Anda di halaman 1dari 31

ILMU UKUR TANAH

TEKNIK GEODESI

DOSEN PENGASUH :

MASRINEDI UMAR, M. Eng


ANGGOTA :

MARLENI (2016510012)
ARIEF WAHYU NUGRAHA (2016510 )
GITO GILAS NUSANTARA (2016510 )
JODI DESTRIAWAN (2016510 )

INSTITUT TEKNOLOGI PADANG


TAHUN AKADEMIK 2016/2017
PENGUKURAN JARAK
Silabus

 Pengenalan Waterpass
Pengukuran Jarak
Pengenalan Waterpass
Waterpass atau penyipat datar merupakan
alat untuk mengukur beda tinggi antara
dua atau lebih titik yang berdekatan.
Perbedaan tingkat ketinggian tersebut
bisa diamati dari garis-garis visir/sumbu
teropong horisontal yang ditujukan ke
arah rambu-rambu ukur vertikal.
Bagian – bagian alat ukur waterpas

1. Teropong yang didalamnya terdapat lensa obyektif, lensa okuler dan diafragma,
2. Nivo kotak dan nivo tabung
3. Sumbu satu
4. Tiga skrup pendatar
5. Teropong
6. Visir
7. Lubang tempat membidik.
8. Nivo kotak
9. Nivo tabung.
10. Pemokus diafragma
11. Skrup pemokus bidikan
12. Tiga skrup pendatar
13. Skrup pengatur nivo U
14. Skrup pengatur gerakan halus horizontal
Cara Mengoperasikan Alat Ukur Waterpas

(1) Memasang alat di atas kaki tiga


(2) Mendirikan Alat ( Set up )
(3) Membidikan Alat
(4) Membaca Hasil Pembidikan
Pengukuran Jarak
Jarak antara 2 buah titik di permukaan bumi
dalam IUT adalah jarak dalam bidang
horizontal, yang merupakan jarak terpendek
antara 2 buah titik tersebut.

Cara-cara pengukran jarak :


.
1. Pengukuran Langsung
Peralatan yang digunakan di dalam
pengukuran jarak langsung :
• Pita ukur
• Pegas ukur
• Rantai ukur
• Kayu ukur
Alat-alat bantu antara lain :

o Yalon atau anjir


o Pen ukur
o Benang dan unting-unting
o Klinometer atau helling meter
o Jepitan penarik
o Pegas ukur ketegangan
o Cermin atau prisma penyiku
Pelaksanaan pengukuran :

Pelurusan arah
antara 2 titik
yang akan
diukur

Pelaksanaan
Pengukuran
Jaraknya
sendiri
1. Pelurusan arah antara 2 titik yang akan diukur

Pelurusan dilakukan apabila pengukuran tidak


dapat dilakukan dengan sekali membentangkan
pita ukur karena jarak yang diukur melebihi
panjang pita ukur dan atau permukaan tanahnya
tidak mendatar, sehingga jarak tersebut perlu
dipenggal-penggal agar pada setiap penggalan
dapat dilakukan pengukuran jarak dengan sekali
membentangkan pita ukur dan pita ukur dapat
ditarik hingga mendatar.
2. Pelaksanaan pengukuran jaraknya sendiri

Pengukuran jarak langsung minimal dilakukan


oleh 2 orang, orang pertama memegangi bagian
awal pita ukur, dan orang kedua menarik pita ukur
di ujung yang lain. Ujung awal (skala 0) pita ukur
ditempatkan di A oleh orang pertama, kemudian
pita ukur dibentangkan dan ditarik hingga lurus dan
mendatar hingga menyinggung anjir.
Selanjutnya di ujung pita ukur ditancapkan pen
ukur dan angka panjang pita ukur dibaca oleh
orang kedua, data pembacaan dicatat.
Cara Pencatatan Data Ukuran Jarak Langsung

Agar data ukuran-ukuran jarak yang banyak tidak


membingungkan dan menjadi lebih sistematik
dan mudah dipahami orang lain, maka data
tersebut dicatat dalam formulir ukur atau buku
ukur dan disertakan sket pengukuran, arah
pengukuran dan cara penulisan data dengan
aturan yang baku atau seragam.
Sumber-sumber kesalahan dalam Pengukuran Jarak
Langsung
 Pita ukur tidak betul-betul mendatar
 Unting-unting tidak vertikal betul karena
hembusan angin
 Pelurusan yang tidak seksama
 Panjang pita ukur yang tidak standar
 Kesalahan menghitung jumlah bentangan
 Dll.
Ketelitian Pengukuran Jarak

ketelitian pengukuran jarak langsung


berkisar antara 1:3000 sampai 1:5000, karena
memang banyak faktor yang
mempengaruhinya. Surveyor yang telah
berpengalaman dan bekerja secara hati-hati
dengan pita ukur dari baja, dapat mencapi
ketelitian 1:5000.
2. Pengukuran tak Langsung

a. Optis
- Sistem Stadia
Pengukuran jarak dengan sistem stadia
dilakukan jika ada teropong terdapat 3
benang stadia, yaitu benang atas (BA),
benang tengah (BT), dan benang bawah (BB).
Posisi teropong pada alat ukur tanah
dapat mendatar ataupun miring.
1. Teropong Mendatar
Dari gambar di atas dapat kita lihat bahwa :
d:s=f:i
d = (f : i) . S
DAB = c + f + d = c + f + ( f : i ) . S
c + f adalah konstan, dimisalkan = B
( f : i ) juga konstan = A
Maka rumus jarak datar menjadi : DAB = B + A . S
Apabila tinggi garis bidik diukur misal = t, maka
beda tinggi ( ΔhAB ) = t – BT. Apabila ketinggian
titik A diketahui, misal = HA, maka tinggi titik B :
HB = HA + ΔhAB = HA + t - BT
2. Teropong Miring
Untuk teropong dengan kemiringan α
terhadap bidang mendatar yang
melalui sumbu II teropong, maka :

S → S˟ = S cos α
d → d˟ = d cos α
B → B cos α
Andaikata jarak dari bidang mendatar yang
melalui sumbu II sampai BT rambu kita namakan
V (naik / turun ), maka :

tg α = ( V : DAB ) → V = DAB . tg α
= (B cos α + A . S COS2 α ) tg α
= (B cos α + A . S COS2 α ) ( sin α : cos α )
= B sin α + A . S COS α . sin α
= B sin α + ½ A . S . sin 2α
karena B sin α dianggap kecil atau bahkan nol,
maka :

V = ½ A . S . sin 2α

Dari gambar di atas di dapat hubungan :

t + V = ΔhAB + BT
ΔhAB = t + V - BT

Sehingga :

HB = HA + t + V - BT
- Sistem Tangensial
Sistem ini dipakai karena teropong tidak
mempunyai benang stadia, sehingga rambu
hanya dibaca benang tengahnya saja.
BT1 - E = DAB . tg α1
BT2 - E = DAB . tg α2
V = DAB . tg α1
ΔhAB = t + V - BT1
S = DAB ( tg α2 - tg α1 ) = DAB . tg α1 + V - BT1
HB = HA + DAB . tg α1 + V - BT1
- Sistem rambu mendatar ( substenbar system )
V = H tg θ
Apabila tinggi rambu = hr dan tinggi alat ukur = t,
maka beda tinggi adalah :

ΔhAB = t ± V – hr

dan tinggi B adalah :

ΔhB = hA + t ± V – hr
Rumus pengukuran jarak yang kita praktikan di
lapangan dengan mengunakan waterpass yaitu :

Jarak = ( BA –BB ). 100


SEKIAN

SEMOGA BERMANFAAT

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai