Anda di halaman 1dari 60

Mengklasifikasikan Elemen

Mesin berdasarkan fungsinya


PENGERTIAN

Elemen Mesin
Bagian-bagian suatu konstruksi yang mempunyai
bentuk serta fungsi tersendiri, seperti baut-mur, pen , pasak,
poros, kopling, sabuk-pulli, rantai- sprocket, roda gigi dan
sebagainya.
Dalam penggunaan elemen mesin bisa berfungsi sebagai
elemen pengikat, elemen pemindah atau transmisi, elemen
penyangga elemen pelumas, elemen pelindung dan
sebagainya
Beberapa pertimbangan perencanaan dan perancangan
elemen mesin :
1. Pembebanan
2. Jenis elemen yang bergerak
3. Sifat material bahan
4. Kelayakan pemakaian yang ekonomis
5. Faktor keamanan
Pembebanan (Loading)
Gaya yang bekerja pada suatu bidang. Sumber
beban mencakup energi transmisi, berat elemen,
hambatan gesek dan momen inersia.

Jenis-jenis pembebanan :
a. Beban tetap
beban terpusat, beban merata, beban teratur dan
beban tidak teratur.
b. Beban tidak tetap
c. Beban kejut
Tegangan (Stress)
Beban gaya setiap satuan luas bidang yang
menahan beban.

Jenis-jenis tegangan :
a. Tegangan normal
- Tegangan tarik (tensile)

- Tegangan tekan (compressive)


b. Tegangan geser (shear)

c. Tegangan lentur (bend)


M
σ=
Z

M = Momen inersia
Z = Modulus luas
d. Tegangan puntir

Gθr Tr
τ = =
ℓ I

G = Modulus rigiditas
θ = Sudut puntir
r = Jari-jari
ℓ = Panjang
I = Momen inersia polar
Regangan (Strain)
Pertambahan panjang (deformasi) sebuah
benda/logam menjadi lebih panjang dari bentuk
semula

Jenis-jenis regangan :
a. Regangan linier
b. Regangan lateral
c. Regangan volumetrik
d. Regangan geser
Modulus Elastisitas (Modulus Young)
Adalah hubungan antara tegangan dan regangan.

σ
E =

E = Modulus elastisitas
σ = Tegangan
ℓ = Regangan
Diagram tegangan-regangan

σ Keterangan :
OA = Daerah elastis
D AB = Daerah plastis
BC = Daerah luluh
D = Titik ultimate
B C E E = Patah (failure)

0 ℓ
SAMBUNGAN PAKU KELING (RIVET)

Merupakan jenis sambungan tetap. Pemakaian sambungan


paku keling :
- Pekerjaan konstruksi ringan atau berat
- Pekerjaan bangunan kapal dan pesawat terbang
- Pekerjaan kilang minyak, turbin dan ketel
Beberapa kegagalan dalam sambungan paku keling :
1. Pelat melengkung
Terjadi karena tegangan atau gaya F paku keling
lebih besar dari pelatnya.

2. Pelat sobek
Terjadi karena jarak antar paku keling terlalu rapat
atau berdekatan, dan tegangan atau gaya F paku
keling lebih besar dari pelatnya, sehingga pelat
menjadi sobek.

3. Pelat tergunting
Terjadi karena adanya tegangan geser, dan
tegangan atau gaya F paku keling lebih besar dari
pelatnya, sehingga pelat akan tergunting.
4. Pelat melumer
Terjadi karena adanya tekanan bidang permukaan
yang lebih kecil, sehingga pelat akan melumer.

5. Tepi pelat tergunting


Terjadi karena adanya tekanan bidang permukaan
yang lebih kecil, sehingga tepi pelat akan tergunting
dan paku keling menjadi remuk.

6. Tepi pelat sobek


Terjadi karena adanya tekanan bidang permukaan
yang lebih kecil, sehingga tepi pelat akan sobek.

