Anda di halaman 1dari 12

Sejarah 

perjuangan umat Hindu dalam


rangka menegakkan NKRI  dan berdirinya
Parisada Hindu Dharma Indonesia
• Sejarah Indonesia mencatat mulainya muncul kerajaan kerajaan bercorak Hindu di hampir seantero
Nusantara.
• Salakanegara di awal masehi di Jawa barat (th. 130 M),
• Tarumanegara (th. 358-669)  juga di Jawa barat,
• Kerajaan Kutai Kertanegara (th. Abad ke 4) di Kalimantan,
• Kerajaan Kalingga (abad ke 6)  di jawa Tengah,
• Kerajaan Sriwijaya (abad ke 7)  di sumatera,  
• Mataram di jawa tengah (abad ke 6),
• Udayana di Bali (abad ke 9) ,
• Kahuripan (ke 10) ,
• Kediri (ke 11),
• Singhasari (th 1222 M) di Jawa Timur,
• Tumasik (singapura- kini),
• Dharmasraya (melayu),  
• Pajajaran di Jawa barat dan
• Majapahit di Jawa Timur. Majapahit adalah puncak kecemerlangan Hindu di Nusantara,  adalah
Kerajaan  yang menganut Agama Hindu dengan sistem pemerintahan dan adat istiadat  bercorak Hindu
•         Setelah pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia
terbentuk, danmeskipun heroisme    masyarakat Bali yang beragama
Hindu diakui
partisipasinya dalam perang kemerdekaan,  namun secara formal,
agama Hindu yang dipeluk oleh mayoritas masyarakat Bali
belum diakui oleh pemerintah.
• 1.      Pada tanggal 26 Desember 1950, Menteri Agama (K.H. Masykur)
bersamaSekjen mendatangi Kantor Daerah Bali yang diterima oleh I
Gusti BagusSugriwa sebagai salah satu Anggota Dewan Pemerintahan
Daerah Bali (DPD. Bali) bertanya jawab mengenai agama Hindu Bali.
Setelah itu, Menteri Agama dapat menerima alasan mengapa Agama
Hindu Bali harus diakui sebagai agama
Negara dan menjanjikan akan mengesahkannya setelah selesai keliling
di Sunda Kecil.
• 2.      PadaTanggal 10 Oktober 1952, Menteri Agama, Sekjen Menteri Agama
(R. Moh. Kafrawi) disertai Kepala Jawatan Pendidikan Agama Islam
memberceramah di Balai Masyarakat Denpasar dan menyatakan bahwa “....
tidak dapat mengakui Agama Tirta  sebagai
Agama resmi karena tidak ada peraturan untuk itu berbeda,  dengan Agama
Islam dan Agama Kristen memang telah ada peraturannya.
• 3.      Pada Per tengahan Tahun 1953, Pemerintah Daerah Bali
membentuk Jawatan Agama Otonom Daerah Bali
dengan tujuan untuk mengatur pelaksanaan agama umat Hindu Bali,
karena belum diatur dari pusat. Pimpinan lembaga tersebut
dipercayakan kepada I Putu Serangan dan Ida Padanda Oka Telaga. Di tiap-
tiap Kapupaten dibentuk Kantor Agama Otonom yang diketuai oleh seorang
Pedanda. Pada tahun ini pula DPD. Bali atas persetujuan DPRD. Bali
mencabut hukuman: Asu Pundung, Anglangkahi Karang Hulu, Manak  Salah,
Salah Pati Angulah Pati, karena tidak sesuai lagi dalam suasana demokrasi.
• 4.      Pada tanggal 29 Juni 1958 lima orang utusan organisasi agama
dan sosial di Bali menghadap Presiden Soekarno di Tampaksiring.
Diantar oleh Ketua DPR Daerah Peralihan Daerah Bali I
Gusti Putu Mertha. Rombongan utusan ituadalah :
• a.       Ida Pedanda Made Kumenuh,
• b.      I Ketut Kandia
• c.       I Gusti AnandaKusuma,
• d.      Ida Bagus Wayan Gede,
• e.       Ida Bagus Dosther
• Pokok masalah yang diajukan adalah supaya dalam  Kementerian Agama
Republik Indonesia ada bagian Agama Hindu, sebagaimana yang
telahdiperoleh oleh Islam, Katholik dan
Kristen. Permohonan tersebutmemperoleh response yang
positif dari Pemerintah.

