberian vaksin dan antibotik. Ada dua vaksin
6. Penatalaksanaan
yaitu pneumococcal conjugate vaccine yaitu vaksin
imunisasi bayi dan untuk anak dibawah usia 2 tahun dan
Penatalaksanaan medis secara umum untuk pneumococcal polysaccharide vaccine direkomendasikan
pneumonia menurut Manurung dkk (2009) bagi orang dewasa. Antibiotik yang digunakan dalam
adalah : perawatan tipe pneumonia ini yaitu penicillin, amoxicillin,
1.Pemberian antibiotik seperti : penicillin, dan clavulanic acid, serta macrolide antibiotics (Shaleh,
cephalosporin pneumonia 2013).
2.Pemberian antipiretik, analgetik, bronkodilator b.Untuk bakteri Hemophilus influenzae
3.Pemberian oksigen Antibiotik cephalosporius kedua dan ketiga, amoxillin dan
clavulanic acid, fluoroquinolones, maxifloxacin oral,
4.Pemberian cairan parenteral sesuai indikasi. gatifloxacin oral, serta sulfamethoxazole dan
Sedangkan untuk penyebabpneumonia bervariasi trimethoprim. (Shaleh, 2013).
sehingga penanganannya pun akan disesuaikan c.Untuk bakteri Mycoplasma
dengan penyebab tersebut.
Dengan antibiotik macrolides, antibiotic ini diresepkan
Selain itu, pengobatan pneumonia tergantung untuk mycoplasma pneumonia, (Shaleh, 2013).
dari tingkat keparahan gejala yang timbul.
2.Bagi pneumonia yang disebabkan oleh virus
(Shaleh, 2013)
Pengobatannya sama dengan pengobatan pada penderita
1.Bagi pneumonia yang disebabkan oleh bakteri flu. Yaitu banyak beristirahat dan pemberian nutrisi yang
Dengan pemberian antibiotik yang tepat. baik untuk membantu daya tahan tubuh. Sebab
Pengobatan harus komplit sampai benar-benar bagaimana pun juga virus akan dikalahkan juka daya
tidak lagi muncul gejala pada penderita. Selain tahan yubuh sangat baik, (Shaleh, 2013).
itu, hasil pemeriksaan X-Ray dan sputum tidak 3.Bagi pneumonia yang disebabkan oleh jamur
tampak adanya bakteri pneumonia (Shaleh, Cara pengobatannya akan sama dengan cara mengobati
2013). penyakit jamur lainnya. Hal yang paling penting adalah
pemberian obat anti jamur agar bisa mengatasi
pneumonia (Shaleh, 2013).
7. Pemeriksaan penunjang

