Anda di halaman 1dari 7

ESKATOLOGI

Filsafat Islam III


Eskatologi berasal dari kata Escaton yang secara
harfiah dimaknai doktrin tentang akhir, sebuah
doktrin yang membahas tentang keyakinan yang
berhubungan dengan kejadian-kejadian akhir hidup
manusia, seperti ; kematian, hari kiamat,
berakhirnya dunia, kebangkitan kembali,
pangadilan akhir, surga-neraka dan lain
sebagainya .
Dalam istilah Islam Eskatologi dikenal dengan sebutan Ma’ād, secara
khusus al-Taftazāni memaknai Ma’ād sebagai berikut :
“Merupakan sumber atau tempat, dan hakikat kebangkitan adalah
kembalinya sesuatu kepada apa yang ada sebelumnya dan yang
dimaksud ini adalah kembalinya keberadaan setelah kehancuran,
atau kembalinya bagian-bagian tubuh kepada penyatuan setelah
keterpisahan, kepada kehidupan setelah kematian, ruh kepada tubuh
setelah terpisah, sedangkan kebangkitan ruhani murni sebagaimana
pandangan para filosof bermakna kembalinya ruh kepada asalnya
yang nonmaterial dari keterikatan dengan tubuh material dan
penggunaan alat-alat fisik atau keterlepasan terhadap kegelapan
yang menyelimutinya .
Dalam istilah Islam Eskatologi dikenal dengan sebutan Ma’ād, secara
khusus al-Taftazāni memaknai Ma’ād sebagai berikut :
“Merupakan sumber atau tempat, dan hakikat kebangkitan adalah
kembalinya sesuatu kepada apa yang ada sebelumnya dan yang
dimaksud ini adalah kembalinya keberadaan setelah kehancuran,
atau kembalinya bagian-bagian tubuh kepada penyatuan setelah
keterpisahan, kepada kehidupan setelah kematian, ruh kepada tubuh
setelah terpisah, sedangkan kebangkitan ruhani murni sebagaimana
pandangan para filosof bermakna kembalinya ruh kepada asalnya
yang nonmaterial dari keterikatan dengan tubuh material dan
penggunaan alat-alat fisik atau keterlepasan terhadap kegelapan
yang menyelimutinya .
Diskursus tentang pandangan ini terjadi terutama pada dua wilayah
kajian ilmiah Islam, Ilmu Kalam dan Filsafat . Dalam Ilmu Kalam
pembicaraan pada umumnya berkisar pada argumentasi tentang
kebangkitan, Kematian, Barzakh, Surga-Neraka, Kebahagiaan dan
penderitaan, Keabadian di akhirat, Kebangkitan jasmani dan Syafaat.
Sedangkan pada filsafat, pembicaraan tentang kebangkitan meliputi
ruang yang lebih luas, bukan hanya dalam persoalan yang telah
disebutkan di atas, akan tetapi juga meliputi masalah ruh, jiwa dan
jasmani, bentuk keterikatan antara ruh, jiwa dan jasmani,
kemustahilan kebangkitan setelah ketiadaan (I’ādah al-Ma’dūm) dan
sebagainya
Perbedaan mendasar antara kedua khazanah ilmiah diatas bukan
pada topik yang dibicarakan akan tetapi lebih pada metodologi yang
melandasi bidang masing-masing. Kalam sebagai sebuah cabang
ilmu yang berusaha membuktikan kebenaran doktrin-doktrin agama
dengan menggunakan dasar nash dan sebagian argumentasi
rasional yang didasarkan pada logika dan dialog (Jaddal).
Sedangkan Filsafat merupakan usaha untuk mengungkap kebenaran
dengan menjadikan rasio sebagai pijakan utama dalam pembuktian
kebenaran tersebut.
TEMA-TEMA
1. Muqaddimah
2. Argumentasi Eskatologi
3. Jiwa dan argumentasinya
4. Teori kemunculan jiwa
5. Relasi Jiwa dan Raga
6. Perkembangan daya-daya Jiwa dan Jiwa Rasional
7. Transendensi dan survivalitas Jiwa
8. Problem Reinkarnasi
9. Argumentasi penolakan Reinkarnasi Filosof Muslim
10. Prinsip-prinsip Eskatologi Sadra . I
11. Prinsip-prinsip Eskatologi Sadra . II
12. Problematika Ruh dan Raga Pasca kematian
13. Tajassum al-A’mal
14. Teori dan Pemaknaan kiamat
15. Penderitaan dan Kebahagiaan

Anda mungkin juga menyukai