INTERNASIONAL
A. Pengertian/Ruang Lingkup.
Spt halnya ilmu ekonomi, ilmu ekonomi
internasional mempelajari alokasi sumberdaya yg langka
guna memenuhi kebutuhan manusia. Problematika
ekonomi dipelajari dalam ruang lingkup internasional,
artinya masalah alokasi dianalisis dalam hubungan
antara pelaku ekonomi satu negara dng negara lain. Ilmu
Ekonomi Internasional mempelajari bagaimana
hubungan ekonomi satu negara dengan negara lain dpt
mempengaruhi alokasi sumberdaya. Hubungan ekonomi
internasional ini dpt berupa perdagangan, investasi,
pinjaman, bantuan serta kerjasama internasional.
Oleh karena itu ekonomi internasional lebih luas
pengertiannya bila dibanding dengan perdagangan
internasional (pertukaran barang dan jasa).
Barang-barang
Memproduksi barang- kebutuhan dalam
barang yang laku di pasar negeri dipenuhi
Internasional sendiri
Gambar 2 : Setelah
membuka perdagangan
internasional dng Italia
Besar kecilnya ayunan CPF/CPC menunjukkan besar
kecilnya manfaat (Gains From Trade) yg akan diterima
Indonesia disebut manfaat potensial (Potential
Gains From Trade)
Besar kecilnya ayunan CPF/CPC ditentukan oleh
besar kecilnya perbedaan harga antara komodity
sebelum dan sesudah perdagangan
Semakin besar perbedaan harga semakin besar
manfaat potensial yg didapat
Dari gambar 2 tsb, apabila preferensi konsumen
tetap pada 5 pasang sepatu sekarang dpt
mengkonsumsi batik lebih banyak yaitu 10 batik.
Kurva indiferennya
bergeser keatas dari
IC 1 ke IC 2 dng
preferensi konsumsi
dr titik C ke E spt
dalam gambar 3
Harga diluar negeri ternyata lbih tinggi, maka produksi dinaikkan menjadi
OQ1.2 dan dari jumlah ini, sebesar Q1.3 Q1.2 dijual/diekspor ke LN dng
harga yg lebih tinggi yaitu sebesar OP2.2. Sebagai akibatnya jml
penawaran di negara A berkurang sbesar Q1.3 Q1.2 dan harga akan naik
mnjadi P1.2. Kurva penawaran ekspor/SE terbentuk dng menghubungkan
jml penawaran ekspor pd harga OP1 (nol ekspor) dng juml penawaran
ekspor pd harga OP2.2.
Proses terbentuknya
kurva permintaan impor
(gambar 7b).
Pada negara B yg
harga Q-nya tinggi,
keseimbangan semula
pada E2 dimana jumlah yg
diproduksi sama dng
jumlah yg diminta dengan
harga OP2. Pada saat ini
tidak ada penawaran
barang dr LN. Manakala
Kurva permintaan impor terbentuk dng
ada tambahan penawaran
menghubungkan titik pada waktu tidak
barang dari LN sebanyak
ada penawaran ekspor dan harga DN
Q2.3 Q2.2, maka harga Q
OP2 dengan ketika telah ada penawaran
di negara B cenderung
ekspor OQ2.2 pada harga OP2.2.
turun menjadi OP2.2.
Sedangkan proses terbentuknya harga keseimbangan baru
adalah interaksi penawaran ekspor dengan permintaan
impor...dpt dibentuk dng menghubungkan kurva
penawaran ekspor pada gambar 7a dng kurva permintaan
impor pada gambar 7b sebagaimana terlihat pada gambar
7c.
Bahwa keseimbangan
baru terletak di titik E,
dimana penawaran
expor sama dng
jumlahpermintaan
impor yaitu sebanyak
OQ2.2 (lihat gambar 7c).
4. Perbedaan Selera.
Perbedaan selera konsumen di suatu negara dpt
menjadi sumber manfaat perdagangan internasional,
meskipun kedua negara mempunyai factor produksi dan
pola produksi yg sama. Menurut Hecksher & Ohlin kondisi
tersebut memungkinkan terjadi karena produsen tetap
berproduksi untuk memenuhi sebagian besar konsumen
dan membiarkan selera minoritas dilayani negara lain.
Dari perbedaan selera ini, konsumen dan produsen dpt
memperoleh tambahan manfaat paling tidak adanya faktor
kepuasan konsumen serta adanya perbedaan harga yg
menguntungkan bagi produsen dan juga konsumen.
D. Pembagian Manfaat
Semua pelaku perdagangan mempunyai motif untuk
mendapatkan keuntungan “gains from trade”. Sampai
seberapa besar keuntungan dapat diperoleh tergantung
dari dasar tukar dari barang-barang yang diperdagangkan
“term of trade”, pendapatan dan selera konsumen.