Menurut Misnadiarly (2008) pemeriksaan diagnostik yang dapat


dilakukan adalah:
1. Sinar X
Mengidentifikasi distribusi (missal: lobar, bronchial), luas abses atau
infiltrate, empyema (stapilococcus), dan penyebaran infiltrate.
2. GDA
Jika terdapat penyakit paru biasanya GDA Tidak normal tergantung
pada luas paru yang sakit.
3. JDL leukositosis
Sel darah putih rendah karena terjadi infeksi virus, dan kondisi imun.
4. LED meningkat
Terjadi karena hipoksia, volume menurun, tekanan jalan napas
meningkat.
8. Pengkajian
Menurut Hidayat (2012), pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses
keperawatan, yang harus memperhatikan data dasar dari pasien untuk mendapatkan
informasi yang diharapkan. Pengkajian dilakukan pada (individu, keluarga, komunitas) terdiri
dari data objektif dari pemeriksaan diagnostic serta sumber lain. Pengkajian individu terdiri
dari riwayat kesehatan (data subyektif) dan pemeriksaan fisik (data objektif). Terdapat dua
jenis pengkajian yang dilakukan untuk menghasilkan diagnosis keperawatan yang akurat:
komprehensif dan fokus. Pengkajian komprehensif mencangkup seluruh aspek kerangka
pengkajian keperawatan seperti 11 pola kesehatan fungsional Gordon dan pengkajian fokus
mencangkup pemeriksaan fisik.
Menurut Muttaqin (2008), pengkajian pasien dengan pneumonia yaitu
a. Keluhan utama klien dengan pneumonia adalah sesak napas, batuk, dan peningkatan
suhu tubuh atau demam.
b. Riwayat penyakit saat ini : Pengkajian ini dilakukan untuk mendukung keluhan utama.
Apabila klien mengatakan batuk, maka perawat harus menanyakan sudah berapa lama,
dan lama keluhan batuk muncul. Keluhan batuk biasanya timbul mendadak dan tidak
berkurang setelah minum obat. Pada awalnya keluhan batuk nonproduktif, lama
kelamaan menjadi batuk produktif dengan mukus purulent kekuningan, kehijauan,
kecoklatan, atau kemerahan dan sering kali berbau busuk. Klien biasanya mengeluh
mengalami demam tinggi dan menggigl serta sesak napas, peningkatan frekuensi
pernapasan, dan lemas.
c. Riwayat penyakit dahulu : Penyakit diarahkn pada waktu sebelumnya, apakah klien
pernah mengalami infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dengan gejala seperti luka
tenggorokan, kongesti nasal, bersin, dan demam ringan.
d. Riwayat keperawatan berdasarkan pola
kesehatan fungsional
1. Pola persepsi sehat-penatalaksanaan sehat 6. Pola kognitif-persepsi
Keluarga sering menganggap seperti batuk Penurunan kognitif untuk mengingat apa
biasa, dan menganggap benar-benar sakit
yang pernsh disampaikan biasanya sesaat
apabila sudah mengalami sesak napas.
akibat penurunan asupan nutrisi dan
2. Pola metabolik nutrisi oksigenasi pada otak.
Sering muncul anoreksia (akibat respon 7. Pola persepsi diri-konsep diri
sistematik melalui control saraf pusat), mual
Tampak gambaran keluarga terhadap
muntah karena terjadi peningkatan
pasien, karena pasien diam.
rangsangan gaster dari dampak peningkatan
toksik mikroorganisme. 8. Pola peran hubungan
3. Pola eliminasi Pasien terlihat malas jika diajak bicara
Penderita mengalami penurunan produksi dengan keluarga, pasien lebih banyak diam.
urin akibat perpindahan cairan karena 9. Pola toleransi stress-koping
demam. Aktivitas yang sering tampak saat
4. Pola tidur-istirahat menghadapi stress adalah pasien selalu
Data yang muncul adalah pasien kesulitan diam dan mudah marah.
tidur karena sesak napas. Penampilan lemah, 10. Pola nilai-kepercayaan
sering menguap, dan tidak bisa tidur di Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring
malam hari karena tidak kenyamanan dengan kebutuhan untuk mendapat sumber
tersebut. kesembuhan dari Allah SWT.
5. Pola aktivitas-latihan
Aktivitas menurun dan terjadi kelemahan
fisik.
Sedangkan pengkajian fokus nya yaitu:
e. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum umum klien dengan pneumonia dapat dilakukan dengan menilai
keadaan fisik bagian tubuh. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pada klien dengan
pneumonia biasanya mengalami peningkatan suhu tubuh yaitu lebih dari 40 C,
frekuensi napas meningkat.
2. Pola pernafasan
Inspeksi: bentuk dada dan gerak pernapasan. Pada klien dengan pneumonia sering
ditemukan peningkatan frekuensi napas cepat dan dangkal. Napas cuping hidung dan
sesak berat. Batuk produktif disertai dengan peningkatan produksi sekret yang berlebih.
Perkusi: klien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi, didapatkan bunyi resonan
atau sonor pada seluruh lapang paru.
Auskultasi: didapatkan bunyi napas melemah dan adanya suara napas tambahan ronkhi
basah pada sisi yang sakit. Peting bagi perawat untuk mendokumentasi hasil auskultasi
di daerah mana didapatkan adanya ronkhi.
3.Sistem neurologi: klien dengan pneumonia yang berat sering terjadi penurunan
kesadaran, Pada pengkajian objektif wajah klien tampak meringis, menangis,
merintih (Muttaqin, 2008).
Diagnosis
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon manusia
terhadap gangguan kesehatan atau proses kehidupan, atau kerentangan
respon dari seorang individu, keluarga, kelompok, atau komunitas.
Diagnosa keperawatan biasanya berisi dua bagian yaitu deskription atau
