ASSALAMU’ALAIKUM…
KEPERAWATAN ANAK
PNEUMONIA BP, DIARE, DHF PADA
ANAK
KELAS 2A
KELOMPOK 7
1. ARSYTUL MUNAWWARAH (193110127)
2. GUSTIA ANGGUN RIZOVI (193110134)
3. MUTIARA PUTRI SARI (193110141)
4. RAYHAN ADRA GUTAMA (193110148)
5. SUCI ANGELINA MIRZA (193110155)
PNEUMONIA
1. Definisi
Pneumonia adalah keradangan pada parenkim paru yang
terjadi pada masa anak-anak dan sering terjadi pada masa
bayi (Hidayat, 2006). Pneumonia pada anak merupakan
masalah yang umum dan menjadi penyebab utama
morbiditas dan mortalitas di dunia (Gessman, 2009).
Pneumonia adalah peradangan parenkim paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus,
jamur, parasite. pneumonia juga disebabkan oleh bahan
kimia dan paparan fisik seperti suhu atau radiasi.
(Djojodibroto, 2014).
2. klasifikasi
Hariadi (2010) membuat klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan epidemilogi
serta letak anatomi.
a.Klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan b.Klasifikasi pneumonia berdasarkan letak
epidemiologi anatomi
1)Pneumonia Komunitas (PK) adalah 1)Pneumonia lobaris
pneumonia infeksius pada seseorang yang
tidak menjalani rawat inap di rumah sakit. Pneumonia lobaris melibatkan seluruh
2)Pneumonia Nosokomial (PN) adalah atau satu bagian besar dari satu atau lebih
pneumonia yang diperoleh selama perawatan lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka
di rumah sakit atau sesudahnya karena dikenal sebagai pneumonia bilateral atau
penyakit lain atau prosedur. “ganda”.
3)Pneumonia aspirasi disebabkan oleh aspirasi 2)Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
oral atau bahan dari lambung, baik ketika
Bronkopneumonia terjadi pada ujung akhir
makan atau setelah muntah. Hasil inflamasi
pada paru bukan merupakan infeksi tetapi bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat
dapat menjadi infeksi karena bahan teraspirasi mukopurulen untuk membentuk bercak
mungkin mengandung bakteri aerobic atau konsolidasi dalam lobus yang berada
penyebab lain dari pneumonia. didekatnya.
4)Pneumonia pada penderita 3)Pneumonia interstisial
immunocompromised adalah pneumonia yang
Proses implamasi yang terjadi di dalam
terjadi pada penderita yang mempunyai daya
tahan tubuh lemah. dinding alveolar (interstisium) dan jaringan
peribronkial serta interlobular (Wong,
2004).
3. Etiologi
Menutut Padila (2013) etiologi pneumonia:
1. Bakteri
Pneumonia bakteri didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram positif
seperti: Streptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis.
Bakteri gram negative seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia
dan P. Aeruginosa
2.Virus
Disebabkan virus influenza yang menyebar melalui droplet. Penyebab utama
pneumonia virus ini yaitu Cytomegalovirus.
3.Jamur
Disebabkan oleh jamur hitoplasma yang menyebar melalui udara yang
mengandung spora dan ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
4.Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
pada pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2013). Penyebaran
infeksi melalui droplet dan disebabkan oleh streptococcus pneumonia,
melalui selang infus yaitu stapilococcus aureus dan pemakaian ventilator oleh
P. Aeruginosa dan enterobacter. Dan bisa terjadi karena kekebalan tubuh dan
juga mempunyai riwayat penyakit kronis.
4. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis beragam, tergantung pada organisme penyebab dan penyakit
pasien Brunner & Suddarth (2011).
1. Menggigil mendadak dan dengan cepat berlanjut menjadi demam (38,5 o C sampai 40,5 o
C).
2. Nyeri dada pleuritik yang semakin berat ketika bernapas dan batuk.
3. Pasien yang sakit parah mengalami takipnea berat (25 sampai 45 kali pernapasan/menit)
dan dyspnea, prtopnea ketika disangga.
4. Nadi cepat dan memantul, dapat meningkat 10 kali/menit per satu derajat peningkatan
suhu tubuh (Celcius).
5. Bradikardi relativ untuk tingginya demam menunjukkan infeksi virus, infeksi mikroplasma,
atau infeksi organisme Legionella.