Catatan :
Kegagalan sambungan paku keling di atas merupakan
dasar perhitungan kekuatan sambungan.
1. Sambungan Paku Keling Berhimpit Tunggal

s
d
s

Besarnya gaya F pada setiap kegagalan sambungan


a. Pelat sobek
F = (s – d) t σt

b. Pelat tergunting
F = π/4 d2 τp
c. Pelat melumer
F = d t σe

d. Tepi pelat tergunting


F = 2 d t τt

Keterangan :
t = Tebal pelat (mm)
d = Diameter paku keling (mm)
s = Jarak antar paku keling (mm)
Untuk menentukan efisiensi sambungan :
Kekuatan sambungan
η = x 100 %
Kekuatan pelat utuh

Gaya F terkecil diantara kegagalan sambungan


η =
t s σt
2. Sambungan Paku Keling Berhimpit Ganda

s
d
s

Besarnya gaya F pada setiap kegagalan sambungan


a. Pelat sobek
F = (s – d) t σt

b. Pelat tergunting
F = 2 π/4 d2 τp
c. Pelat melumer
F = 2 d t σe

Untuk menentukan efisiensi sambungan :


Kekuatan sambungan
η = x 100 %
Kekuatan pelat utuh

Gaya F terkecil diantara kegagalan sambungan


η =
t s σt
SAMBUNGAN PAKU KELING DENGAN BEBAN
EKSENTRIK
y ℓ F

x
Pusat gravitasi
Jika seluruh ukuran paku keling dianggap sama
maka pembebanan pusat gravitasi adalah :
x1 + x2 + x3 + … + xn
x =
z
y1 + y2 + y3 + … + yn z = Jumlah paku keling

y =
z

Pembebanan
F F1
Fn = ℓ1 ℓ2 F2
z

Beban akibat momen puntir


F1 F2 F3 F4 F 4 ℓ3 ℓ4
= = =
ℓ1 ℓ2 ℓ3 ℓ4 F3
Sehingga :
ℓ2 ℓ3 ℓ4
F2 = F1 F3 = F1 F4 = F1
ℓ1 ℓ1 ℓ1

Persamaan momen
F ℓ = F1 ℓ1 + F2 ℓ2 + F3 ℓ3 + F4 ℓ4
F ℓ = F1 / ℓ1 (ℓ22 + ℓ32 + ℓ42)

Beban resultan
Ri = √ Fn2 + Fi2 + 2 Fn Fi cos θ

dimana : Ri = Resultan beban pada paku keling ke-i


Fi = Beban terbesar yang dialami pada paku
keling ke-i
SAMBUNGAN MUR BAUT

Merupakan jenis sambungan tidak tetap, karena ikatan


sambungan dapat dilepas/dibuka.

Berbeda dengan sambungan paku keling, sambungan mur


baut memiliki bagian ulir yang berfungsi sebagai ikatan
sambungan.
Keterangan :
D = Diameter luar (mm)
D1 = Diameter inti (mm)
D2 = Diameter kisar (mm)
Dm = Diameter rata-rata (mm)
= (D + D1)/4
p = Pitch/kisar (mm)
t = Tinggi ulir (mm)
Keuntungan yang dimiliki sambungan mur baut :
1. Mudah dalam proses penyambungan
2. Dapat dipasang atau dibongkar sesuai dengan
kebutuhan
3. Memenuhi segala syarat pengoperasian
4. Memiliki efisiensi yang baik

Kekurangan sambungan mur baut :


1. Mudah terjadi pemusatan tegangan pada bagian ulir
2. Bila tekanan sambungan lebih kecil, akan mudah lepas
Ada beberapa jenis ulir, yaitu :
1. Berdasarkan bentuk profil
- Ulir persegi/trapesium
- Ulir bulat
- Ulir sayap kupu-kupu

2. Berdasarkan arah putar


- Ulir putar kiri
- Ulir putar kanan
Perhitungan Kekuatan Sambungan

1. Tegangan permulaan karena kekuatan ikatan


- Tegangan tarik pada batang baut
Beban awal
Fi = 2840 D

σ = Fi/A dimana A = π/4 [(Dm + D1)/2]2

- Tegangan geser akibat gesekan ulir


Momen puntir awal
M = Fi (0,16 p + 0,58 f D2)

dimana f = koefisien gesek ulir


2. Tegangan karena beban luar
- Tegangan tarik
σ = F/A dimana A = π/4 D12

- Tegangan geser
τ = Fg/A dimana A = π/4 D12

- Tegangan kombinasi
σmax = σ/2 + 1/2 √σ2 + 4 τ2

τmax = 1/2 √σ2 + 4 τ2

3. Beban gabungan
Fg = Fi + [a/(1+a)] F

dimana a = Perbandingan elastisitas antara


komponen dengan baut
SAMBUNGAN LAS

Merupakan jenis sambungan pengikat dan penyatuan


suatu logam dengan proses metalurgi yang dilakukan
dalam keadaan lumer.

