Anda di halaman 1dari 24

Ressy Irma Juwita

71 2018 068
 BeIl’s palsy adalah kelumpuhan atau paralisis wajah unilateral karena gangguan nervus

fasialis perifer yang bersifat akut dengan penyebab yang tidak teridentifikasi dan dengan
perbaikan fungsi yang terjadi dalam 6 bulan.

 Bell’s Palsy merupakan suatu kelumpuhan akut nervus fasialis perifer yang tidak diketahui

sebabnya. Juga dikatakan Bell’s palsy atau prosoplegia adalah kelumpuhan fasialis tipe lower
motor neuron (LMN) akibat paralisis nervus fasial perifer yang terjadi secara akut dan
penyebabnya tidak diketahui (idiopatik) di luar sistem saraf pusat tanpa disertai adanya
penyakit neurologis lainnya.
 Saraf fasialis merupakan saraf campuran yang terdiri dari 2 akar saraf, yaitu akar motorik

(lebih besar dan lebih medial) dan intermedius (lebih kecil dan lebih lateral). Akar motorik
berasal dari nukleus fasialis dan berfungsi membawa serabut- serabut motorik ke otot- otot
ekspresi wajah. Saraf intermedius yang berasal dari nukleus salivatorius anterior, membawa
serabut-serabut parasimpatis ke kelenjar lakrimal, submandibular, dan sublingual. Saraf
intermedius juga membawa serabut- serabut aferen untuk pengecapan pada dua pertiga depan
lidah dan aferen somatik dari kanalis auditori eksterna dan pinna.
 Inti motorik terdiri dari 2 bagian:

 Superior > persarafan otot wajah bagian atas mendapat control dari traktus kortikobulbar

bilateral

 Inferior > persarafan otot wajah bagian bawah yg mendapat control unilateral dari hemisfer

kontralateral

 Lesu sentral unilateral > otot wajah bagian bawah lumpuh

 Lesi mengenai kedua inti motoric/serabut sarafnya > seluruh otot wajah sesisi lumpuh
Nervus facialis ada 4 inti:

1.Nukleus fasialis (somatomotorik) > nukelus motoric utama mempersaarafi otot wajah

2.Nukleus salivatorius (viseromotoris) > serabut parasimpatis > mukosa faring, palatum, rongga

hidung, sinus paranasalis, glandula submaksilaris, sublingualis dan lakrimalis

3.Nukleus solitarius (viserosensoris) > alat pengecap 2/3 anterior lidah, dasar mulut dan palatum

mole

4.Nukleus sensoris trigeminus (somatosensoris) > menghantar rasa nyeri, suhu, raba,, daerah

kulit dan mukosa yg dipersarafi n. trigeminal


 Bell’s palsy merupakan penyebab paralisis fasialis yang paling sering ditemukan, yaitu sekitar

75% dan seluruh paralisis fasialis. Insiden bervariasi di berbagai Negara di seluruh dunia.
Perbedaan insidensi ini tergantung pada kondisi geografis masing- masing negara. Insiden
tahunan yang telah dilaporkan berkisar 11-40 kasus per 100.000 populasi. Puncak insiden
terjadi antara dekade kedua dan keempat (15-45 tahun). Tidak dijumpai perbedaan prevalensi
dalam jenis kelamin. Insiden meningkat tiga kali lebih besar pada wanita hamil (45 kasus per
100.000). Sebanyak 5-10% kasus Bell’s palsy adalah penderita diabetes mellitus.
 Mekanisme lainnya adalah infeksi virus, yang secara langsung merusak fungsi saraf melalui

mekanisme inflamasi, yang kemungkinan terjadi pada seluruh perjalanan saraf dan bukan oleh
kompresi pada kanal tulang.

 Adanya peran genetik juga telah dikemukakan sebagai penyebab Bell’s palsy, terutama kasus

Bell’s palsy yang rekuren ipsilateral atau kontralateral. Kebanyakan kasus yang dijumpai
adalah autosomal dominant inheritance
 Para ahli menyebutkan bahwa pada BP terjadi proses inflamasi akut pada nervus fasialis di daerah
tulang temporal, di sekitar foramen stilomastoideus. BP hampir selalu terjadi secara unilateral.
Namun demikian dalam jarak waktu satu minggu atau lebih dapat terjadi paralysis bilateral.
Penyakit ini dapat berulang atau kambuh
 Patofisiologinya belum jelas, tetapi salah satu teori menyebutkan terjadinya proses inflamasi
 Bell’s Palsy (BP) pada nervus fasialis yang menyebabkan peningkatan diameter nervus fasialis
sehingga terjadi kompresi dari saraf tersebut pada saat melalui tulang temporal (Mardjono,2003,
Davis,2005). Perjalanan nervus fasialis keluar dari tulang temporal melalui kanalis fasialis yang
mempunyai bentuk seperti corong yang menyempit pada pintu keluar sebagai foramen mental.
Dengan bentukan kanalis yang unik tersebut, adanya inflamasi, demyelinisasi atau iskemik dapat
menyebabkan gangguan dari konduksi. Impuls motorik yang dihantarkan oleh nervus fasialis bisa
mendapat gangguan di lintasan supranuklear, nuklear dan infranuklear. Lesi supranuklear bisa
terletak di daerah wajah korteks motorik primer atau di jaras kortikobulbar ataupun di lintasan
asosiasi yang berhubungan dengan daerah somatotropik wajah di korteks motorik primer
 Nervus fasialis terjepit di dalam foramen stilomastoideus dan menimbulkan kelumpuhan fasialis LMN.

