Anda di halaman 1dari 9

SISTEM PEMBELAJARAN DALAM KONDISI PANDEMI

COVID- 19 DENGAN METODE PERSPEKTIF HINDU DAN


AJARAN CATUR ASRAMA

Nama : Putu Shanti Ayudiana Budi

Nama Instansi : FK Universitas Islam Al-


Azhar

Kota Asal : Bangli, Bali

Tahun Penulisan : 2020


FORMULIR PENDAFTARAN
HINDU ESSAY COMPETITION

UKKH UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

JUDUL ESSAY : Sistem Pembelajaran dalam Kondisi


Pandemi Covid- 19 dengan Metode
Perspektif Hindu dan Ajaran Catur
Asrama

IDENTITAS DIRI

Nama : Putu Shanti Ayudiana Budi

SMA/ SMK/Universitas/Institusi : Universitas Islam Al- Azhar

Program Studi : Pendidikan Dokter

No.HP : 082237568138

Alamat Email : shantiayudiana0@gmail.com

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa data yang saya
sampaikan adalah benar. Dengan ini saya menyatakan ikut serta dalam Hindu
Essay Competition dan menyetujui semua syarat dan ketentuan lomba yang telah
ditetapkan oleh panitia.

Peserta

(Putu Shanti Ayudiana Budi)


LEMBAR ORISINALITAS
HINDU ESSAY COMPETITION

UKKH UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Putu Shanti Ayudiana Budi

NIM/ No.Induk : 019.06.0082

Fakultas/ Jurusan : Fakultas Kedokteran/ Pendidikan Dokter

Instansi : Universitas Islam Al- Azhar

Alamat : Jln. Teratai VI, Sandubaya, Mataram, NTB

Dengan ini menyatakan bahwa Essay dengan judul

“Sistem Pembelajaran dalam Kondisi Pandemi Covid- 19 dengan Metode


Perspektif Hindu dan Ajaran Catur Asrama”

Adalah benar-benar asli (orisinil), karya sendiri dan belum pernah dipublikasikan
atau diikutsertakan pada perlombaan lain dan tidak dalam proses diikutsertakan
pada perlombaan lain serta belum mendapatkan penghargaan apapun, kecuali
dalam Hindu Essay Competition Universitas Negeri Surabaya yang
diselenggarakan oleh UKKH Universitas Negeri Surabaya. Apabila di kemudian
hari terbukti sebaliknya, maka saya bersedia mendapat diskualifikasi dari
kompetisi tersebut. Demikian pernyataan ini dibuat dalam keadaan sadar dan tanpa
adanya unsur paksaan dari siapapun.

Mataram, 1 September 2020

(Putu Shanti Ayudiana Budi)


I. Pendahuluan

Dewasa ini pembelajaran di Indonesia dilakukan dengan metode daring


mengikuti himbauan pemerintah untuk social distancing dan stay at home. Hal ini
tentu menuai pro kontra terkait dengan sistem pembelajaran yang dilakukan yang
banyak dikatakan kurang efektif. Penyebab dari kurang efektif nya pembelajaran
adalah sebagian besar pada mahasiswa, karena tidak langsung bertatap muka
dengan pengajar maka menyebabkan mahasiswa kurang aktif, kurang peduli
bahkan sering mengabaikan kelas pembelajaran yang sedang berlangsung.
Diperlukan suatu kesadaran bagi setiap orang terkait dengan statusnya yang masih
menjadi “mahasiswa” tentunya masih memiliki kewajiban untuk menjalankan
pendidikannya baik itu secara langsung maupun dengan kendala online.

II. Isi

Setiap manusia memiliki tujuan hidup berdasarkan ajaranya agama Hindu


adalah “moksartham jagadhita ya caiti dharmah”. Atau mencapai “jagathita dan
moksa” “jagadhita berarti kesejahteran jasmani dan moksa berarti ketentraman
batin atau kehidupan abadi dengan menunggalnya atman dengan brahman. Dari
sini dapat dilihat bahwa tujuan hidup manusia dapat diartikan sebagai usahanya
untuk mencapai kesejahteran jasmani, ketentraman batin dan kehidupan abadi
dengan menunggalnya roh dengan Ida Sang Hyang Widhi. Jadi moksartham
jagathita ya ca iti dharmah yaitu menjadi ajaran tujuan hidup manusia.