Alat yang digunakan untuk proses penyambungan adalah


fluks yang dipakai untuk memperlancar perpindahan
butiran metalurgi.

Fluks merupakan sumber terak yang berfungsi sebagai


pelindung terhadap pengaruh luar (penetrasi unsur lain).
Perhitungan Kekuatan Sambungan

Tergantung pada jenis kampuh dan pembebanannya,


sehingga menimbulkan tegangan tarik (σ) dan tegangan
geser (τ).

Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah :


- Luas penampang efektif
- Panjang efektif las
- tebal efektif las

te t = Tebal kaki las


te= Tebal efektif las
= ½ √2 t
t
ℓ ℓe = Panjang efektif las
= ℓ - 3 te

1. Sambungan las penampang asimetris beban aksial

ℓa tℓτ
F=
a √2
b
ℓb

ℓ = ℓa + ℓ b ………… (1)
ℓa t τ a = ℓ b t τ b
ℓa a = ℓ b b ………… (2)
Dari (1) dan (2) didapat :
ℓa ℓb
ℓa = ℓb =
a+b a+b

2. Sambungan las dengan beban eksentrik

Beban eksentrik = beban langsung + beban momen


= F + Fe
= (2 t ℓ τ)/√2 + σ z
= (2 t ℓ τ)/√2 + (σ 2 t ℓ2)/6√2

σmax = σ/2 + ½ √σ2 + 4 τ2

τmax = ½ √σ2 + 4 τ2
SAMBUNGAN POROS

Merupakan jenis elemen mesin yang berputar, yang


berfungsi sebagai transmisi daya atau pembawa daya dari
ujung poros ke ujung poros yang lain.

Sedangkan gandar merupakan jenis elemen mesin yang


bersifat statis (diam), yang berfungsi sebagai pembawa
momen
Pembebanan yang terjadi pada poros :
1. Beban puntir (torsi)
D
T T = (π/16) τ D3

2. Beban momen
D
M M = (π/32) τ D3

Catatan :
Untuk diameter berlubang perbandingan diameter luar (D0)
dan diameter dalam (D1) adalah K = D0/D1.
3. Beban kombinasi
Torsi ekivalen Te = √M2 + T2

Momen ekivalen Me = ½ (M + √M2 + T2)

Sebuah poros yang mentransmisikan daya sebesar P pada


putaran ω memberikan torsi T pada poros, sehingga :

P=ωT dimana : P = Poros (Watt)


ω = Putaran poros (rad/det)
T = Torsi (N.m)
Dalam satuan SI, maka hubungan putaran antara ω dan n
adalah :

ω = (2 π n)/60 dimana : n = putaran per menit


(1/menit)
Sehingga :

P = (2 π n T)/60
PEGAS

Merupakan bagian elemen mesin yang berfungsi sebagai


penahan beban yang maksimum dan akan kembali ke
ukuran semula jika beban tersebut dihilangkan.

Fungsi pegas :
- Memberi beban pada rem atau kopling
- Memberi pengukur beban pada timbangan pegas
- Menyimpan energi pada pegas jam
- Sebagai peredam kejut dan getaran pada pegas
roda kendaraan bermotor atau sambungan kereta
api
Beban gaya yang terjadi pada pegas :
- Beban tekan
- Beban tarik
- Beban torsi
- Beban kejut/getaran

Jenis-jenis pegas :
- Pegas ulir
- Pegas daun
Pegas Ulir

1. Panjang Bebas
Panjang normal pegas ulir tanpa ada pembebanan

2. Panjang Terbeban
Panjang pegas ulir selama pembebanan

3. Panjang Tetap
Panjang pegas ulir pada pembebanan maksimum

4. Indeks Pegas
Rasio antara diameter pegas dengan kawat pegas
C = D/d
5. Konstanta Pegas
Besarnya beban setiap satuan defleksi pegas
k = F/δ

