Anda di halaman 1dari 25

KETUHANAN AGAMA HINDU

BAGAIMANAKAH KETUHANAN AGAMA


HINDU ?
Tri Pramana (dasar Untuk Memperoleh Ilmu Pengetahuan)
 Anumana Pramana

 Pratyaksa Pramana

 Agama Pramana
 SVĀMĪ HARSHĀNANDA

 Dia dapat dilihat dalam suatu wujud yang mereka sukai untuk
pemujaan dan menanggapinya melalui wujud tersebut. Dia juga
dapat menjelmakan Diri-Nya di antara mahluk manusia untuk
membimbingnya menuju kerajaan Kedewataan-Nya. Dan
penjelmaan ini merupakan suatu proses berlanjut yang mengambil
tempat dimanapun dan kapanpun yang dianggap-Nya perlu.
   Kemudian ada aspek Tuhan lainnya sebagai Yang Mutlak, yang
biasanya disebut sebagai “Brahman”; yang berarti besar tak
terbatas. Dia adalah Ketakterbatasan itu sendiri. Namun, Dia juga
bersifat immanent pada segala yang tercipta. Dengan demikian
tidak seperti segala yang kita kenal bahwa Dia menentang segala
uraian tentang-Nya. Telah dinyatakan bahwa jalan satu-satunya
untuk dapat menyatakan-Nya adalah dengan cara negative: Bukan
ini! Bukan ini!
LALU APAKAH ATAU SIAPAKAH YANG
DIMAKSUD DENGAN TUHAN ITU?
Tuhan dalam agama Hindu sebagaimana yang disebutkan
dalam Weda adalah Tuhan tidak berwujud dan tidak
dapat digambarkan, bahkan tidak bisa dipikirkan. Dalam
bahasa Sanskerta keberadaan ini disebut Acintyarupa
yang artinya: tidak berwujud dalam alam pikiran
manusia.
Untuk pertama kali difinisi tentang  Tuhan dijumpai dalam
kitab Brahma Sūtra I.1.2 (Pudja, 1999 : 10), lengkapnya
berbunyi demikian :
          Janmādyasya yatah.

          Artinya :

 (Brahman adalah yang maha tahu dan penyebab yang


mahakuasa) dari mana munculnya asal mula dan lain-
lain, (yaitu pemeliharaan dan peleburan) dari (dunia ini).
 * Brahman: asal muasal dari alam semestea dan segala
isinya
 * Purushottama atau Maha Purusha

 * Iswara (dalam Weda)

 * Parama Ciwa (dalam Whraspati tatwa)

 * Sanghyang Widi Wasa (dalam lontar Purwabhumi


Kemulan)
 * Dhata: yang memegang atau menampilkan segala
sesuatu
 * Abjayoni: yang lahir dari bunga teratai
 * Druhina: yang membunuh raksasa
 * Viranci: yang menciptakan

 * Kamalasana: yang duduk di atas bunga teratai

 * Srsta: yang menciptakan

 * Prajapati: raja dari semua makhluk/masyarakat

 * Vedha: ia yang menciptakan

 * Vidhata: yang menjadikan segala sesuatu

 * Visvasrt: ia yang menciptakan dunia

 * Vidhi: yan menciptakan atau yang menentukan atau


yang mengadili.
 Tuhan Yang Maha Esa ini apapun namaNya
digambarkan sebagai:

 · Beliau yang merupakan asal mula. Pencipta dan tujuan


akhir dari seluruh alam semesta

 · Wujud kesadaran agung yang merupakan asal dari


segala yang telah dan yang akan ada

 · Raja di alam yang abadi dan juga di bumi ini yang


hidup dan berkembang dengan makanan
 · Sumber segalanya dan sumber kebahagiaan hiudp

 · Maha suci tidak ternoda

 · Mengatasi segala kegelapan, tak termusnahkan, maha


cemerlang, tiada terucapkan, tiada duanya.

 · Absolut dalam segala-galanya, tidak dilahirkan karena


Beliau ada dengan sendirinya (swayambhu)
 mantram Puruṣa Sūkta Ṛgveda, berikut:
 puruṣa evedaṁ sarvaṁ

 yadbhūtaṁ yacca bahvyam,

 utāmṛtatvasyeśā no

 yadannenāti rohati.

