INTEGRASI EKONOMI
A 50 50 50
B 40 80 40
C 30 60 60
Dalam keadaan perdagangan bebas, negara C akan
mengekspor barang X ke negara A dan B sebab beayanya
paling rendah (30Rp <40Rp <50Rp). Tetapi misal negara A
mengenakan tarif sebesar 100%, maka harga barang
impor dari negara B dan C masing2 akan menjadi 80Rp
dan 60Rp. Karena beaya di negara A hanya 50Rp, maka
negara A akan menghasilkan sendiri barang X (50Rp
<60Rp <80Rp).
Bila negara A dan B membentuk Custom Union, dan
saling menghapuskan bea masuk (tapi tetap mengenakan
tarip 100% terhadap negara C), maka beaya rata2 menjadi
50Rp, 40Rp dan 60Rp masing2 untuk negara A, B dan C.
Dengan demikian beaya produksi barang impor dari
negara B turun menjadi 40Rp (karena negara A
membebaskan tarif impor dari negara B) dan beaya
impor dari negara C adalah 60Rp. Negara A tidak akan
lagi menghasilkan barang X, tetapi akan mengimpor
dari negara B yang beayanya lebih murah.
Pembentukan custom union menyebabkan
pergeseran dari produksi dalam negeri A yang
beayanya 50Rp ke produksi negara B yg lebih murah
(40Rp) dan negara A mengimpor dari negara B. Spt
inilah yg disebut dng Trade Creation, sekaligus dapat
memperbaiki alokasi sumber daya.
Tabel berikut menjelaskan adanya Trade
Diversion.
Negara Biaya rata- Negara A Negara A
rata (Rp) mengenakan membebaskan
biaya masuk 50% tarif thdp B, tapi
(Rp) tdk thdp C (Rp)
A 50 50 50
B 40 60 40
C 30 45 45
Trade Creation.
Analisis Johnson :
Efek Costum
Union terhadap
konsumsi dan
produksi.
Kurva DD dan SS
masing-masing
menunjukkan
permintaan dan
penawaran
negara A.
Untuk menyederhanakan, misal kurva penawaran negara
B (partner berdagang) elastis sempurna seperti garis PP.
Kurva PP ditambah dng tarif T diperoleh kurva TT.
Sebelum pembentukan
Custom Union (anggap
biaya rata-rata negara
C lebih tinggi daripada
OP), konsumsi negara
A sebesar OQ3,
produksi OQ2 dan
impor dari negara B
sebesar Q2Q3.
Pendapatan dari tarif
sebesar G1F2F3G2.
Setelah pembentukan
Custom Unions, negara
A membebaskan tarip
kepada negara B.
Konsumsi negara A
naik menjadi OQ4 dan
pendapatan dari tarif
hilang. Konsumen
negara A memperoleh
manfaat yang
ditunjukkan dengan
trapesium PF4G2T
yang berupa kenaikan
surplus konsumen.
Namun di pihak produsen mengalami kerugian berupa
hilangnya surplus produsen sebesar PF1G1T dan juga
hilangnya pendapatan pemerintah dari tarif sebesar
G1F2F3G2.
Segitiga F1F2G1
menunjukkan turunnya beaya
yg timbul karena adanya
pergeseran produksi dari
negara A yg beayanya lbih
tinggi, ke negara B yg beayanya
lbih rendah (F1Q1Q2G1 >
F1Q1Q2F2). Dmikian juga
segitiga F3F4G2 menunjukkan
kenaikan surplus konsumen
karena naiknya jumlah yg
dikonsumsisebesar Q3Q4.
B A B VII
PERPINDAHAN FAKTOR PRODUKSI ANTAR NEGARA
Faktor produksi akan pindah dari tempat yg harganya
murah ke tempat yg harganya mahal, dan akhirnya harga
faktor produksi akan cenderung sama di berbagai tempat.
A. Tenaga Kerja.
Implikasi
ekonomi
perpindahan tenaga
kerja dari satu
negara ke negara
lain dijelaskan dalam
Gambar berikut.
Misal terdapat 2 negara, yaitu negara I dan II, kurva MPV1
dan MPV2 masing2 nilai produk marginal (Maginal Value
Product) negara I dan II. Jumlah tenaga kerja negara I
sebanyak ON2 dan negara II sebanyak O’N2.
Output total (yg diukur dng luas bidang dibawah
kurva MPV) di negara I adlh OADN2 dan negara II
sebesar O’BEN2. Tingkat upah di negara I dlm keadaan
persaingan faktor faktor produksi adalah OW3 sedang
di negara II sebesar O’W2.