Bagaimana pembagian keuntungan yang maximal pada
2 negara yang saling menjalin hubungan perdagangan
internasional...untuk analisis ini Edgeworth and Bowley
menjelaskan besarnya pembagian manfaat perdagangan
melalui Diagram Kotak yg disebut sbg “Edgeworth
Bowley Box Diagram” sebagai mana terlihat dlm gambar
8 berikut :
Keterangan Gambar 8 :
Negara I dan II adalah 2
negara dng kemampuan
produksi yg berbeda.
Negara I dng kemampuan
produksi O1 A1 dan atau
O1 B1, sedang Negara II
dng kemamp produksi O2
B2 dan atau O2 A2.
Masing-masing negara
dalam kondisi autarchi
(tanpa perdagangan Pilihan alokasi produksi yang
internasional), akan memberikan kepuasan optimal
berusaha memaksimalkan pada masyarakat kedua negara tsb
produksi akan barang A tentu berada pada salah satu titik
dan B untuk kebutuhan disepanjang garis kemampuan
masyarakat (sesuai dng
produksinya.
preferensi masyarakat).
Negara I pilihan alokasi berada disalah satu titik
disepanjang garis A1 B1, misal pada titik P, konsumen
negara I mencapai kepuasan optimal. Di negara II, pilihan
alokasi produksi ada pada salah satu titik disepanjang garis
B2 A2, misal di titik Q, maka disinilah konsumen negara II
mencapai kepuasan optimal.
Seandainya dibuka hubungan perdagangan dengan LN,
maka kedua negara masing-masing akan memproduksi
barang yang tersedia faktor produksinya cukup banyak,
dng kata lain masing-masing akan berspesialisasi dan
tentunya negara I akan focus pada produksi barang A
sementara negara II akan focus memproduksi barang B.
Negara I akan menjual ke negara II, begitu sebaliknya. Dengan
transaksi ini, kedua negara mengharapkan memperoleh
keuntungan yg maksimal yg dpt ditunjukkan melalui kenaikan
konsumsi dan kurva kepuasan konsumen. Misal negara I adalah
negara yg aktip berdagang dengan negara II, dengan dasar tukar
1 : 1. Negara I berspesialisasi pada barang A dengan produksi O1
A1.
Dari jumlah produksi ini, O1 a1 untuk konsumsi DN, dan
sisanya a1 A1 diekspor dan akan mendapatkan barang B dari
negara II sebanyak b2 B2 (krn dasar tukarnya 1 : 1). Maka a1 A1 =
b2 B2. Disini kepuasan konsumen negara I tetap pada kondisi
semula. Konsumen negara I tdk dirugikan, tetapi mereka dapat
mengkonsumsi barang B dari Luar Negeri/Negara II.
Sebaliknya, Negara II dengan kondisi ketersediaan faktor
produksinya, akan berspesialisasi pd barang B dng produksi
sebanyak O2 B2. Dari produksi sebanyak itu, sebanyak b2 B2
ditukarkan dengan barang A dari negara I dan memperoleh
barang A sebanyak a2 A atau sama dengan O2 A2. Dengan
demikian sekarang Negara II dpt berkonsumsi pd titik R, dimana
titik R lebih tinggi dari pada titik Q. Jadi dengan dasar tukar 1 : 1,
Negara II lebih diuntungkan karena memperoleh
kepuasan/kesejahteraan yg lebih tinggi dari pada kondisi
sebelum perdagangan.
Lain halnya bila dasar tukarnya berubah , misalnya menjadi
1A = 0,5B...maka konsumsi yg dapat dilakukan oleh negara I akan
jauh lebih rendah drpd titik P, yaitu titik sebelum perdagangan
dilakukan. Pada kondisi ini, negara I layak menolak perdagangan
karena tdk diuntungkan/malah dirugikan.
Sebaliknya negara II akan sangat menerima
kondisi dasar tukar 1A = 0,5B karena dengan kondisi
tersebut negara II akan sangat diuntungkan. Hal ini
terlihat dari kondisi konsumsinya yang tidak lagi di
titik Q ataupun R...tetapi dititik T, dimana T > R > Q.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pembagian manfaat perdagangan berada pada
titik di daerah A1 B1 A2 B2 dimana batas minimal
dapat terjadi transaksi dagang adalah pada salah
satu titik di garis A1 B1 bagi negara I dan A2 B2
bagi negara II.
Contoh lainnya : lihat
gambar 9
Terdapat 2 konsumen
yg masing-masing
memiliki 2 macam barang
X dan Y. Konsumen 1
digambarkan pada sumbu
kiri bawah kotak dengan
titik awal O1.