 (Ṛgveda X.90.2)
 (Tuhan sebagai wujud kesadaran agung merupakan
asal dari segala yang telah ada dan yang akan ada. Ia
adalah raja di alam yang abadi dan juga di bumi ini
yang hidup dan berkembang dengan makanan)
 Yo bhūtaṁ ca bhavyaṁ ca
 sarvaṁ yaś cādhitiṣṭhati

 svar yasyaca kevalaṁ tasmani

 jyeṣṭhāya Brahmāṇe namaḥ

 (Atharvaveda X.8.1)

(Tuhan Yang Maha Esa hadir  dimana-mana, asal dari


segalanya yang telah ada dan yang akan ada. Ia
penuh dengan rakhmat dan kebahagiaan. Kami
memuja engkau, Tuhan Yang Maha Tinggi).
 nārāyaṇa evedaṁ sarvaṁ
 yadbhūtaṁ yacca bhavyam,

 niṣkalaṅko niran̄jano nirvikalpo

 nirākhyātaḥ śuddho deva eko

 nārāyaṇo na dvitīyo’sti kaścit

 (Ya Tuhan Yang Maha Esa, dari engkaulah semua ini


berasal dan kembali yang telah ada dan yang akan
ada di alam raya ini. Hyang Widhi Maha Gaib,
mengatasi segala kegelapan, tak termusnahkan,
maha cemerlang, maha suci (tidak ternoda), tidak
terucapkan, tiada dua-nya).
 1. Sat: sebagai Maha Ada satu-satunya, tidak ada
keberadaan yang lain di luar beliau
 Dengan kekuatanNya Brahman telah menciptakan
bermacam-macam bentuk, warna, serta sifat banyak di
alam semesta ini. Planet, manusia, binatang, tumbuh-
tumbuhan serta benda yang disebut benda mati berasal
dari Tuhan dan kembali pada Tuhan bila saatnya pralaya
tiba. Tidak ada satupun benda-benda alam semesta ini
yang tidak bisa bersatu kembali dengan Tuhan, karena
tidak ada barang atau zat lain di alam semesta ini selain
Tuhan.
 2. Cit: sebagai Maha Tahu
 Beliaulah sumber ilmu pengetahuan, bukan pengetahuan
agama, tetapi sumber segala pengetahuan. Dengan
pengetahuan maka dunia ini menjadi berkembang dan
berevolusi, dari bentuk yang sederhana bergerak menuju
bentuk yang sempurna. Dari avidya (absence of
knowledge- kekurangtahuan) menuju vidya atau maha
tahu.
 3. Ananda
 Ananda adalah kebahagiaan abadi yang bebas dari
penderitaan dan suka duka. Maya yang diciptakan
Brahman menimbulkan illusi, namun tidak berpengaruh
sedikitpun terhadap kebahagiaan Brahman. Pada
hakikatnya semua kegembiraan, kesukaran, dan
kesenangan yang ada, yang ditimbulkan oleh materi
bersumber pula pada Ananda ini bersumber pula pada
Ananda ini, bedanya hanya dalam tingkatan.
Kebahagiaan yang paling rendah ialah berwujud
kenikmatan instingtif yang dimiliki oleh binatang pada
waktu menyantap makanan dan kegiatan sex.
 Personal God dan Impersonal God
 Tuhan menurut monotheisme Trancendent digambarkan
dalam wujud Personal God (Tuhan Yang Maha Esa
Berpribadi). Sedangkan menurut monotheisme
Immanent, Tuhan Yang Maha Esa selalu digambarkan
Impersonal God. Memang menyembah Tuhan Yang
Maha Esa yang abstrak (Impersonal God) tanpa
mempergunakan sarana jauh lebih sulit dibandingkan
dengan menyembah Tuhan Yang Personal God melalui
Bhakti dan Karma Marga.
 Tuhan Yang Maha Esa di dalam Veda digambarkan sebagai
Personal God, dapat dibagi menjadi tga kategori:
 1. Penggambaran Antrophomorphic: sebagai manusia dengan
berbagai kelebihan seperti bermata seribu, berkaki tiga,
bertangan empat dan sebagainya.
 2. Penggambaran Semianthrophomorphic: sebagai setengah
manusia atau setengah binatang. Hal ini lebih menonjol dalam
kitab-kitab Purana seperti dewa Ganesha (manusia berkepala
gajah), Hayagriwa (manusia berkepala kuda, dan sebagainya.
 3. Penggambaran Unantrophomorphic: tidak sebagai manusia
melainkan sebagai binatang saja, misalnya Garutman
(Garuda), sebagai tumbuh-tumbuhan, misalnya Soma dan lain-
lain.
                      Bhagawad Gita , IV, 24, menyebutkan :
           “ Pelaksanaan korban suci itu adalah Brahman,
korban itu sendiri adalah Brahman. Disajikan oleh
Brahman di dalam api dari Brahman. Brahman itu yang
akan dicapai bagi ia yang menyadari bahwa Brahman
ada di dalam pekerjaannya”.  
          Bhagawad Gita,VII. 6, menyebutkan :

       “Ketahuilah bahwa semua mahluk ini asal


kelahirannya di dalam alam-Ku ini. Aku adalah asal
mula dari dunia ini dan juga kehancurannya (Pralaya)”.
 