pengubah, fokus diagnosis, atau konsep kunci dari diagnosis (Hermand
dkk, 2015). Masalah keperawatan pada pasien Pneumonia yaitu
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d inflamasi dan obstruksi jalan nafas.
b. Pola napas tidak efektif.
c. Hipovolemia b.d intake oral tidak adekuat takipneu, demam.
d. Intoleransi aktivitas b.d isolasi respiratory.
e. Defisit pengetahuan b.d perawatan anak pulang.
Masalah keperawatan yang utama pada pasien dengan pneumonia adalah
bersihan jalan napas tidak efektif b.d inflamasi dan obstruksi jalan
nafas.
Perencanaan
No Diagnosa Keperawat an
Tujuan( SLKI ) Intervensi( SIKI )
Bersihan jalan napas Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas
tidak efektif b.d inflamasi tindakan keperawatan TINDAKAN
dan obstruksi jalan nafas selama ...x24jam, Observasi
diharapkan jalan napas - monitor pola napas
(frekuensi, kedalaman,
efektif dengan kriteria usaha napas)
hasil : - monitor bunyi napas
- batuk efektif tambahan- monitor sputum
meningkat (jumlah, warna, aroma)
- produksi sputum Terapeutik
menurun - pertahankan kepatenan
- wheezing menurun jalan napas dengan chin-lift
- dispnea menurun - posisikan semi-fowler atau
fowler
- sulit bicara menurun - lakukan fisioterapi dada,
- frekuensi napas jika perlu
membaik - lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15 detik
Edukasi
- ajarkan teknik batuk
efektif
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan (Nursalam, 2013). Tahapannya yaitu
a. Mengkaji kembali klien
b. Menelaah dan memodifikasi rencana perawatan yang sudah ada
c. Melakukan tindakan keperawatan.
Prinsip implementasi:
d. Berdasarkan respons pasien
e. Berdasarkan hasil penelitian keperawatan
f. Berdasarkan penggunaan sumber-sumber yang tersedia
g. Mengerti dengan jelas apa yang ada dalam rencana intervensi
keperawatan
h. Harus dapat menciptakan adaptasi dengan pasien untuk
meningkatkan peran serta untuk merawat diri sendiri (self care)
i. Menjaga rasa aman dan melindungi pasien
j. Kerjasama dengan profesi lain Melakukan dokumentasi
Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses
keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana
tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak
(Nursalam, 2013). Adapun evaluasi yang berorientasi dari hasil
intervensi untuk ketidakefektifan bersihan jalan napas yaitu:
a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,
tidak ada sianosis dan dyspnea (mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
b. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa
tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara nafas abnormal.
c. Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat
menghambat jalan nafas
WOC
BRONKOPNEUMONIA
1. Definisi
Bronkopneumia disebut juga pneumonia loburalis yaitu
suatu peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang
biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus
disekitarnya, yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi sperti bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing
(Bennete, 2013).
Bronchopneumonia adalah penyebaran daerah nfeksi
yang berbercak dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm
mengelilingi dan juga melibatkan bronchi ( Sylvia A. Price &
Lorraine M. W., 2007).
2. Etiologi
Menurut Mansjoer (2008), etiologi
terjadinya pneumonia diantaranya: 2.Virus
1.Bakteri
Virus respiratory syncytial, virus
a. Pneumotorakokus, merupakan
influenza, virus adeno, virus
penyebab utama pneumonia. Pada
orang dewasa umumnya disebabkan sistomegalik.
oleh pneumokokus serotype 1 sampai 3.Aspirasi
dengan 8. Sedangkan pada anak-anak Makanan, pada tetanus neonatorum,
serotype 14, 1, 6, dan 9. Insiden
meningkat pada usia lebih kecil 4 tahun
benda asing, koreson.
dan menurun dengan meningkatnya 4.Pneumonia hipostatik
umur. Penyakit ini disebabkan tidur
b. Steptokokus, sering merupakan terlentang terlalu lama, missal pada
komlikasi dari penyakit virus lain, seperti
anak sakit dengan kesadaran
mobildan varisela atau komlikasi
penyakit kuman lainnya seperti pertusis, menurun.
pneumonia oleh pnemokokus. 5.Jamur
c. Himiphilus influenza, pneumokokus Histoplasmamosis capsultatum candi
aureginosa, tuberculosa.
dan abicans, biastomokasis, kalsedis
d. Streptokokus, lebih banyak pada anak-
mikosis, aspergilosis dan aktino
anak dan bersifat progresif, resisten
terhadap pengobatan dan sering mikosis.
menimbulkan komplikasi seperti : abses
paru, empiema, tension pneumotoraks.
3. Manifestasi klinis
Menurut Arief Mansjoer (2008), manisfestasi
klinis secara umum dapat dibagi menjadi :
1. Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa
demam, sakit kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu
makan kurang, keluhan gastrointestinal.
2. Gejala umum pernafasan bahwa berupa batuk buruk,
ekspektorasi sputum, cuping hidung, sesak, sianosis.
3. Tanda pneumonia berupa peningkatan frekuensi
nafas, suara nafas melemah, ronchi, wheezing.
4. Tanda empiema berupa perkusi pekak, nyeri dada,
kaku kuduk, nyeri abdomen.
5. Infeksi ekstrapulmonal.
4. Patofisiologi