6. Tanda lain : infeksi saluran napas atas, sakit kepala, demam derajat rendah, nyeri
pleuritik, myalgia, ruam faringitis, setelah beberapa hari, sputum mucoid atau
mukopurulen dikeluarkan.
7. Pneumonia berat : pipi memerah, bibi dan bantalan kuku menunjukkan sianosis sentral.
8. Sputum purulent, bewarna seperti katar, bercampur darah, kental, atau hijau, bergantung
pada agen penyebab.
9. Nafsu makan buruk, dan pasien mengalami diaphoresis dan mudah lelah.
10. Tanda dan gejala pneumonia dapat juga bergantung pada kondisi utama pasien (misal,
yang menjalani terapi imunosupresan, yang menurunkan resistensi terhadap infeksi.
Manifestasi klinik pneumonia berdasarkan
World Health Organization (WHO) (2005)
yaitu batuk dan/atau kesulitan bernapas b.Suara merintih pada bayi
ditambah minimal salah satu hal berikut ini
c.Pada auskultasi terdengar :
yaitu :
a.Kepala terangguk-angguk 1)Crackles (ronki)
b.Pernapasan cuping hidung 2)Suara pernapasan menurun
c.Tarikan dinding dada bagian bawah ke 3)Suara pernapasan bronkial
dalam
d.Foto dada menunjukkan gambaran Dalam keadaan yang sangat berat
pneumonia
dapat dijumpai :
a.Tidak dapat minum/makan atau
Selain itu terdapat juga tanda berikut ini :
memuntahkan semuanya
a.Nafas cepat
b.Kejang, letargis atau tidak sadar
1)Anak umur < 2 bulan : ≥ 60 kali/menit
2)Anak umur 2 – 11 bulan : ≥ 50 c.Sianosis
kali/menit d.Distress pernapasan berat
3)Anak umur 1 – 5 tahun : ≥ 40
kali/menit
4)Anak umur ≥ 5 tahun : ≥ 30 kali/menit
5.Patofisiologi
Menurut pendapat Sujono & Sukarmin (2009), kuman masuk kedalam jaringan paru-paru
melalui saluran nafas bagian atas menuju ke bronkhiolus dan alveolus. Setelah Bakteri masuk
dapat menimbulkan reaksi peradangan dan menghasilkan cairan edema yang kaya protein.
Kuman pneumokokusus dapat meluas dari alveoli ke seluruh segmen atau lobus. Eritrosit
dan leukosit mengalami peningkatan, sehingga Alveoli penuh dengan cairan edema yang berisi
eritrosit, fibrin dan leukosit sehingga kapiler alveoli menjadi melebar, paru menjadi tidak berisi
udara. Pada tingkat lebih lanjut, aliran darah menurun sehingga alveoli penuh dengan leukosit
dan eritrosit menjadi sedikit.
Setelah itu paru tampak berwarna abu-abu kekuningan. Perlahan sel darah merah yang
akan masuk ke alveoli menjadi mati dan terdapat eksudat pada alveolus Sehingga membran dari
alveolus akan mengalami kerusakan yang dapat mengakibatkan gangguan proses difusi osmosis
oksigen dan berdampak pada penurunan jumlah oksigen yang dibawa oleh darah.
Secara klinis penderita mengalami pucat sampai sianosis. Terdapatnya cairan purulent pada
alveolus menyebabkan peningkatan tekanan pada paru, dan dapat menurunan kemampuan
mengambil oksigen dari luar serta mengakibatkan berkurangnya kapasitas paru. Sehingga
penderita akan menggunakan otot bantu pernafasan yang dapat menimbulkan retraksi dada.
Secara hematogen maupun lewat penyebaran sel, mikroorganisme yang ada di paru akan
menyebar ke bronkus sehingga terjadi fase peradangan lumen bronkus. Hal ini mengakibatkan
terjadinya peningkan produksi mukosa dan peningkatan gerakan silia sehingga timbul reflek
batuk.
a.Untuk bakteri Streptococcus pneumonia
Dengan pemberian vaksin dan antibotik. Ada dua vaksin
6. Penatalaksanaan
yaitu pneumococcal conjugate vaccine yaitu vaksin
imunisasi bayi dan untuk anak dibawah usia 2 tahun dan
Penatalaksanaan medis secara umum untuk pneumococcal polysaccharide vaccine direkomendasikan
pneumonia menurut Manurung dkk (2009) bagi orang dewasa. Antibiotik yang digunakan dalam
adalah : perawatan tipe pneumonia ini yaitu penicillin, amoxicillin,
1.Pemberian antibiotik seperti : penicillin, dan clavulanic acid, serta macrolide antibiotics (Shaleh,
cephalosporin pneumonia 2013).
2.Pemberian antipiretik, analgetik, bronkodilator b.Untuk bakteri Hemophilus influenzae
3.Pemberian oksigen Antibiotik cephalosporius kedua dan ketiga, amoxillin dan
clavulanic acid, fluoroquinolones, maxifloxacin oral,
4.Pemberian cairan parenteral sesuai indikasi. gatifloxacin oral, serta sulfamethoxazole dan
Sedangkan untuk penyebabpneumonia bervariasi trimethoprim. (Shaleh, 2013).
sehingga penanganannya pun akan disesuaikan c.Untuk bakteri Mycoplasma
dengan penyebab tersebut.
Dengan antibiotik macrolides, antibiotic ini diresepkan
Selain itu, pengobatan pneumonia tergantung untuk mycoplasma pneumonia, (Shaleh, 2013).
dari tingkat keparahan gejala yang timbul.
2.Bagi pneumonia yang disebabkan oleh virus
(Shaleh, 2013)
Pengobatannya sama dengan pengobatan pada penderita
1.Bagi pneumonia yang disebabkan oleh bakteri flu. Yaitu banyak beristirahat dan pemberian nutrisi yang
Dengan pemberian antibiotik yang tepat. baik untuk membantu daya tahan tubuh. Sebab
Pengobatan harus komplit sampai benar-benar bagaimana pun juga virus akan dikalahkan juka daya
tidak lagi muncul gejala pada penderita. Selain tahan yubuh sangat baik, (Shaleh, 2013).
itu, hasil pemeriksaan X-Ray dan sputum tidak 3.Bagi pneumonia yang disebabkan oleh jamur
tampak adanya bakteri pneumonia (Shaleh, Cara pengobatannya akan sama dengan cara mengobati
2013). penyakit jamur lainnya. Hal yang paling penting adalah
pemberian obat anti jamur agar bisa mengatasi
pneumonia (Shaleh, 2013).
7. Pemeriksaan penunjang
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak,
meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit
(E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare
seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
2. Faktor Malabsorbsi
• Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida
(intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang
terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu bisa terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
3. Faktor Makanan
• Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan
tertentu.
4. Faktor Psikologis
• Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang terjadi tetapi dapat
ditemukan pada anak yang lebih besar.
3. TANDA DAN GEJALA
1.Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
2.Pada anak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
3.Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur
empedu.
4.Daerah sekitar anus kemerahan dan lecet karena seringnya difekasi
dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
5.Ada tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering
dan disertai penurunan berat badan.
6.Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah
turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas hingga
menyebabkan kesadaran menurun.
7.Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
4. PATOFISIOLOGI
1.Pemeriksaan tinja
a.Makroskopis dan mikroskopis
b.PH dan kadar gula dalam tinja
c.Bila perlu diadakan uji bakteri
2.Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah,
dengan menentukan PH dan cadangan alkali dan analisa gas
darah.
3.Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal
ginjal.
4.Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan
Posfat.
7. KOMPLIKASI
Pengkajian merupakan langkah pertama dari prioritas keperawatan dengan pengumpulan data-data
yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada. (Hidayat, 2004 :
98)
Adapun hal-hal yang dikaji meliputi :
a.Identitas Klien
1)Data umum meliputi : ruang rawat, kamar, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor medical
record.
2)Identitas klien
Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku dan gaya hidup.
b.Riwayat Kesehatan
1.Keluhan Utama
Bab cair lebih dari 3x.
2.Riwayat Keperawatan Sekarang
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan BAB cair berkali-kali baik desertai atau
tanpa dengan muntah, tinja dapat bercampur lendir dan atau darah. Keluhan lain yang mungkin
didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan meningkat, volume diuresis menurun dan
gejala penurunan kesadaran.
3.Riwayat Keperawatan Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka
panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan,
dll.