Di dalam ajaran agama Hindu terdapat suatu tingkatan atau jenjang dalam
kehidupan yang disebut dengan Catur Asrama yang diambil dari bahasa Sansekerta
terdiri dari dua kata yaitu Catur dan Asrama. “Catur”, yang berarti empat dan
“Asrama”, berarti tempat atau lapangan. Kata “Asrama” sering dikaitkan dengan
tahapan atau jenjang kehidupan. Jadi Catur Asrama artinya empat jenjang
kehidupan yang harus dijalani untuk mencapai moksa. Atau catur asrama dapat
pula diartikan sebagai empat tingkatan hidup manusia atas dasar keharmonisan
hidup dimana pada tiap- tiap tingkat kehidupan manusia diwarnai oleh adanya ciri-
ciri tugas kewajiban yang berbeda antara satu masa (asrama) dengan masa lainnya,
tetapi merupakan kesatuan yang tak dapat dipisahkan.

Di dalam kehidupan menjadi mahasiswa artinya sedang berada di tingkat


pertama yaitu Brahmacari Asrama. Brahmacari terdiri dari dua kata yaitu Brahma
yang berarti ilmu pengetahuan atau pengetahuan suci, dan cari yang berarti tingkah
laku dalam mencari atau menuntut ilmu pengetahuan. Jadi Brahmacari berarti
tingkatan hidup bagi orang- orang yang sedang menuntut ilmu pengetahuan. Dalam
kita Suci Atharwaweda XI.5.1 sebagai berikut :

Brahmacaryena taf asa Raja rastram vi raksati Acarya brahmacaryena


Brahmacarinam icchate

Artinya yaitu Seorang raja, dengan sarana menjalankan berahmacari, bias


melindungi bangsanya. Seorang pendidik (guru pembinbing) yang sedang
menjalankan brahmacari sendiri berkeinginan mengajar para siswa yang saleh.

1. Brahmacari
Brahmacari atau Brahmacarya, dikenal juga dengan istilah hidup aguron-
guron atau Asewaka guru. Brahmacari merupakan pondasi atau dasar untuk
menempuh tingkat dan jenjang kehidupan lainnya seperti Grhasta, Wanaprastha,
dan Biksuka. Menurut ajaran agama hindu, dalam brahmacari asrama, para siswa
dilarang melakukan perkawinan. Namun setelah tamat masa Brahmacari, menurut
pandangan sosiologi dalam masyarakat Hindu, maka dilanjutkan dengan kehidupan
jenjang yang kedua yaitu Grhastha hidup berumah tangga suami istri. Dengan
adanya hubungan sosiologis tersebut maka tingkat hidup Brahmacari itu dapat
menjadi tiga golongan yaitu     :
a.       Sukla Brahmacari
Sukla Brahmacari adalah tingkatan dimana orang yang tidak kawin semasa
hidupnya, bukan karena tidak mampu, melainkan karena mereka sudah
berkeinginan untuk nyukla brahmacari sampai akhir hayatnya.
b.      Sawala Brahmacari
Sawala Brahmacari adalah tingkatan dimana orang yang menikah sekali
dalam masa hidupnya.
c.       Trsna ( Krsna ) Brahmacari
Trsna Brahmacari yaitu tingkatan dimana kawin lebih dari satu kali sampai
batas maksimal 4 kali.

2. Grhastha
Grhastha terdiri dari kata “ Grha” yang memiliki arti rumah atau rumah
tangga, dan “ sta/stand” yang berarti berdiri atau membina. Grhastha tingkat
kehidupan pada waktu membina rumah tangga yaitu dimulai sejak
kawin.  Kehidupan Grhastha dapat dilaksanakan apabila keadaan fisik maupun
psikis dipandang sudah dewasa, dan bekal pengetahuan sudah cukup memadai.

3. Wanaprastha
Wanaprastha berasal dari bahasa Sansekerta. Wanaprastha terdiri dari kata
wana yang artinya pohon kayu atau semak belukar dan prastha yang artinya
berjalan atau berdoa paling depan dengan baik. Wanaprastha dimaksudkan berada
dalam hutan, mengasingkan diri dalam arti menjauhi dunia ramai secara perlahan-
lahan untuk melepaskan diri dari keterikatan duniawi. Wanaprastha adalah jenjang
kehidupan untuk mencari ketenangan batin, dan mulai melepaskan diri dari
keterikatan terhadap kemewahan duniawi.