Sebagian besar penyebab dari brnkopneumonia ialah mikroorganisme (jamur,


bakteri, virus) dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (bensin,
minyak tanah, dan sejenisnya). Awalnya mikroorganisme masuk melalui percikan
ludah (droplet) infasi ini dapat masuk ke saluran pernafasan atas dan
menimbulkan reaksi imonologis dari tubuh. Reaksi ini menyebabkan peredangan,
dimana ketika terjadi peradangan ini tubuh dapat menyesuaikan diri maka
timbulah gejala demam pada penderita.
Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan secret. Semakin lama secret
semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakain sempit
dan pasien dapat merasa sesak. Tidak hanya terkumpul di bronkus, lama
kelamaan secret dapat sampai ke alveolus paru dan mengganggu sistem
pertukaran gas di paru.
Tidak hanya menginfeksi saluran nafas, bakteri ini juga dapat menginfeksi
saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat membuat flora
normal dalam usus menjadi agen pathogen sehingga timbul masalah GI tract.
Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme. Keadaan ini
disebabkan adanya mekanisme pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di dalam paru
menunjukkan adanya gangguan daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang
biak dan mengakibatkan timbulnya infeksi penyakit. Masuknya mikroorganisme ke dalam
saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai cara, antara lain inhalasi langsung dari udara,
aspirasi dari bahanbahan yang ada di nasofaring dan orofaring serta perluasan langsung dari
tempattempat lain, penyebaran secara hematogen. Mekanisme daya tahan traktus respiratorius
bagian bawah sangat efisien untuk mencegah infeksi yang terdiri dari susunan anatomis rongga
hidung, jaringan limfoid di nasofaring, bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus
respiratorius dan sekret lain yang dikeluarkan oleh sel epitel tersebut. Reflek batuk, refleks
epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi. Drainase sistem limfatis dan
fungsi menyaring kelenjar limfe regional. Fagositosis, aksi limfosit dan respon imunohumoral
terutama dari IgA. Sekresi enzim – enzim dari sel-sel yang melapisi trakeo-bronkial yang bekerja
sebagai anti mikroba yang non spesifik. Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme
dapat melalui jalan nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan
jaringan sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses
peradangan yang meliputi empat stadium
2)Medis
5. Penatalaksanaan a.Farmakologi
Ada dua jenis penatalaksanaan pada pasien Pemberian antibiotik misalnya penisilin
bronkopneumonia yaitu secara asuhan
G, streptomisin, ampicillin, dan
keperawatan dan medis
gentamicin. Pemberian antibiotik ini
1) Asuhan keperawatan
berdasarkan usia, keaadan penderita,
a. Melakukan fisioterapi dada atau dan kuman penyebab.
mengajarkan batuk efektif pada
b.Pemeriksaan penunjang
anak yang mengalami gangguan
bersihan jalan nafas 1) Pemeriksaan radiologi yaitu foto
thoraks, terdapat konsolidasi satu
b. Mengatur posisi semi fowler untuk
atau beberapa lobus yang bebercak-
memaksimalkan ventilasi
bercak.
c. Memberikan kompres untuk
2) Pemeriksaan laboratorium biasanya
menurunkan demam
terjadi peningkatan leukosit.
d. Pantau input dan output untuk
3) Pemeriksaan AGD untuk
memonitor balance cairan
mengetahui status
e. Bantu pasien memenuhi kebutuhan kaardiopulmuner yang
ADLs berhubungan dengan oksigen.
f. Monitor tanda-tanda vital 4) Pemeriksaan gram/kultur sputum
g. Kolaborasi pemberian O2 dan darah : untuk mengetahui
h. Memonitor status nutrisi dan mikroorganisme penyebab dan obat
berkolaborasi dengan ahli gizi yang cocok diberikan.
6. Pengkajian
Menurut Dermawan (2012) pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi,
mengenal masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik,
mental, sosial, dan lingkungan. Pengkajian pada anak menurut Nursalam (2008) antara
lain :
1) Usia :
Pneumonia sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus terbanyak terjadi pada anak
berusia di bawah 3 tahun.
2) Keluhan utama :
Saat dikaji biasanya penderita bronkopneumonia mengeluh sesak nafas.
3) Riwayat penyakit sekarang :
Pada penderita bronkopneumonia biasanya merasakan sulit untuk bernafas, dan
disertai dengan batuk berdahak, terlihat otot bantu pernafasan, adanya suara nafas
tambahan, penderita biasanya juga lemah dan tidak nafsu makan, kadang disertai diare.
4) Riwayat penyakit dahulu :
Anak sering menderita penyakit saluran pernafasan bagian atas, memiliki riwayat
penyakit campak atau pertussis serta memiliki faktor pemicu bronkopneumonia
misalnya riwayat terpapar asap rokok, debu atau polusi dalam jangka panjang.
5) Pemeriksaan fisik :
a.Inspeksi. d.Auskultasi
Perlu diperhatikannya adanya sianosis, Auskultasi sederhana dapat dilakukan
dispneu, pernafasan cuping hidung, distensi dengan cara mendekatkan telinga ke
abdomen, batuk semula non produktif hidung atau mulut bayi. Pada anak