4.Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan
komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota
keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan,
persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.
c.Pemeriksaan Fisik
1)Keadaan umum : klien lemah, lesu, gelisah, kesadaran turun
2)Pengukuran tanda vital meliputi : Tekanan Darah, Nadi, Respirasi dan suhu tubuh.
3)Keadaan sistem tubuh
a.Mata : cekung, kering, sangat cekung
b.Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat
> 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus,
minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan tidak bisa minum
c.Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis
metabolic (kontraksi otot pernafasan)
d.Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun
pada diare sedang.
e. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 detik, suhu
meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill
time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
f.Sistem perkemihan : oliguria sampai anuria (200-400 ml/24 jam).
d.Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium :
a) Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
b) Serum elektrolit : Hiponatremi, Hipernatremi, hipokalemi
c) AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat,
HCO3 menurun)
d) Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
2) Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemon
10. Diagnosa keperawatan
Tujuan Intervensi
( SLKI ) ( SIKI )
Manajemen Nutrisi
Defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Observasi
dengan kurangnya asupan keperawatan selama 3x24jam, - identifikasi status nutrisi
makanan diharapkan status nutrisi - monitor asupan makanan
membaik dengan kriteria -monitor berat badan
- monitor hasil pemeriksaan
hasil : laboratorium
- porsi makanan yang Terapeutik
dihabiskan menigkat - lakukan oral hygiene sebelum
makan,jika perlu
- perasaan cepat kenyang - sajikan makanan secara menarik dan
menururn suhu yang sesuai
- diare menurun - berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- berat badan membaik - berikan makanan tinggi kalori dan
- IMT membaik tinggi protein
- nafsu makan membaik Kolaborasi
- kolaborasi dengan ahli gizi untuk
- frekuensi makan membaik menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
12.Implementasi keperawatan
1. Definisi DHF
Derajat 2 Derajad 1 disertai pendarahan spontan dikulit dan/ atau pendarahan lain.
Derajat 3 Ditemukan tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan nadi menurun (< 20 mmhg)
atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab, dan pasien menjadi gelisah.
Derajat 4 Syok berat, nadi tidak teraba, dan tekanan darah tidak dapat diukur.
4. Tanda dan Gejala
• Demam.
Demam tinggi sampai 40oC dan mendadak, Demam terjadi secara mendadak
berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun menuju suhu normal atau lebih
rendah.
• Perdarahan.
• Anoreksia
• Mual muntah
• Nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut
• Nyeri kepala
• Nyeri otot dan sendi
• Trombositopenia (< 100.000/ mm3 )
• Hepatomegali.
• Renjatan (Syok).
5. Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh manusia akan menyebabkan klien mengalami
viremia
Pada penderita DBD, terdapat kerusakan yang umum pada sistem vaskuler yang
mengakibatkan terjadinya peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah.
Plasma dapat menembus dinding vaskuler selama proses perjalanan penyakit, dari
mulai demam hingga klien mengalami renjatan berat. Volume plasma dapat
menurun hingga 30%. Hal ini lah yang dapat mengakibatkan seseorang mengalami
kegagalan sirkulasi. Adanya kebocoran plasma ini jika tidak segera di tangani dapat
menyebabkan hipoksia jaringan, asidosis metabolik yang pada akhirnya dapat
berakibat fatal yaitu kematian. Virmia juga menimbulkan agresi trombosit dalam
darah sehingga menyebabkan trombositopeni yang berpengaruh pada proses
pembekuan 15 darah. Perubahan fungsioner pembuluh darah akibat kebocoran
plasma yang berakhir pada perdarahan, baik pada jaringan kulit maupun saluran
cerna biasanya menimbulkan tanda seperti munculnya purpura, petekie,
hematemesis, atapun melena.
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai sebagai berikut
• Hb dan PCV meningkat (>20%).
• Trombosite (<100.000).
• IgD degue positif.
• Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan hipoproteinemia, hipokloremia,
hiponateremia.
• Urin dan pH darah mungkin meningkat.
• Asidosis metabolic: pCO2< 35-40 mmHg HCO3 rendah.