• 5.      Pada tanggal 5 September 1958 terbit lah Surat Keputusan Menteri


Agama RI yang mengakui keberadaan Agama
Hindu.  Selanjutnya terhitung mulai tanggal 2 Januari 1959
pada Kementerian Agama Republik Indonesia dibentuk Biro Urusan Agama
Hindu Bali pada Kementrian Agama Republik Indonesia. Biro
tersebut pertama kali dipimpinoleh I Gusti Gede Raka dibantu oleh I
Nyoman Kajeng.
• Setelah IGusti Gede Raka meninggal dunia saat masih menjabat,
lalu digantikan oleh I Nyoman Kajeng.
• 6.      Pada Tanggal 7 Oktober
1958 :  diadakan pertemuan kembali antara Pemerintah Daerah Bali
dengan Pimpinan Organisasi Keagamaan di Bali di BalaiMasyarakat
Denpasar. Pada pertemuan tersebut diputuskan membentuk panitia
yang bertugas mempersiapkan Dewan Agama Hindu Bali.
Panitia terdiri atas :
• a.       Paruman Para Padanda,
• b.      Organisasi-organisasi Agama Hindu di Bali,
• c.       Kumara Bhawana  
• d.      Angkatan Muda Hindu Indonesia - Bali,
• e.       Doktor Ida Bagus Mantra
• f.       I Gusti Bagus Sugriwa.
• 7.      Pada tanggal 6 Desember 1958, panitia tersebut menyelenggarakan rapat di
Pasanggrahan Bedugul dan memutuskan bahwa Hindu Bali Sabha akan diadakanpada bulan Januari 1959.
• 
• 8.       Pada tanggal 21-23 Februari 1959 diadakan : PesamuhanAgung Hindu Bali, di
Gedung Fakultas Sastra Universitas Udayana Denpasar yang dihadiri oleh     :  20 orang.
Delapan dari delegasi pemerintah dan 12 dari organisasi keagamaan Bali seperti:
• 
• 1.      Perhimpunan Buddhis Indonesia Bali Dharma Yadnya,
• 2.      Partai Nasional Agama Hindu Bali,
• 3.      Majelis Hinduisme,
• 4.      Wiwada Sastra,
• 5.      Sabha Satya Hindu Dharma,
• 6.      Perhimpunan Hidup Ketuhanan,
• 7.      Angkatan Muda Hindu Bali Kumara Bhuwana, (Pemuda Pasek)
• 8.      Yayasan Dwijendra,
• 9.      Eka Adnyana Dharma,
• 10.  Persatuan Keluarga Bujangga Waisanawa,
• 11.  Paruman Pandita.
• 12.  Paruman Para Pedande.
• Yang pada akhirnya membentuk Parisada yang melahirkan “PiagamParisada”.
• Hindu Bali Sabha atau Pasamuhan Agung Hindu Bali,
Pesamuan  tersebut kemudian dikenal sebagai Sidang Pembentukan Parisada
Dharma Hindu Bali.
• Ada sejumlah tantangan  yang menyebabkan putra-putra terbaik Bali
membentuk PDHI pada waktu itu, baik dari dalam (internal) maupun dariluar
(eksternal). Tantangan dari luar disebabkan berdirinya Negara
Kesatuan Republik Indonesia di mana masing-masing agama
dituntut  untuk berhimpun dalam suatu majelis keagamaan atau
lembagakeagamaan  agar mempermudah komunikasi antar lembaga,
termasukNegara sebagai sebuah lembaga.
Ini tentu merupakan tantangan positif,
bahwa gagasan mewadahi diri dalam satu lembaga bagi pemeluk agama Hindu
di Indonesia berarti  pula
melakukan penataan diri sehinggaterbentuk peradaban Hindu berdasarkan
dharma.
• Sementaraitu, di tengah situa sipolitik yang memanas, PartaiKomunis
Indonesia (PKI) sangat tidak menghendaki berdirinya PDHI. Namun,
karena keteguhan sejumlah orang yang
bersemangat tinggi mengabdikandiri pada bidang agama Hindu—
bak bintang bersinar di tengah malam paling gela, menyebabkan PDHI
akhirnya terbentuk juga, sudah tentudengan mabela pati (resikomati).

• Dari dalam,
desakan untuk membentuk lembaga ini disebabkan karenakesadaran 
kaum intelektual pada waktu itu untuk menata kehidupanberagama
Hindu agar benar-benar berlandaskan ajaran dharma.
• Pembentukan PDHI memang dilandasi cita-
cita mulia pendirinya untukmenata diri (dharma agama) agar
peradaban Hindu benar-benarberdasarkan ajaran dharma
dan menjadi mitra pemerintah menciptakanNegara jagadhita (dharma
nagara).
• Dari aula Fakultas Sastra Unud yang sederhana akhirnya padatanggal
23 Pebruari 1959 lahirlah apa yang disebut Piagam Parisadha yang
merupakan cikal bakal terbentuknya PHDI sebagai lembaga nasional
yang diakui dunia.
• Dengan demikian, dapat dikatakan tonggak kelahiran PHDI
sekaligus merupakan tonggakkebangkitan Hindu Indonesia sehingga
50 tahun PHDI berarti pula Setengah Abad Kebangkitan Hindu
Indonesia yang harus diperingatisecara istimewa oleh masyarakat
Hindu di Indonesia.
• 9.      Mahasaba I PDHI tanggal 7-10 Oktober  tahun 1964, di Denpsar,
PDHI berganti  nama menjadi PHD (parisada Hindu Dharma)
• 10.  Mahasaba II tgl 2-5 Desember 1968 di Denpasar
• 11.  Mahasaba III tgl 27-29 Desember 1973 di Denpasar.
• 12.  Mahasaba IV tgl  24-27 Desember 1980 di Denpasar
• 13.  Mahasaba V tgl 24-27 febuari 1985 di Denpasar
• 14.  Mahasaba VI tgl 9-14 September 1991 di Jakarta,  PHD berobah
menjadi PHDI (Parisada Hindu Dharma Indonesia)

Anda mungkin juga menyukai