menjadi produktif, serta nyeri dada pada pneumonia akan terdengar stridor, ronkhi
saat menarik nafas. Batasan takipnea pada atau wheezing. Sementara dengan
anak 2 bulan – 12 bulan adalah 50 kali/menit stetoskop, akan terdengar suara nafas
atau lebih, sementara untuk anak berusia 12 akan berkurang, ronkhi halus pada posisi
bulan – 5 tahun adalah 40 kali/menit atau yang sakit, dan ronkhi basah pada masa
lebih. Perlu diperhatikan adanya tarikan
resolusi. Pernafasan bronkial, egotomi,
dinding dada ke dalam pada fase inspirasi.
bronkoponi, kadang-kadang terdengar
Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada
ke dalam akan tampak jelas.
bising gesek pleura.
b.Palpasi
Fremitus biasanya terdengar lemah pada 6) Penegakan diagnosis :
bagian yang terdapat cairan atau secret, Pemeriksaan laboratorium : Leukosit
getaran hanya teraba pada sisi yang tidak meningkat dan LED meningkat, X-foto
terdapat secret. dada : Terdapat bercak-bercak infiltrate
c.Perkusi yang tersebar (bronkopneumonia) atau
Normalnya perkusi ppada paru adalah sonor, yang meliputi satu atau sebagian besar
namun untuk kasus bronkopneumonia lobus.
biasanya saat diperkusi terdengar bunyi
redup.
7. Diagnosis keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan
objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan
diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berfikir
kompleks tentang data yang dikumpulkaan dari klien, keluarga, rekammedis,
dan pemberi pelayanan kesehatan lain (suara, dkk, 2013). Masalah
keperawatan yang muncul menurut Nurarif dan Kusuma (2015) :
1. (D.0001) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan
nafas.
2. (D.0003) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi,perubahan membrane alveolus-kapiler.
3. (D.0019) Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan,
ketidakmampuan mencerna makanan, faktor psikologis (mis. Stress,
keengganan untuk makan)
4. (D.0056) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dengan kebutuhan oksigen, kelemahan.
5. Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang
asing, ketidaknyamanan.
6. (D.0106) Gangguan tumbuh kembang b.d terpisah dari orang tua,
keterbatasan lingkungan
7. (D.0037) Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan (mis. Dehidrasi intoksikasi air), diare.
Perencanaan
No Diagnosa Keperawat an
Tujuan( SLKI ) Intervensi( SIKI )
Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi
berhubungan dengan keperawatan selama TINDAKAN
ketidakseimbangan ventilasi- ...x24jam, diharapkan Observasi
perfusi, perubahan pertukaran gas efektif - monitor frekuensi, irama,
membrane alveolus-kapiler dengan kriteria hasil : kedalaman, dan upaya napas
- dispnea menurun - monitor pola napas
- pusing menurun - monitor kemampuan batuk
- gelisah menurun efektif
- napas cuping hidung - monitor adanya sumbatan
menurun jalan napas
- takikardia membaik Terapeutik
- pH arteri membaik - atur interval pemantauan
- sianosis membaik respirasi sesuai kondisi
- pola napas membaik pasien
- dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
- jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
- informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Implementasi
Implementasi / pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana
tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan
dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada
nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan (Nursalam, 2008). Ada 3 tahap implementasi :
1. Fase orentasi : Fase orientasi terapeutik dimulai dari perkenalan
klien pertama kalinya bertemu dengan perawat untuk melakukan
validasi data diri.
2. Fase kerja : Fase kerja merupakan inti dari fase komunikasi terapeutik,
dimana perawat mampu memberikan pelayanan dan asuhan
keperawatan, maka dari itu perawat diharapakan mempunyai
pengetahuan yang lebih mendalam tentang klien dan masalah
kesehatanya.
3. Fase terminasi : Pada fase terminasi adalah fase yang terakhir, dimana
perawat meninggalkan pesan yang dapat diterima oleh klien dengan
tujuan, ketika dievaluasi nantinya klien sudah mampu mengikuti saran
perawat yang diberikan, maka dikatakan berhasil dengan baik
komunikasi terapeutik perawat-klien apabila ada umpan balik dari
seorang klien yang telah diberikan tindakan atau asuhan keperawatan
yang sudah direncanakan.
Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Meskipun
tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan, evaluasi
merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan. Tujuan
evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien.
Jenis-jenis evaluasi menurut (suara, dkk, 2013) :
1. Evaluasi Formatif
Evaluasi ini menggambarkan hasil observasi dan analisa perawat
terhadap respon klien segera setelah tindakan. Biasanya digunakan dalam
catatan keperawatan.
2. Evaluasi Sumatif
Menggambarkan rekapitulasi dari observasi dan analisa status
kesehatan klien dalam satu periode. Evaluasi sumatif menjelaskan
perkembangan kondisi dengan menilai apakah hasil yang telah diterapkan
tercapai.
WOC
DIARE
1. DEFENISI