Pada lesi LMN bisa terletak di pons, di sudut serebelo-pontin, di os petrosum atau kavum timpani, di
foramen stilomastoideus dan pada cabang-cabang tepi nervus fasialis. Lesi di pons yang terletak di
daerah sekitar inti nervus abdusens dan fasikulus longitudinalis medialis. Karena itu paralisis fasialis
LMN tersebut akan disertai kelumpuhan muskulus rektus lateralis atau gerakan melirik ke arah lesi.
Selain itu, paralisis nervus fasialis LMN akan timbul bergandengan dengan tuli perseptif ipsilateral dan
ageusia (tidak bisa mengecap dengan 2/3 bagian depan lidah).

 Berdasarkan beberapa penelitian bahwa penyebab utama Bell’s palsy adalah reaktivasi virus herpes

(HSV tipe 1 dan virus herpes zoster) yang menyerang saraf kranialis. Terutama virus herpes zoster
karena virus ini menyebar ke saraf melalui sel satelit. Pada radang herpes zoster di ganglion genikulatum,
nervus fasialis bisa ikut terlibat sehingga menimbulkan kelumpuhan fasialis LMN
 Anamnesis
 Anamnesis yang lengkap mengenai onset,
durasi, dan perjalanan penyakit, ada tidaknya
nyeri, dan gejala lain yang menyertai penting
ditanyakan untuk membedakannya dengan
penyakit lain yang menyerupai. Pada Bell’s
palsy kelumpuhan yang terjadi sering
unilateral pada satu sisi wajah dengan onset
mendadak (akut) dalam 1-2 hari dan dengan
perjalanan penyakit yang progresif, dan
mencapai paralisis maksimal dalam 3 minggu
atau kurang
 Dari hasil pemeriksaan neurologi, didapatkan gangguan fungsi saraf fasialis perifer yang difus

tanpa ada neuropati lainnya. Lesi SSP (supranuklear) juga dapat menyebabkan paralisis saraf
fasialis, hanya perbedaannya dari lesi perifer tidak dijumpainya paralisis dahi pada sisi yang
terlibat dan dapat menutup mata dengan baik (lagophtalmus tidak dijumpai) dan disertai
dengan defisit neurologis lainnya, sekurang- kurangnya kelumpuhan ekstremitas pada sisi
yang kontralateral
 Umumnya pasien Bell’s palsy tidak membutuhkan pemeriksaan penunjang. Namun, bila
dijumpai indikasi tertentu, pemeriksaan lanjutan berikut dapat dianjurkan, seperti:
 Imaging: Computed tomography (CT) atau Magnetic Resonance
 lmaging (MRI) diindikasikan jika tanda fisiknya tidak khas, tidak ada perbaikan paralisis fasial
setelah 1 bulan, adanya kehilangan perdengaran, defisit saraf kranial multipel dan tanda- tanda
paralisis anggota gerak atau gangguan sensorik.
 Tes pendengaran: jika diduga adanya kehilangan pendengaran, tes audiologi dapat dilakukan
untuk menyingkirkan neuroma akustikus.
 Tes laboratorium perlu jika pasien memiliki tanda- tanda keterlibatan sistemik tanpa perbaikan
lebih dari empat minggu (Garg dkk, 2012 Ronthal dkk, 2012).
 Istirahat terutama pada keadaan akut

 Medikamentosa

Prednison : pemberian sebaiknya selekas- lekasnya terutama pada kasus BP yang secara elektrik menunjukkan
denervasi. Tujuannya untuk mengurangi odem dan mempercepat reinervasi. Dosis yang dianjurkan 3 mg/kg
BB/hari sampai ada perbaikan, kemudian dosis diturunkan bertahap selama 2 minggu.
Jika diduga infeksi virus > Asiklovir 400 mg 5x sehari selama 7 hari atau Valasoklovir 1g 3x sehari selama 7 hari
dalam waktu 72 jam sejak onset
 Fisioterapi

Sering dikerjakan bersama-sama pemberian prednison, dapat dianjurkan pada stadium akut. Tujuan fisioterapi
untuk mempertahankan tonus otot yang lumpuh. Cara yang sering digunakan yaitu : mengurut/ massage otot
wajah selama 5 menit pagi- sore atau dengan faradisasi
 85% memperlihatkan tanda- tanda perbaikan pada minggu ketiga setelah onset penyakit. 15%
kesembuhan terjadi pada 3-6 bulan kemudian.
 Pada literatur lain penderita BP bisa sembuh sempurna dalam waktu 2 bulan dan sembuh
sempurna antara 1-3 bulan

Anda mungkin juga menyukai