4. Bhiksuka atau Sanyasin


Bhiksuka berasal dari kata Bhiksu sebutan untuk pendeta Budha. Bhiksu
memiliki arti meminta- minta namun dalam artian lain dimana Bhiksuka ini
merupakan tingkat kehidupan yang lepas dari ikatan keduniawian dan hanya
mengabdikan diri kepada Sang Hyang Widhi dengan jalan menyebarkan ajaran-
ajaran kesusilaan. Bagi orang yang telah menjalankan hidup Bhiksuka maka orang
tersebut dianggap telah mampu mengalahkan musuh- musuh yang ada dalam
dirinya seperti Sad Ripu, Sapta Timira, Sad Atatayi, dan Tri Mala.
Di dalam ajaran dari Catur Asrama beserta dengan keempat bagian-
bagiannya, maka bagian tersebut dapat di implementasikan ke dalam kehidupan
sehari- hari terutama di bidang pendidikan dengan kondisi pandemic yang
mengharuskan semua orang untuk stay at home dan work from home. Di dalam
penerapannya untuk mendorong upaya aktualisasi dan kualitas pelaksanaan ajaran
agama hindu dalam kehidupan di masa pandemi COVID-19 maka disini akan
dibagi menjadi beberapa fase yang memiliki metode pembelajarannya masing-
masing sebagai berikut :
a. Fase Eksplorasi melalui Fase Belajar Brahmacari
Fase ini merupakan fase pembelajaran dimana dapat diartikan sebagai
fase eksplorasi yakni fase belajar mandiri secara individu. Hal ini
sangat penting dilakukan ketika kondisi pandemic covid- 19 seperti saat
ini. Ketika study at home dapat dilakukan dengan tiga metode kegiatan
belajar utama yang dilakukan pada fase ini, diantaranya yaitu dengan
memberikan tugas kepada mahasiswa setelah mendapatkan penjelasan
materi dari pengajar seperti pemberian tugas membuat essay untuk
acuan pemahaman dari mahasiswa.

b. Fase Elaborasi melalui Fase Belajar Grehastha


Fase inti pembelajaran kedua Catur Asrama adalah fase belajar
grehastha. Adapun focus dari kegiatan belajar mahasiswa pada fase ini
adalah belajar berkelompok dan bekerja sama secara kooperatif seperti
membentuk sebuah keluarga atau kelompok masyarakat. Secara
simbolik fase belajar ini melambangkan kesiapan setiap individu untuk
membentuk kesatuan keluarga yang menjadi unsure terkecil
terbentuknya kelompok- kelompok masyarakat. Di lingkungan
pembelajaran mahasiswa dapat digunakan teknik presentasi, karena
keadaan sedang stay at home maka metode presentasi dapat dilakukan
melalui aplikasi seperti zoom, google meet, dan lainnya.

c. Fase Belajar Biksuka


Tahap belajar selanjutnya yang tak kalah penting pada pendekatan
belajar Catur Asrama adalah melakukan pengamalan ibadah atau
beryadnya melalui fase belajar Biksuka. Fase belajar ini cenderung
tidak pernah terjadi dalam pendekatan konvensional. Fase belajar ini
mahasiswa masih menggunakan teknik berkelompok, belajar
mensimulasikan bagaimana mengibadahkan “meyadnyakan”
pengetahuan suci yang telah diperolehnya untuk disebarluaskan kepada
seluruh masyarakat. Fokus hasil belajar yang dicapai untuk
disosialisasikan ini merupakan keberhasilan siswa dalam
berpartisipasi memecahkan masalah sosial yang dihadapi oleh warga
negara dalam kehidupan sehari- hari dan optimalisasi kompetensi
kewarganegaraan yang diwujudkan dalam keterampilan
kewarganegaraan.

III. Penutup

Dari ajaran Catur Asrama dapat dihubungkan dengan Aktualisasi dan


Kualitas Pelaksanaan Ajaran Agama Hindu dalam Kehidupan di Masa Pandemi
COVID-19. Dimana dalam kondisi pandemic ini kaum mahasiswa sebagian besar
kurang aktif dalam menjalankan aktivitas pembelajarannya sehingga disini perlu
mengamalkan ajaran Catur Asrama dengan mengimplementasikannya dengan
metode fase- fase pembelajaran yang disesuaikan dengan kehidupan masyarakat
terutama mahasiswa di era pandemic COVID- 19.

IV. Daftar Pustaka

Budiarta. 2019. Penerapan Pendekatan Belajar Catur Asrama melalui Taksonomi


Tri Kaya Parisudha dalam PKN (Studi Quasi Experiment terhadap
Peningkatan Kompetensi Kewarganegaraan Siswa SMA Negeri Di Kota
Singaraja). Program Studi PPKn Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.
https://ejournal2.undiksha.ac.id/index.php/JMPPPKn/article/view/10/12

Ketut Juni, Ngakan. 2020. Wiku Catur Asrama Menurut Lontar Wasista Tattwa.
Sphatika Volume XI No. 1. E- ISSN : 2722- 8576. P- ISSN : 1978- 7014.
http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/Sphatika/article/view/1498/1177

Subrata. 2019. Ajaran Catur Asrama Persepektif Konsepsi Hidup untuk Mencapai
Tujuan Hidup. Sphatika Volume X No. 1. E- ISSN : 2722- 8576. P- ISSN :
1978- 7014. http://ejournal.ihdn.ac.id/index.php/Sphatika/article/view/1562

Anda mungkin juga menyukai