                      Bhagawad Gita, IX, 4-5 menyebutkan :
          “Aku berada di mana-mana dalam alam semesta
ini dengan bentuk-Ku yang tidak berwujud. Semua
mahluk berada di dalam Aku, tetapi Aku tidak menetap
di dalam mereka”. “Pun juga mahluk tidak berada di
dalam Aku (sebenarnya). Inilah rahasia suci-Ku. Aku
yang menjadi sumber dari mahluk, menumpu mereka
tetapi tidak menetap di dalamnya”.
                  Bhagawad Gita, X. 8, menyebutkan :

          “Aku adalah asal dari semua; dari Aku mahluk


muncul, mengetahui ini, orang bijaksana menyembah
Aku; dengan penuh rasa penyatuan diri”.
 Hindu Mengenal Dewa, Bhatara, dan Awatara
Secara etimologis, kata dewa berasal dari bahasa
Sansekerta, yaitu Dev, yang berarti sinar dan juga berarti
terang, karena pengertian dewa dianggap sebagai
kekuatan alam yang mempunyai person yang menerangi.
Dalam veda, Tuhan yang Maha Esa dan para dewa
disebut dewata. Kata ini berarti cahaya berkilauan, sinar
gemerlapan yang semuanya itu ditujukan kepada
manivestasi-Nya, juga ditujukan kepada matahari atau
langit, termasuk api, petir atau fajar.
Bhatara ini berasal dari kata “Bhatr”, yang mempunyai arti
sebagai “pelindung”. Sehingga Bhatara mempunyai arti
“pelindung”. Maksud dari pelindung disini adalah
aktivitas dari Tuhan (dalam Hindu disebut dengan Sang
Hyang Widhi) untuk melindungi segenap ciptaan-Nya.
Dalam ajaran agama Hindu, semua aktivitas melindungi
dari Sang Hyang Widhi ini disebut dengan Bathara.
Sehingga ada banyak sekali nama-nama Banthara
berdasarkan keduduka, fungsi, dan tempatnya. Sebagai
contoh adalah Sang Hyang Sapu Jagat apabila
berkedudukan di pertigaan jalan, Sang Hyang Catus Pata
atau Catur Loka apabila bertugas melindungi di
perempatan jalan, dan lain sebagainya. Bathara dalam
agama Hindu ada yang berjenis kelamin laki-laki, ada
pula yang berjenis kelamin perempuan ata disebut
dengan Bathari.
 Awatara
 Kata Avatara berarti kelahiran Brahman. Dalam hal ini, Brahman
melahirkan diri-Nya sendiri dengan wujud yang sesuai dengan kehendak-
Nya untuk menyelamatkan umat manusia dan dunia beserta isinya dari
ancaman kejahatan yang sudah merajalela

 Manakala dunia beserta isinya berada dalam ancaman pengaruh buruk sifat
manusia, yang ditandai dengan kejahatan merajalela, wanita tidak lagi
diberikan kemuliaan dan penghormatan, perang terjadi di mana-mana, maka
Brahman atau Sang Hyang Widhi turun ke dunia dengan mengambil wujud
sesuai dengan keadaan zaman. Tujuannya untuk menyelamatkan umat
manusia, alam semesta beserta isinya dari kehancuran. 

 Dengan demikian, Avatara merupakan penjelmaan Brahman dengan


mengambil wujud tertentu dengan tujuan untuk menyelamatkan umat
manusia dan dunia beserta isinya. Menurut Purana (bagian dari pada Veda),
dikenal ada 10 Awatara Dalam Agama Hindu yang turun ke dunia untuk
tujuan menyelamatkan umat manusia, alam semesta, dan segala isinya dari
kehancuran.
 Hubungan Deva, Bhatara, Avatara
 Sebagai manifestasi, Deva Wisnu yang turun ke dunia
antara Deva, Bhatara, dan Avatara mempunyai masing-
masing hubungan, yaitu:
 Semuanya bersumber dari Brahman/Sang Hyang Widhi,

 Masing-masing mempunyai fungsi dan tugas


menyelamatkan dunia dari adharma,
 Masing-masing mempunyai sifat yang sama dengan
Brahman
 Deva, Bhatara, dan Avatara adalah maha pemurah
terhadap makhluk hidup.
Ayoooo Mulih…………

Anda mungkin juga menyukai