Eskatologi berasal dari kata Escaton yang secara harfiah dimaknai doktrin tentang akhir, sebuah doktrin yang membahas tentang keyakinan yang berhubungan dengan kejadian-kejadian akhir hidup manusia, seperti ; kematian, hari kiamat, berakhirnya dunia, kebangkitan kembali, pangadilan akhir, surga-neraka dan lain sebagainya . Dalam istilah Islam Eskatologi dikenal dengan sebutan Ma’ād, secara khusus al-Taftazāni memaknai Ma’ād sebagai berikut : “Merupakan sumber atau tempat, dan hakikat kebangkitan adalah kembalinya sesuatu kepada apa yang ada sebelumnya dan yang dimaksud ini adalah kembalinya keberadaan setelah kehancuran, atau kembalinya bagian-bagian tubuh kepada penyatuan setelah keterpisahan, kepada kehidupan setelah kematian, ruh kepada tubuh setelah terpisah, sedangkan kebangkitan ruhani murni sebagaimana pandangan para filosof bermakna kembalinya ruh kepada asalnya yang nonmaterial dari keterikatan dengan tubuh material dan penggunaan alat-alat fisik atau keterlepasan terhadap kegelapan yang menyelimutinya . Dalam istilah Islam Eskatologi dikenal dengan sebutan Ma’ād, secara khusus al-Taftazāni memaknai Ma’ād sebagai berikut : “Merupakan sumber atau tempat, dan hakikat kebangkitan adalah kembalinya sesuatu kepada apa yang ada sebelumnya dan yang dimaksud ini adalah kembalinya keberadaan setelah kehancuran, atau kembalinya bagian-bagian tubuh kepada penyatuan setelah keterpisahan, kepada kehidupan setelah kematian, ruh kepada tubuh setelah terpisah, sedangkan kebangkitan ruhani murni sebagaimana pandangan para filosof bermakna kembalinya ruh kepada asalnya yang nonmaterial dari keterikatan dengan tubuh material dan penggunaan alat-alat fisik atau keterlepasan terhadap kegelapan yang menyelimutinya . Diskursus tentang pandangan ini terjadi terutama pada dua wilayah kajian ilmiah Islam, Ilmu Kalam dan Filsafat . Dalam Ilmu Kalam pembicaraan pada umumnya berkisar pada argumentasi tentang kebangkitan, Kematian, Barzakh, Surga-Neraka, Kebahagiaan dan penderitaan, Keabadian di akhirat, Kebangkitan jasmani dan Syafaat. Sedangkan pada filsafat, pembicaraan tentang kebangkitan meliputi ruang yang lebih luas, bukan hanya dalam persoalan yang telah disebutkan di atas, akan tetapi juga meliputi masalah ruh, jiwa dan jasmani, bentuk keterikatan antara ruh, jiwa dan jasmani, kemustahilan kebangkitan setelah ketiadaan (I’ādah al-Ma’dūm) dan sebagainya Perbedaan mendasar antara kedua khazanah ilmiah diatas bukan pada topik yang dibicarakan akan tetapi lebih pada metodologi yang melandasi bidang masing-masing. Kalam sebagai sebuah cabang ilmu yang berusaha membuktikan kebenaran doktrin-doktrin agama dengan menggunakan dasar nash dan sebagian argumentasi rasional yang didasarkan pada logika dan dialog (Jaddal). Sedangkan Filsafat merupakan usaha untuk mengungkap kebenaran dengan menjadikan rasio sebagai pijakan utama dalam pembuktian kebenaran tersebut. TEMA-TEMA 1. Muqaddimah 2. Argumentasi Eskatologi 3. Jiwa dan argumentasinya 4. Teori kemunculan jiwa 5. Relasi Jiwa dan Raga 6. Perkembangan daya-daya Jiwa dan Jiwa Rasional 7. Transendensi dan survivalitas Jiwa 8. Problem Reinkarnasi 9. Argumentasi penolakan Reinkarnasi Filosof Muslim 10. Prinsip-prinsip Eskatologi Sadra . I 11. Prinsip-prinsip Eskatologi Sadra . II 12. Problematika Ruh dan Raga Pasca kematian 13. Tajassum al-A’mal 14. Teori dan Pemaknaan kiamat 15. Penderitaan dan Kebahagiaan