Anda di halaman 1dari 2

Nama : Karina Kurnia Sari

Asal Sekolah : SMA PGRI 117


No Telepon : 089630136055
Semua adalah Seorang Pemimpin
Katanya, pemimpin adalah seseorang yang egois dan hanya bisa menyuruh-nyuruh saja.
Katanya, pemimpin aadalah seseorang yang memiliki sifat tamak dan kejam.
Tetapi, “katanya” tetaplah “katanya”. Sifat seperti bukanlah sifat seorang pemimpin yang
baik. Pemimpin seperti itu bahkan tidak pantas dikatakan sebagai seorang pemimpin, orang itu
patut dipanggil “Orang egois”.
Pemimpin adalah seseorang yang bisa mengajarkan kepada rekannya dan mengajak untuk
berhasil bersama. Pemimpin adalah seseorang yang bisa menjadi panutan. Bisa bersikap
bijaksana, bertanggung jawab, teguh pada pendirian dan bisa bersikap adil. Pemimpin yang baik
adalah pemimpin yang bisa menghargai pekerjaan orang lain. Sosok pemimpin haruslah
menyebarkan aura positif, agar rekannya pun bahagia sehingga tim itu bisa sukses bersama.
Membahas mengenai sosok pemimpin, saya teringat akan satu sosok yang amat saya
sangat sayangi.
Beliau adalah seseorang yang bisa memotivasi saya, beliau juga mengoreksi saya dengan
bijak sehingga saya pun bisa terus berkembang menjadi lebih baik. Saya tau ia rapuh, tetapi ia
terus berusaha untuk terlihat kuat di depan saya. Jika saya kesulitan, ia rela meluangkan waktu
untuk menemui dan menolong dengan ikhlas. Ia suka memberi dan tidak mengharapkan kembali.
Dia adalah papah saya. Sosok penginspirasi dan sumber penyemangat dalam hidup ini.
Walaupun ia gagal dalam memimpin jalannya rumah tangga, setidaknya ia berhasil memimpin
saya untuk menjadi anak yang mandiri.
Mungkin ada dari pembaca yang bertanya, “ayah kan keluarga, kok bisa jadi tokoh
pemimpin?”. Jawabannya tentu saja bisa.
Saya pernah diberitahu bahwa pemimpin tidak harus seorang bos besar, tidak juga harus
seorang yang memiliki banyak pendukung. Pemimpin bukan lah orangnya, tapi sifatnya. Dengan
begitu, semua orang bisa menjadi pemimpin. Bisa saja ayah kamu, ibu kamu, kakak kamu, adik
kamu ataupun diri kamu sendiri.
Jika saya boleh jujur, saya akan mengatakan menjadi pemimpin untuk diri sendiri lebih
sulit. Mengapa demikian? Karena hal yang harus dikendalikan adalah nafsu dan pikiran sendiri.
Berbagi sedikit cerita, saya pernah gagal memimpin pikiran saya sendiri. Saya
menganggap bahwa saya telah gagal menjadi seorang manusia. Saya kerap kali melabelkan diri
dengan hal-hal yang negatif sehingga hari-hari saya pun penuh dengan rasa kecewa. Hal tersebut
membawa diri saya nekat untuk melakukan hal yang tidak manusiawi. Ya, hal tersebut saya
lakukan pada diri sendiri.
Beruntungnya saya bertemu dengan sosok guru yang bisa mengajarkan saya untuk
memimpin pikiran ini, sehingga saya pun mulai berpikir dan menyadari bahwa kejadian yang
lalu adalah sumber kekuatan saya untuk di masa depan. Kejadian tersebut bisa mendewasakan
saya dan saya bangga dengan itu.
Tidak sampai disini saja. Karena saat ini, saya memulai kisah kepemimpinan baru dengan
teman-teman baru. “Pesantren Kepemimpinan” mempertemukan kami. Tentunya kesempatan ini
bisa menjadi hal pembelajaran untuk saya dan teman-teman saya untuk terus belajar mengenai
banyak hal, tidak hanya kepemimpinan.
Karena pada dasarnya, manusia akan selalu belajar dan belajar hingga akhir hayatnya.
Belajar baik, belajar bijaksana, belajar adil, belajar untuk menjadi pemimpin. Karena kita semua
adalah pemimpin.
Kita semua, seorang pemimpin.

Anda mungkin juga menyukai