6. Kisar (Pitch)
Jarak aksial antara dua kawat berurutan pada
keadaan normal (tidak ada pembebanan)

Perhitungan Kekuatan

1. Tegangan yang timbul akibat pembebanan

a. Tegangan geser
τmax = τm + τd
Dimana :
τm = Tegangan geser akibat momen
= 8 W D / (π/d3)

τd = Tegangan geser langsung


= 4 W / (π/d2)

b. Efek kelengkungan kawat


4C – 1 0,615
K = +
4C – 4 4

τmax = K {8 W D / (π/d3)}
2. Defleksi pegas ulir yang terjadi akibat pembebanan

a. Panjang kawat efektif


ℓ=πDn

b. Defleksi angular akibat torsi


θ = 16 W D2 n / (d4 G)

c. Defleksi aksial
δ = 8 W C3 n / (d G)

d. Beban energi yang tersimpan


E=½Wδ
3. Pembebanan pegas ulir dengan beban torsi

a. Tegangan yang timbul akibat momen


σ = 32 M K / (π/d3)

Dimana :
4 C2 – C – 1
K =
4 C2 – 4 C

b. Defleksi angular
θ = 64 M D n / (E d2)
Pegas Daun

Terbuat dari bahan pelat datar dengan bentuk konstruksi


tunggal maupun majemuk.

Pegas daun berfungsi sebagai :


- Penahan beban
- Peredam getaran atau kejut
Beberapa konstruksi dasar pegas daun :
1. Pegas daun kantilever pelat tunggal

Momen lengkung max, M = F ℓ


t Modulus luas, Z = 1/6 b t2
ℓ b Tegangan lentur, σ = M / Z
Defleksi max, δ = F ℓ3 / 3 E ℓ

2. Pegas daun beban terpusat pelat tunggal


ℓ 1 F1
Kantilever ganda, Fi = 2F,
t ℓi = 2ℓ
ℓ b Momen lengkung max, M = F ℓ
Modulus luas, Z = 1/6 b t2
Tegangan lentur, σ = M / Z
Defleksi max, δ = F ℓ3 / 3 E ℓ
3. Pegas daun majemuk seragam
t

ℓ b

Jika pegas daun terdiri dari n daun seragam, maka :


Tegangan lentur, σ = M / n Z
Defleksi max, δ = 4 F ℓ3 / n E b t2

4. Pegas daun majemuk tak seragam


F F
b t

ng = Jumlah daun bertingkat
nf = Jumlah daun seragam
n = ng + nf

Tegangan lentur pada daun seragam :


σf = 18 F ℓ / (2 ng + 3 nf) b t2

Tegangan lentur pada daun bertingkat :


σg = 12 F ℓ / (2 ng + 3 nf) b t2

Defleksi total :
δ = 12 F ℓ3 / (2 ng + 3 nf) E b t3
KOPLING TETAP

Merupakan elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus


putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang
digerakkan secara kontinu (tanpa terjadi slip), dimana
kedua poros tersebut terletak pada satu garis lurus.

Konstruksi kopling tetap selalu dalam keadaan


tersambung, sehingga setiap elemen menjadi satu
kesatuan gerak.
Jenis-jenis kopling tetap adalah :
1. Kopling kaku
Kopling bus dan kopling flens
2. Kopling luwes
Kopling karet, kopling gigi dan kopling rantai
3. Kopling universal
Kopling Hook dan kopling universal tetap
Ada beberapa pertimbangan dalam perencanaan kopling
tetap :
1. Pemasangan yang mudah dan cepat
2. Konstruksi ringan dan fleksibel
3. Aman pada putaran tinggi dan tahan getaran
4. Mencegah pembebanan yang berlebih
5. Kemungkinan gerakan aksial pada porosnya sangat kecil
Perencanaan Perhitungan

Daya rencana, Pd = P ƒc P = Daya (kW)


ƒc = Faktor koreksi untuk
daya rata-rata yang
diperlukan (1,2 – 2)

Torsi, T = 9,74 x 105 (Pd / n1) n1 = Putaran (rpm)

Tegangan tarik,σb = 100 h + 20 h = Konstanta kadar


karbon pada bahan
baja (0,2% - 0,3%)