Bila tenaga kerja bebas pindah dan dng beaya yg relatip
rendah maka akan terjadi perpindahan dari negara I ke
negara II sampai tingkat upah sama, yakni OW1 dng jumlah
tenaga kerja yg pindah sebesar N1N2.
Di negara I, dari
output sebesar
OADN2, sejumlah
OW3DN2 untuk
tenaga kerja dan
sisanya W3AD untuk
faktor produksi
lainnya (modal dan
tanah).
Setelah terjadi
perpindahan tenaga
kerja ke negara II,
output total sebesar
OACN1, sejumlah
OW1CN1 untuk
tenaga kerja dan
sisanya sebesar
W1AC untuk faktor
produksi lainnya.
Bagian yang
diterima oleh
tenaga kerja
meningkat.
Di negara II, pada output total O’BEN2, bagian tenaga
kerja dan faktor produksi lainnya masing2 sebesar O’W2EN2
dan W2BE. Setelah terjadi perpindahan tenaga kerja dari
negara I, bagian yg diterima oleh tenaga kerja dan faktor
produksi lainnya berubah masing2 menjadi O’W1CN1 dan
W1CB.
Sebagai hasil migrasi, di
negara I tenaga kerja
semakin berkurang dan di
negara II semakin besar
sehingga bagian yg
diterima oleh faktor
produksi tenaga kerja juga
semakin berkurang (tapi di
negara I meningkat).
Migrasi antar negara tdk hanya dipengaruhi oleh
faktor ekonomi saja tetapi juga oleh faktor non
ekonomi spt misalnya faktor agama, ras dan politik.
Sebelum adanya
transfer modal,
negara I akan
menanamkan modal
seluruhnya (OC) di
dalam negeri dng
pendapatan sebesar
OK.
Output total OXGC dimana OKGC diterima oleh pemilik modal
dan KXG untuk faktor produksi lainnya (tanah dan tenaga kerja).
Sama halnya di negara II, semua modalnya (O’C) ditanam di
dalam negeri dng pendapatan sebesar O’J, output total O’YIC
dimana O’JIC diterima oleh pemilik modal dan sisanya JYI
diterima oleh pemilik faktor produksi lainnya.
Dengan adanya
transfer modal dari
negara I ke negara II,
maka negara I akan
menanamkan sebanyak
OD didalam negeri dan
DC ditransfer ke negara
II dng pendapatan
sebesar OE.
Output total negara I sebesar OXFD masih harus ditambah dng
yg diperoleh dari negara II sebesar DFHC sehingga diperoleh
pendapatan nasional sebesar OXFHC. Dng transfer modal ini,
pendapatan negara I naik sebesar FHG (yakni OXFHC – OXGC),
sehingga negara pemberi pinjaman (negara I) memperoleh
keuntungan. Pendapatan untuk faktor produksi non modal turun
dari KXG menjadi EXF dan pendapatan modal naik dari OKGC
menjadi OEHC.
Untuk negara
penerima pinjaman
(negara II), masuknya
modal sebesar CD
menyebabkan
pendapatan turun dari
O’J menjadi O’L.
Output naik dari O’YIC menjadi O’YFD atau sejumlah CIFD
(yakni O’YFD – O’YIC). Dari kenaikan ini, sejumlah CGFD
dibayarkan kpd pemilik modal/negara I sehingga keuntungan
yg berupa kenaikan pendapatan negara II adalah HIF (yakni
CIFD – CHFD). Pendapatan untuk pemilik modal dalam negeri
turun dari O’JIC menjadi O’LHC, sedang pendapatan pemilik
faktor produksi non modal naik dari JYI menjadi LYF. s
Secara keseluruhan (negara I dan II), produksi total
mengalami kenaikan dari OXGC+O’YIC menjadi OXFD + O’YFD
atau sejumlah FHG+HIF (daerah berarsir). Makin lambat
turunnya Nilai Produk Marjinal, maka akan makin besar
keuntungan yg diterima melalui pinjaman luar negeri.
C. Kesimpulan.
Ekonomi dunia akan memperoleh
keuntungan dengan adanya transfer faktor
produksi (tenaga kerja dan modal), yg ini
mirip dng keuntungan yg timbul karena
perdagangan internasional (barang) spt yg
dikemukakan oleh teori Klasik. Satu negara
yang tdk memiliki faktor produksi tenaga kerja
dalam jumlah banyak dpt mendatangkan
tenaga kerja dari negara lain atau mengimpor
barang modal yang padat tenaga kerja.
Sebaliknya negara yang banyak memiliki modal dapat
mengekspor barang yang padat modal atau menstranfer
modal untuk memperoleh pendapatan diluar negeri.