Anda di halaman 1dari 3

Perlawanan Rakyat di

Berbagai Daerah
Kelompok 3
Perlawanan Aceh
Perang Aceh meletus pada tahun 1873 ketika terjadi pertentangan kepentingan politik dan ekonomi antara
Kesultanan Aceh dan Pemerintah Kolonial Belanda. Belanda sudah memiliki kegiatan untuk menguasai Aceh
sejak tahun 1824. Saat itu Aceh terkenal sebagai penghasil separuh persediaan lada di dunia. Kesempatan di
peroleh Inggris membiarkan Belanda menguasai Aceh daripada jatuh ke tangan Amerika Serikat atau Perancis.
Aceh merupakan daerah yang strategis bagi pelayaran dan perdagangan yang menolak campur tangan . Untuk
menghadapi Aceh bersahabat dengan turki dan Amerika Serikat.
Jalan perang Aceh di bedakan menjadi 3 yaitu:
a) Masa Permulaan (1873-1884)
Belanda menyerang di bawah Kohler, tetapi Kohler sendiri tewas sehingga belanda menarik pasukannya.
b) Masa Konsentrasi Stelsel (1884-1896)
Belanda memberi penghargaan berupa uang $18.000.800, senjata, 250 tentara, dan Teuku Umar diberi gelar
“Teuku Johan Pahlawan”
c) Masa Akhir Perlawanan (1896-1904)
“Aceh mengakui kedaulatan Belanda di Sumatera, di Sumatera Aceh tidak akan bergabung dengan negara
asing, dan Aceh akan menaati perintah Belanda”
Perlawanan Padang
Gerakan Paderi didirikan oleh tiga orang ulama, yakni Haji Miskin, Haji Piambang, dan Haji Sumanik.
Sepulang dari tanah suci ketiga ulama tersebut sangat kecewa melihat kebiasaan masyarakat Minang Kabau
yang telah jauh dari ajaran islam. Usaha mereka untuk mempengaruhi masyarakat mendapat perlawanan keras
kaum adat hingga timbulah peperangan. Pertempuran semula terjadi pada tahun 1825 di Minang Kabau antara
kaum adat dan kaum ulama. Kaum ulama dipimpin oleh Imam Bonjol. Kaum adat kemudian meminta bantuan
Belanda. Namun, Belanda sedang terdesak akibat menghadapi Pangeran Diponegoro. Sesudah tahun 1836,
Belanda mengorbankan perang antara kaum adat melawan kaum padri. Dalam hal ini belanda membantu kaum
adat.

Anda mungkin juga menyukai