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja


berbentuk cairan atau setengah cairan, dengan
demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari
keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi
(Hendarwanto, 1999).
Menurut WHO (1992) diare adalah buang air besar
encer atau cair lebih dari tiga kali sehari.
Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih
dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak
dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau
atau dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah,
2002).
2. ETIOLOGI

1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak,
meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit
(E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare
seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
2. Faktor Malabsorbsi
• Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida
(intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang
terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu bisa terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
3. Faktor Makanan
• Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan
tertentu.
4. Faktor Psikologis
• Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang terjadi tetapi dapat
ditemukan pada anak yang lebih besar.
3. TANDA DAN GEJALA

1.Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
2.Pada anak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
3.Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur
empedu.
4.Daerah sekitar anus kemerahan dan lecet karena seringnya difekasi
dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
5.Ada tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering
dan disertai penurunan berat badan.
6.Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah
turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas hingga
menyebabkan kesadaran menurun.
7.Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
4. PATOFISIOLOGI

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:


1.Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran
air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan
akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2.Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan
selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.
3.Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya
dapat timbul diare pula.
5. WOC
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.Pemeriksaan tinja
a.Makroskopis dan mikroskopis
b.PH dan kadar gula dalam tinja
c.Bila perlu diadakan uji bakteri
2.Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah,
dengan menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas
darah.
3.Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal
ginjal.
4.Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan
Posfat.
7. KOMPLIKASI

1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau


hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah,
bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim
laktase karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah,
penderita juga mengalami kelaparan.
8. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan diare akut adalah sebagai berikut :


1.Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi
yang cepat dan akurat, yaitu:
1)Jenis cairan yang hendak digunakan.
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena
tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah
bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia
dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan
dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik.
Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit
untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.
2)Jumlah cairan yang hendak diberikan.
Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus
sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Derajat dehidrasi
ringan, sedang, berat dapat dinilai dengan Skor Mourice King.
2.Dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan
berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan :
a.Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan
lemak tak jenuh.
b.Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim).
c.Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan
misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak
yang berantai sedang atau tak jenuh.
3.Obat-obatan yang diberikan pada anak diare adalah:
a.Obat anti sekresi (asetosal, klorpromazin)
b.Obat spasmolitik (papaverin, ekstrakbelladone)
c.Antibiotik (diberikan bila penyebab infeksi telah diidentifikasi)
9. pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama dari prioritas keperawatan dengan pengumpulan data-data
yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada. (Hidayat, 2004 :
98)
Adapun hal-hal yang dikaji meliputi :
a.Identitas Klien
1)Data umum meliputi : ruang rawat, kamar, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor medical
record.
2)Identitas klien
Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku dan gaya hidup.
b.Riwayat Kesehatan
1.Keluhan Utama
Bab cair lebih dari 3x.
2.Riwayat Keperawatan Sekarang
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan BAB cair berkali-kali baik desertai atau
tanpa dengan muntah, tinja dapat bercampur lendir dan atau darah. Keluhan lain yang mungkin
didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan meningkat, volume diuresis menurun dan
gejala penurunan kesadaran.
3.Riwayat Keperawatan Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka
panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan,
dll.
4.Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan
komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota
keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan,
persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.
c.Pemeriksaan Fisik
1)Keadaan umum : klien lemah, lesu, gelisah, kesadaran turun
2)Pengukuran tanda vital meliputi : Tekanan Darah, Nadi, Respirasi dan suhu tubuh.
3)Keadaan sistem tubuh
a.Mata : cekung, kering, sangat cekung
b.Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat
> 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus,
minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan tidak bisa minum
c.Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis
metabolic (kontraksi otot pernafasan)
d.Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun
pada diare sedang.
e. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 detik, suhu
meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill
time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
f.Sistem perkemihan : oliguria sampai anuria (200-400 ml/24 jam).
d.Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium :
a) Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
b) Serum elektrolit : Hiponatremi, Hipernatremi, hipokalemi
c) AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat,
HCO3 menurun)
d) Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
2) Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemon
10. Diagnosa keperawatan

1)Gangguan eliminasi diare berhubungan dengan perubahan air dan makanan


2)Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan
3)Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan ketidakseimbangan
cairan
4)Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
5)Resiko gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan
kekurangan/kelebihan volume cairan
6)Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi,proses penyakit
11. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Perencanaan