Tegangan geser,τa = σb / (Sf1 Sf2) Sf1 = Konstanta faktor


keamanan (5 – 6)
Sf2 = Konstanta faktor
keamanan (1,5 – 2)
Diameter poros kopling
5,1 1/3 Kt = Konstanta koreksi
d = Kt C b T tumbukan (1 – 2)
τa Cb = Konstanta lenturan
(0,5 – 1)

Dari perhitungan diameter didapat beberapa variabel

d A B C L n F db
25 112 75 45 40 4 18 10
28 125 85 50 45 4 18 10
35 140 100 63 50 4 18 10
45 160 112 80 56 4 20 14
50 180 132 90 63 6 20 14
56 200 140 100 71 6 22,4 16
63 224 160 112 80 6 22,4 16
71 250 180 125 90 6 28 20
80 280 200 140 100 6 28 20
90 315 236 160 112 6 35,5 25
100 355 260 180 125 6 35,5 25
Keterangan :
A = Diameter luar
B = Diameter pusat
C = Diameter naf
L = Panjang naf
n = Jumlah baut
F = Tebal flens
db = Diameter baut

Jumlah baut efektif, ne = є n є = Nilai efektif


baut (0,5 – 1)
8T
Tegangan geser, τb =
π db ne B
Tegangan geser baut yang diizinkan dengan bahan SS41B

τba = σba / (Sfb Kb) σb = Tegangan tarik baut


yang diizinkan (40
kg
/mm2 – 50 kg/mm2)
Sfb = Faktor keamanan
baut (5 – 6)
Kb = Faktor koreksi baut
(2,5 – 3)

Apabila τb < τba, maka perencanaan perhitungan dapat


dinyatakan layak dan baik.
Tegangan geser flens yang diizinkan dengan bahan FC20
τfa = σb / (Sf Kf) σb = Tegangan tarik flens
yang diizinkan (15
kg
/mm2 – 20 kg/mm2)
Sf = Faktor keamanan
flens (5 – 6)
Kf = Faktor koreksi flens
(2,5 – 3)
2T
Tegangan geser, τf =
π C2 F

Apabila τf < τfa, maka perencanaan perhitungan dapat


dinyatakan layak dan baik.
KOPLING TIDAK TETAP

Merupakan elemen mesin yang menghubungkan poros


penggerak ke poros yang digerakkan, dengan putaran
yang konstan dalam meneruskan daya, serta dapat
melepas hubungan kedua poros tersebut baik dalam
keadaan diam ataupun berputar.
Jenis-jenis kopling tidak tetap adalah :
1. Kopling cakar
Kopling persegi dan kopling spiral
2. Kopling gesek (pelat)
Kopling pelat tunggal-ganda dan kopling pelat
manual-hidrolik
3. Kopling kerucut
4. Kopling friwil
Perencanaan Perhitungan

Diameter, D1= Dm – b D1 = Diameter dalam


D2= Dm + b D2 = Diameter luar
Dm = Diameter rata-rata
b = Lebar
60 P
Torsi, T = P = Daya
2πn n = Putaran

Momen percepatan kopling


ρ π r1 r22 h ω ρ = Massa jenis kopling
Mpk = r1 = Jari-jari D1
tgesekan r2 = Jari-jari D2
h = Tinggi
ω = 2 π n / 60
tgesekan = Waktu gesekan
Momen percepatan mesin
Mpm = 2 Apm / ω tgesekan Apm = Angka percepatan

Momen gesek
Mg = T + Mpk + Mpm

Mg = Fgesek r μ = Koefisien gesek


= μ p A (Dm/2) p = Tekanan gesekan
= μ p π Dm b (Dm/2)

Dipilih Mg yang terkecil.


Kerja gesekan, Wg = Mg ω (tgesekan/2)

Daya gesekan, Pg = (Wg z)/3600


z = Frekuensi pemakaian
kopling
Temperatur kopling
tk = (847 Pg) / Ad α

2 π (D2/2)
Ad =
[h + (D2/2)]

α = 2,13 x 105 Watt/m2 0c


Umur kopling, L = a A ak / Pg a = Ketebalan pelat
ak = Angka kerusakan
(kWh/m3)

Efisiensi kopling
2 π n Mg
Pmaks =
60

(Pmaks tgesekan z) + (3600 P – P tgesekan z)


Pm =
3600
Pm – Pg
Pef = x 100%
Pm

Anda mungkin juga menyukai