• Ht Meningkat Lebih 20 %
• Leukosit menurun pada hari ke – 2 dan ke – 3
• Protein darah rendah
• Ureum PH bias meningkat
• Na dan Cl rendah
• Uji tourniket ( Positif )
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS DHF
PENGKAJIAN
• Identitas Pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia
kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang
tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
• Keluhan Utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah
sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
• Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil
dan saat demam kesadaran composmentis.
• Riwayat penyakit dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita pada DHF, anak bisa mengalami
serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang lain.
• Riwayat penyakit keluarga
Penyakit apa saja yang pernah di derita sama keluarga klien
• Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindari
• Riwayat gizi Status gizi
Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan
nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai
dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak akan mengalami
penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
• Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih (seperti air yang mengenang dan gantungan baju di kamar).
• Pola kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pentangan, nafsu makan
berkurang, dan nafsu makan menurun.
b. Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang-kadang anak mengalami
diar/konstipasi. Sementara DHF pada Grade III-IV bisa terjadi melena.
c. Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing,
sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi
hematuria.
d. Tidur dan istirahat. Anak sering mrngalami kurang tidur karena
mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan
kuantitas tidur maupun istirahat kurang.
• Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi
dari ujung rambut sampai Ujung kaki
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue ditandai
dengan suhu tubuh diatas nilai normal
• Kekurangan volume cairan ( Hipovolemia ) berhubungan dengan
peningkatan permeabilitas kapiler ditandai dengan mukosa bibir kering
• Defisit Nutrisi berhubungan dengan psikologis (keengganan untuk
makan) makanan ditandai dengan berat badan menurun
• Kurang Pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif
ditandai dengan kurang informasi
• Resiko Perdarahan berhubungan dengan gangguaan koagulasi
(penurunan trombosit) ditandai dengan trombositopenia
• Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai
dengan mengeluh lelah
INTERVENSI
DIAGNOSA SLKI SIKI
Hipertermi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia
berhubungan dengan keperawatan … x 24 jam
proses infeksi virus diharapkan Termoregulasi Observasi :
dengue membaik. Identifikasi penyebab hipertemia ( mis. Dehidrasi,
Kriteria Hasil : terpapar
• Menggigil menurun
• Kulit merah menurun lingkungan panas, penggunaan incubator )
• Kejang menurun Monitor suhu tubuh
• Pucat menurun
• Suhu tubuh membaik Terapeutik :
• Tekanan darah membaik Basahi dan kipasi permukaan tubuh
Berikan cairan oral
Lakukan pendinginan eksternal ( mis. Seliput hipotermia
atau kompres dingin di dahi, leher, dada, abdomen,
aksila )
Edukasi :
Anjurkan tiring baring
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian cairan elektrolit intravena, jika
perlu
DIAGNOSA SLKI SIKI
Hipovolemia Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipovolemia
keperawatan … x 24 jam
berhubungan diharapkan status cairan Observasi :
dengan kehilangan membaik, dengan Periksa tanda dan gejala hipovolemik ( tekanan darah
cairan aktif Kriteria Hasil : menurun, membrane mukosa kering, hematocrit
ditandai dengan • Turgor kulit meningkat
• Perasaan lemah meningkat )
mukosa bibir menurun Monitor intake dan output cairan
kering • Keluhan haus menurun
• Tekanan darah Terapeutik :
membaik Hitung kebutuhan cairan
• Membran mukosa
membaik Berikan posisi modified trendelenburg
• Kadar Hb membaik Berikan asupan cairan oral
• Intake cairan membaik Edukasi :
• Suhu tubuh membaik
Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis ( misalnya :
NaCl, RL )
Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis ( missal :
glukosa 2,5%, NaCl 0,4% )
Kolaborasi pemberian cairan koloid ( miosal : albumin,
plasmanate )
Kolaborasi pemberian produk darah
IMPLEMENTASI
• Implementasi keperawatan merupakan
serangkaian tindakan yang dilakukan oleh
perawat maupun tenaga medis lain untuk
membantu pasien dalam proses
penyembuhan dan perawatan serta masalah
kesehatan yang dihadapi pasien yang
sebelumnya disusun dalam rencana
keperawatan (Nursallam, 2011).
EVALUASI
• Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi
keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
a. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga
evaluasi berjalan dimana evaluasi dilakukan
sampai dengan tujuan tercapai
b. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir
dimana dalam metode evaluasi ini
menggunakan SOAP.
THANK YOU