    Tujuan Intervensi
( SLKI ) ( SIKI )
Manajemen Nutrisi
Defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Observasi
dengan kurangnya asupan keperawatan selama 3x24jam, - identifikasi status nutrisi
makanan diharapkan status nutrisi - monitor asupan makanan
membaik dengan kriteria -monitor berat badan
- monitor hasil pemeriksaan
hasil : laboratorium
- porsi makanan yang Terapeutik
dihabiskan menigkat - lakukan oral hygiene sebelum
makan,jika perlu
- perasaan cepat kenyang - sajikan makanan secara menarik dan
menururn suhu yang sesuai
- diare menurun - berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- berat badan membaik - berikan makanan tinggi kalori dan
- IMT membaik tinggi protein
- nafsu makan membaik Kolaborasi
- kolaborasi dengan ahli gizi untuk
- frekuensi makan membaik menentukan jumlah kalori dan jenis
  nutrient yang dibutuhkan
12.Implementasi keperawatan

Tahap proses keperawatan dengan melakukan berbagai strategi tindakan


keperawatan yang telah ditetapkan. Dalam masalah keperawatan
gastroenteritis akan dilakukan implementasi:
1. Melakukan pengkajian terhadap asupan nutrisi.
2. Melakukan pengkajian terhadap asupan yang dikonsumsi.
3. Menjelaskan pentingnya pemberian asupan nutrisi yang sesuai pada anak 0-
5 tahun.
4. Menciptakan lingkungan yang nyaman.
13. Evaluasi keperawatan

Suatu tindakan yang mengacu kepada penilaian, tahapan dan perbaikan,


bagaimana reaksi pasien dan keluarga terhadap perencanaan yang telah
diberikan dan menetapkan apa yang menjadi sasaran dari perencanaan
keperawatan.
1.Evaluasi Formatif
Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien dan keluarga
segera pada saat setelah dilakukan tindakan keperawatan. Ditulis pada
catatan perawat, dilakukan setiap selesai melakukan tindakan keperawatan.
2.Evaluasi Sumatif SOAP
Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status kesehatan
sesuai waktu pada tujuan. Ditulis pada catatan perkembangan yang
merupakan rekapan akhir secara paripurna, catatan naratif, penderita pulang
atau pindah. Hasil yang diharapkan pada anak setelah dilakukan tindakan
keperawatan adalah kebutuhan nutrisinya sesuai dengan usianya.
DENGUE HAEMORROGHIC FEVER
(DHF)
KONSEP DASAR DENGUE HENNORHAGIC FEVER (DHF)

1. Definisi DHF

Menurut World Health Organization (WHO), Dengue


Hemmorhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD)
merupakan penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk
Aedes yang terinfeksi salah satu dari empat tipe virus dengue
dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia
dan diathesis hemoragik (WHO, 2011). Terdapat tiga tahapan
yang dialami penderita penyakit DBD, yaitu fase demam, fase
kritis, dan fase pemulihan (WHO,2009).
2. ETIOLOGI
• Virus Dengue.
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam
Arbvirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu
virus dengue tipe 1,2,3 dan 4 . Keempat tipe virus dengue tersebut
terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya
,secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavirus ini
berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada
berbagai macam kultur jaringan.
• Vektor.
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu
nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis
dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan
3. Klasifikasi Derajat DBD
Derajat 1 Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi pendarahan uji tourniquet positif.

Derajat 2 Derajad 1 disertai pendarahan spontan dikulit dan/ atau pendarahan lain.

Derajat 3 Ditemukan tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun (< 20 mmhg)
atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab, dan pasien menjadi gelisah.

Derajat 4 Syok berat, nadi tidak teraba, dan tekanan darah tidak dapat diukur.
4. Tanda dan Gejala
• Demam.
Demam tinggi sampai 40oC dan mendadak, Demam terjadi secara mendadak
berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun menuju suhu normal atau lebih
rendah.
• Perdarahan.
• Anoreksia
• Mual muntah
• Nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut
• Nyeri kepala
• Nyeri otot dan sendi
• Trombositopenia (< 100.000/ mm3 )
• Hepatomegali.
• Renjatan (Syok).
5. Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia akan menyebabkan klien mengalami
viremia
Pada penderita DBD, terdapat kerusakan yang umum pada sistem vaskuler yang
mengakibatkan terjadinya peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah.
Plasma dapat menembus dinding vaskuler selama proses perjalanan penyakit, dari
mulai demam hingga klien mengalami renjatan berat. Volume plasma dapat
menurun hingga 30%. Hal ini lah yang dapat mengakibatkan seseorang mengalami
kegagalan sirkulasi. Adanya kebocoran plasma ini jika tidak segera di tangani dapat
menyebabkan hipoksia jaringan, asidosis metabolik yang pada akhirnya dapat
berakibat fatal yaitu kematian. Virmia juga menimbulkan agresi trombosit dalam
darah sehingga menyebabkan trombositopeni yang berpengaruh pada proses
pembekuan 15 darah. Perubahan fungsioner pembuluh darah akibat kebocoran
plasma yang berakhir pada perdarahan, baik pada jaringan kulit maupun saluran
cerna biasanya menimbulkan tanda seperti munculnya purpura, petekie,
hematemesis, atapun melena.
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai sebagai berikut
• Hb dan PCV meningkat (>20%).
• Trombosite (<100.000).
• IgD degue positif.
• Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan hipoproteinemia, hipokloremia,
hiponateremia.
• Urin dan pH darah mungkin meningkat.
• Asidosis metabolic: pCO2< 35-40 mmHg HCO3 rendah.
• Ht Meningkat Lebih 20 %
• Leukosit menurun pada hari ke – 2 dan ke – 3
• Protein darah rendah
• Ureum PH bias meningkat
• Na dan Cl rendah
• Uji tourniket ( Positif )
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS DHF

PENGKAJIAN
• Identitas Pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia
kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang
tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
• Keluhan Utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah
sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
• Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil
dan saat demam kesadaran composmentis.
• Riwayat penyakit dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita pada DHF, anak bisa mengalami
serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang lain.
• Riwayat penyakit keluarga
Penyakit apa saja yang pernah di derita sama keluarga klien
• Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindari
• Riwayat gizi Status gizi
Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan
nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai
dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak akan mengalami
penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
• Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih (seperti air yang mengenang dan gantungan baju di kamar).
• Pola kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pentangan, nafsu makan
berkurang, dan nafsu makan menurun.
b. Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang-kadang anak mengalami
diar/konstipasi. Sementara DHF pada Grade III-IV bisa terjadi melena.
c. Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing,
sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi
hematuria.
d. Tidur dan istirahat. Anak sering mrngalami kurang tidur karena
mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan
kuantitas tidur maupun istirahat kurang.
• Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi
dari ujung rambut sampai Ujung kaki
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue ditandai
dengan suhu tubuh diatas nilai normal
• Kekurangan volume cairan ( Hipovolemia ) berhubungan dengan
peningkatan permeabilitas kapiler ditandai dengan mukosa bibir kering
• Defisit Nutrisi berhubungan dengan psikologis (keengganan untuk
makan) makanan ditandai dengan berat badan menurun
• Kurang Pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif
ditandai dengan kurang informasi
• Resiko Perdarahan berhubungan dengan gangguaan koagulasi
(penurunan trombosit) ditandai dengan trombositopenia
• Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai
dengan mengeluh lelah
INTERVENSI
DIAGNOSA SLKI SIKI
Hipertermi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia
berhubungan dengan keperawatan … x 24 jam
proses infeksi virus diharapkan Termoregulasi Observasi :
dengue membaik.  Identifikasi penyebab hipertemia ( mis. Dehidrasi,
Kriteria Hasil : terpapar
• Menggigil menurun
• Kulit merah menurun  lingkungan panas, penggunaan incubator )
• Kejang menurun  Monitor suhu tubuh
• Pucat menurun
• Suhu tubuh membaik Terapeutik :
• Tekanan darah membaik  Basahi dan kipasi permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
 Lakukan pendinginan eksternal ( mis. Seliput hipotermia
atau kompres dingin di dahi, leher, dada, abdomen,
aksila )
Edukasi :
 Anjurkan tiring baring
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian cairan elektrolit intravena, jika
perlu
DIAGNOSA SLKI SIKI
Hipovolemia Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipovolemia
keperawatan … x 24 jam
berhubungan diharapkan status cairan Observasi :
dengan kehilangan membaik, dengan  Periksa tanda dan gejala hipovolemik ( tekanan darah
cairan aktif Kriteria Hasil : menurun, membrane mukosa kering, hematocrit
ditandai dengan • Turgor kulit meningkat
• Perasaan lemah meningkat )
mukosa bibir menurun  Monitor intake dan output cairan
kering • Keluhan haus menurun
• Tekanan darah Terapeutik :
membaik  Hitung kebutuhan cairan
• Membran mukosa
membaik  Berikan posisi modified trendelenburg
• Kadar Hb membaik  Berikan asupan cairan oral
• Intake cairan membaik Edukasi :
• Suhu tubuh membaik
 Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
 Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis ( misalnya :
NaCl, RL )
 Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis ( missal :
glukosa 2,5%, NaCl 0,4% )
 Kolaborasi pemberian cairan koloid ( miosal : albumin,
plasmanate )
 Kolaborasi pemberian produk darah
IMPLEMENTASI
• Implementasi keperawatan merupakan
serangkaian tindakan yang dilakukan oleh
perawat maupun tenaga medis lain untuk
membantu pasien dalam proses
penyembuhan dan perawatan serta masalah
kesehatan yang dihadapi pasien yang
sebelumnya disusun dalam rencana
keperawatan (Nursallam, 2011).
EVALUASI
• Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi
keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
a. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga
evaluasi berjalan dimana evaluasi dilakukan
sampai dengan tujuan tercapai
b. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir
dimana dalam metode evaluasi ini
menggunakan SOAP.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai