Anda di halaman 1dari 65

B A B VI

INTEGRASI EKONOMI

A. Teori Integrasi Ekonomi


Dewasa ini kita berada dalam kegiatan
ekonomi antar bangsa yang bergerak menuju
saling ketergantungan ekonomi. Suatu ekonomi
global jangan dianggap hanya sekedar
perdagangan yang semakin besar diantara
negara-negara di dunia, karena yang tengah
terjadi adalah suatu ekonomi dunia yg bergerak
kearah ekonomi tunggal, satu ekonomi dan satu
pasar. Dengan demikian, kini tidak ada lagi yg
disebut sebagai ekonomi nasional murni.
Alasan integrasi ekonomi didasarkan pada teori
perdagangan bebas tanpa hambatan berupa tarif
maupun non tarif, yg bertujuan meningkatkan volume
perdagangan, peningkatan efisiensi produksi,
peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat.

Integrasi ekonomi memiliki prinsip dan mekanisme


yg sama dengan perdagangan bebas atas dasar
suatu kesepakatan diantara anggota yang
melakukan perjanjian diantara negara-negara yang
berada dalam suatu kawasan maupun atas
kepentingan tertentu.
Integrasi ekonomi mengacu pada suatu
kebijakan komersial atau kebijakan
perdagangan yang secara diskriminatif
menurunkan atau menghapuskan hambatan-
hambatan perdagangan hanya diantara
negara-negara anggota yang sepakat untuk
membentuk suatu integrasi ekonomi.
Sedangkan negara-negara yg bukan anggota
masih berhak untuk menerapkan kebijakan
secara sendiri, baik mereka menerapkan tarif
maupun non tarif.
Dalam integrasi ekonomi terjadi perlakuan
diskriminatif antara negara-negara anggota
dengan negara-negara diluar anggota integrasi
ekonomi dalam melakukan perdagangan,
sehingga akan memberikan dampak “kreasi”
dan dampak “diversi” bagi negara-negara
anggota.

Krugman (1991) memperkenalkan suatu anggapan bahwa


blok perdagangan yang secara alami didasarkan pada
pendekatan geografis dapat memberikan efisiensi dan
meningkatkan kesejahteraan bagi anggotanya.
Suprima (2010), definisi integrasi ekonomi secara umum
adalah pencabutan (penghapusan) hambatan-hambatan
ekonomi diantara dua atau lebih perekonomian (negara).
Secara operasional, integrasi ekonomi didefinisikan sebagai
pencabutan/penghapusan diskriminasi dan penyatuan
politik (kebijakan) seperti norma, peraturan, prosedure.
Instrumennya meliputi bea masuk, pajak, mata uang,
undang-undang, lembaga, standardisasi, dan kebijakan
ekonomi.

Secara teoritis, Salvatore (1997) menguraikan


integrasi ekonomi terdiri dari beberapa
bentuk :
1. Pengaturan perdagangan preferensial
(Preferential Trade Arragements) dibentuk oleh
negara-negara yang sepakat menurunkan
hambatan-hambatan perdagangan yang
berlangsung diantara mereka dan
membedakannya dengan negara-negara yg
bukan anggota.
2. Kawasan perdagangan bebas (Free Trade Area)
dimana semua hambatan perdagangan, tarif
maupun non tarif diantara negara anggota
dihilangkan sepenuhnya, namun masing2 masih
berhak menentukan sendiri apakah
mempertahankan/ menghilangkan hambatan-
hambatan perdagangan yg diterapkan terhadap
negara-negara diluar anggota.
3. Persekutuan pabean (Custom Union), mewajibkan
semua negara anggota untuk tdk hanya
menghilangkan semua bentuk hambatan
perdagangan diantara mereka, namun juga
menyeragamkan kebijakan perdagangan mereka
terhadap negara luar yg bukan anggota.
4. Pasaran bersama (Common Market) yaitu suatu
bentuk integrasi dimana bukan hanya
perdagangan barang saja yang dibebaskan,
namun arus faktor produksi seperti tenaga kerja
dan modal juga dibebaskan dari semua
hambatan.
5. Uni ekonomi (Economic Union), yaitu dengan
menyeragamkan kebijakan-kebijakan moneter
dan fiskal dari masing-masing negara anggota
yang berada dalam suatu kawasan atau bagi
negara-negara yang melakukan kesepakatan

Perjanjian perdagangan preferensial (PTAs) adalah


kesepakatan diantara dua negara atau lebih dimana
tarif yg dikenakan pada barang yg diperdagangkan
bagi negara anggota lebih rendah dibanding dng tarif
yg diperdagangkan dengan negara diluar anggota.
PTAs diartikan secara luas meliputi Regional
Trading Arrangements (RTAs) yang merupakan
kesepakatan yang dibentuk dalam satu kawasan,
kesepakatan perdagangan antar negara
berkembang dan bentuk lainnya yang bertujuan
untuk memperlancar arus barang dan jasa seperti
WTO, ASEAN, ASEAN Free Trade Area (AFTA),
South Asian Association for Regional Cooperation
(SAARC) dan bentuk lainnya.
Beberapa tahapan integrasi ekonomi menurut
intensitas integrasi (Suprima, 2010), yaitu :

1. Free Trade Area (FTA),


2. Custom Union, (CU),
3. Common Market (CM),
4. Economic Union (EU),
5. Total Economic Integration (TEI).

Kondisi Total Economic Integration/TEI terwujud bila telah


terjadi penyatuan kebijakan makro ekonomi maupun sosial
dan memfungsikan suatu badan atau lembaga yang
bersifat “supra nasional” dng kewenangan yang cukup luas
dan mengikat semua negara anggota.
B. Custom Union
Custom Union (Indonesia : Serikat Pabean) adalah
persetujuan antara 2 (dua) negara atau lebih untuk
menghilangkan hambatan perdagangan yg berupa
pengurangan atau peniadaan bea masuk/tarif.
Custom Union berbeda dng perdagangan bebas. Hal ini
karena negara diluar anggota serikat pabean akan
dikenakan tarif umum. Persetujuan ini adalah bentuk
parsial dari Integrasi Ekonomi yang menawarkan langkah
menengah antara zona perdagangan bebas (memungkinkan
perdagangan bebas tapi tidak memiliki sistem tarif) dan
pasar umum (dikenakan tarif umum). Sebuah zona
perdagangan bebas dengan tarif umum adalah serikat
pabean/Custom Union.
Pasar Bersama (common market) terjadi bila antar negara
membentuk Custom Union (seperti free trade area) tetapi
dengan pengenaan tarif yg seragam terhadap negara lain
dng tambahan adanya lalu lintas faktor produksi secara
bebas diantara negara anggota. Masyarakat Ekonomi
Eropa/MEE mengarah kesini.

Penulis pertama yg mengemukakan teori Custom


Union adalah Jacob Viner. Dia mengemukakan bahwa
custom union mengandung unsur perdagangan bebas
serta unsur proteksi, dan secara tegas mengatakan
tidak dapat dipastikan bahwa pembentukan custom
union akan meningkatkan kesejahteraan (welfare)
suatu negara.
Viner dalam teorinya menggunakan 2(dua)
konsep, yakni Trade Creation dan Trade Diversion.
Pembentukan custom union dapat menimbulkan
adanya trade creation yang dapat meningkatkan
kesejahteraan dan juga trade diversion yang
dapat menurunkan kesejahteraan. Efek akhirnya
mana yg lebih kuat. Bila trade creation yg lebih
kuat, kesejahteraan akan meningkat, sebaliknya
bila trade diversion yg lebih kuat maka
kesejahteraan akan menurun.
Pembentukan Custom Union seperti MEE
biasanya dapat mengakibatkan pergeseran/
perpindahan tempat/ lokasi produksi suatu barang
dari satu negara ke negara lain.
Pergeseran/perpindahan lokasi produksi ini
dapat menciptakan trade creation atau bahkan
trade diversion.

Konsep Trade Creation dan Trade Diversion akan


lebih mudah dipahami dng contoh riil sebagai
berikut.
Misalkan ada 3 negara yaitu A, B dan C yang masing-
masing menghasilkan barang X dng beaya rata-rata
tetap sbgmana dalam tabel berikut (Tabel berikut
menjelaskan adanya trade creation).
Negara Beaya Negara A Negara A
Rata-rata mengenakan bea membebaskan
masuk 100% (Rp) tarip thdp B, tapi
tdk thdp C (Rp

A 50 50 50

B 40 80 40
C 30 60 60
Dalam keadaan perdagangan bebas, negara C akan
mengekspor barang X ke negara A dan B sebab beayanya
paling rendah (30Rp <40Rp <50Rp). Tetapi misal negara A
mengenakan tarif sebesar 100%, maka harga barang
impor dari negara B dan C masing2 akan menjadi 80Rp
dan 60Rp. Karena beaya di negara A hanya 50Rp, maka
negara A akan menghasilkan sendiri barang X (50Rp
<60Rp <80Rp).
Bila negara A dan B membentuk Custom Union, dan
saling menghapuskan bea masuk (tapi tetap mengenakan
tarip 100% terhadap negara C), maka beaya rata2 menjadi
50Rp, 40Rp dan 60Rp masing2 untuk negara A, B dan C.
Dengan demikian beaya produksi barang impor dari
negara B turun menjadi 40Rp (karena negara A
membebaskan tarif impor dari negara B) dan beaya
impor dari negara C adalah 60Rp. Negara A tidak akan
lagi menghasilkan barang X, tetapi akan mengimpor
dari negara B yang beayanya lebih murah.
Pembentukan custom union menyebabkan
pergeseran dari produksi dalam negeri A yang
beayanya 50Rp ke produksi negara B yg lebih murah
(40Rp) dan negara A mengimpor dari negara B. Spt
inilah yg disebut dng Trade Creation, sekaligus dapat
memperbaiki alokasi sumber daya.
Tabel berikut menjelaskan adanya Trade
Diversion.
Negara Biaya rata- Negara A Negara A
rata (Rp) mengenakan membebaskan
biaya masuk 50% tarif thdp B, tapi
(Rp) tdk thdp C (Rp)

A 50 50 50
B 40 60 40
C 30 45 45

Beaya produksi barang Y di ketiga negara sama dng


barang X diatas, yg berbeda besarnya tarif yaitu 50%.
Sebelum pembentukan custom union, negara A
mengimpor barang Y dari negara C karena 45Rp
<50Rp <60Rp. Namun setelah pembentukan
custom union, negara A mengimpor barang Y
dari negara B karena 40Rp <45Rp <50Rp.
Pergeseran produksi sekarang bergerak dari
negara yg beaya produksinya rendah yakni C
(30Rp) ke negara yg beaya produksinya lebih
tinggi, yakni B (40Rp). Pergeseran produksi ini
mencerminkan adanya trade diversion yg
menyebabkan alokasi sumberdaya tidak efisien
sehingga dapat menurunkan kesejahteraan.
Analisis Viner diatas menekankan efek custom union
terhadap produksi. Custom Union dpt mempunyai efek
terhadap konsumsi. Oleh Johnson kedua efek tsb dianalisis
secara bersama-sama.

Trade Creation.
Analisis Johnson :
Efek Costum
Union terhadap
konsumsi dan
produksi.
Kurva DD dan SS
masing-masing
menunjukkan
permintaan dan
penawaran
negara A.
Untuk menyederhanakan, misal kurva penawaran negara
B (partner berdagang) elastis sempurna seperti garis PP.
Kurva PP ditambah dng tarif T diperoleh kurva TT.

Sebelum pembentukan
Custom Union (anggap
biaya rata-rata negara
C lebih tinggi daripada
OP), konsumsi negara
A sebesar OQ3,
produksi OQ2 dan
impor dari negara B
sebesar Q2Q3.
Pendapatan dari tarif
sebesar G1F2F3G2.
Setelah pembentukan
Custom Unions, negara
A membebaskan tarip
kepada negara B.
Konsumsi negara A
naik menjadi OQ4 dan
pendapatan dari tarif
hilang. Konsumen
negara A memperoleh
manfaat yang
ditunjukkan dengan
trapesium PF4G2T
yang berupa kenaikan
surplus konsumen.
Namun di pihak produsen mengalami kerugian berupa
hilangnya surplus produsen sebesar PF1G1T dan juga
hilangnya pendapatan pemerintah dari tarif sebesar
G1F2F3G2.

Dng demikian keuntungan


bersih negara A hanyalah
sebesar F1F2G1 dan
F3F4G2. Segitiga F1F2G1
menunjukkan kenaikan
efisiensi sbg akibat
dibebaskannya tarip (krn
pembentukan Custom
Unions).
Produksi dalam negeri diganti dng impor yg beaya
produksinya lebih rendah, dan inilah yg oleh Viner disebut
dng Trade Creation (production effect).

Sejumlah Q1Q2 yang


semula diproduksi di
dalam negeri dengan
beaya sebesar
Q1Q2G1F1 diganti dng
impor dari negara B dng
beaya yg lebih murah
(sebesar Q1Q2F2F1),
sehingga keuntungan
bersih F1F2G1.
Sama halnya dng segitiga F3F4G2, merupakan
keuntungan bagi konsumen negara A (consumption
effect). Kenaikan konsumsi ini sepenuhnya dipenuhi
dari impor, bukan dari produksi dalam negeri, yang
oleh Meade disebut dng trade expansion.
s

Keuntungan total dari adanya trade creation adalah F1F2G1


ditambah dngF3F4G2. Besarnya keuntungan total ini
dipengaruhi oleh : (1) besarnya tarif/yakni jarak PT, (2)
elastisitas penawaran negara A, (3) elastisitas permintaan.

Secara umum dapat


dikatakan, makin tinggi
tarif (sebelum custom
unions) serta makin
elastis permintaan dan
penawaran negara A,
akan semakin besar
pula keuntungan
karena adanya trade
creation.
Trade Diversion.
Sebelum pembentukan Custom Unions, negara A
mengimpor barang Y dari negara C yg relatip lebih efisien.

Namun demikian setelah


pembentukan custom
unions, negara A
mengimpor barang Y dari
negara B (partner) yg kurang
efisien, dan dapat menjual
kepada konsumen dng harga
yg lebih murah krn
diskriminasi tarif terhadap
negara C. (berikut lihat
gambar efek trade
diversion)
.....Spt pada trade
creation sebelumnya, DD
dan SS masing2 adalah
kurva permintaan dan
penawaran negara A.
Kurva BB dan CC adalah
kurva penawaran yg
elastis sempurna dari
negara B dan C (sebelum
adanya tarif).

Beaya rata2 negara C (OC) lebih rendah dari negara B


(OB). Pengenaan tarif oleh negara A kpd negara C
diperoleh kurva TT.
Sebelum
pembentukan custom
unions, negara A
mengkonsumsi
sebanyak OQ3
dimana sebesar OQ2
berasal dr produksi
dalam negeri dan
Q2Q3 diimpor dari
negara C. Pendapatan
pemerintah negara A
dari tarip sebesar
G1H1H2G2.
Setelah pembentukan custom unions, membebaskan tarif
bagi impor dr negara B, sehingga barang Y dpt diimpor
dari negara B dng harga lebih murah (OB<OT).

Dng dmikian konsumsi


negara A meningkat
menjadi OQ4, produksi
turun menjadi OQ1 dan
impor naik menjadi
Q1Q4, pendapatan dari
tarif hilang. Surplus
konsumen naik (TBF4G2),
sebaliknya surplus
produsen turun (TBF1G1).
Bila kita bagi 2 segiempat G1H1H2G2 menjadi G1F2F3G2
dan F2H1H2F3 , kemudian kurangkan TBF1G1 dan G1F2F3G2
dari TBF4G2 maka akan diperoleh F1F2G1 dan F3F4G2.

Jumlah kedua segitiga ini


merupakan keuntungan yg
harus kita bandingkan dng
sisa kerugian dari
pendapatan tarif, yakni
F2H1H2F3. Jika jumlah kedua
segitiga itu lebih besar drpd
F2H1H2F3 maka timbul
keuntungan bersih, tpi bila
F1F2G1+F3F4G2 < F2H1H2F3
maka trade diversion
menimbulkan kerugian.
Segiempat F2H1H2F3
merupakan kerugian yg
timbul sbg akibat
pengalihan impor Q2Q3
dr negara C yg beayanya
lbih rendah ke negara B
yg beayanya lbih tinggi.

Inilah akibat jelek yg timbul


dari adanya trade diversion
spt yg dikemukakan oleh
Viner, seperti yg dijelaskan
sebelumnya,
Trade diversion dpt mempunyai efek positip spt yg
diwujudkan dng segitiga F1F2G1 dan F3F4G2 yg masing2
menunjukkan keuntungan produksi dan konsumsi.

Segitiga F1F2G1
menunjukkan turunnya beaya
yg timbul karena adanya
pergeseran produksi dari
negara A yg beayanya lbih
tinggi, ke negara B yg beayanya
lbih rendah (F1Q1Q2G1 >
F1Q1Q2F2). Dmikian juga
segitiga F3F4G2 menunjukkan
kenaikan surplus konsumen
karena naiknya jumlah yg
dikonsumsisebesar Q3Q4.
B A B VII
PERPINDAHAN FAKTOR PRODUKSI ANTAR NEGARA
Faktor produksi akan pindah dari tempat yg harganya
murah ke tempat yg harganya mahal, dan akhirnya harga
faktor produksi akan cenderung sama di berbagai tempat.

Perpindahan faktor produksi ini dapat dianggap


sebagai layaknya perdagangan barang. Misal, suatu
negara yang tdk memiliki faktor produksi tenaga kerja
yang banyak akan mendatangkan (mengimpor) tenaga
kerja atau mengimpor barang yang padat tenaga kerja
dari negara yg banyak memiliki tenaga kerja. Tentu saja
kedua pilihan ini akan membawa implikasi ekonomi
yang berbeda bagi negara penerima dan pemberi.
Implikasi ekonomi perpindahan faktor produksi
antar negara yg meliputi faktor tenaga kerja dan
modal adalah sebagai berikut.

A. Tenaga Kerja.
Implikasi
ekonomi
perpindahan tenaga
kerja dari satu
negara ke negara
lain dijelaskan dalam
Gambar berikut.
Misal terdapat 2 negara, yaitu negara I dan II, kurva MPV1
dan MPV2 masing2 nilai produk marginal (Maginal Value
Product) negara I dan II. Jumlah tenaga kerja negara I
sebanyak ON2 dan negara II sebanyak O’N2.
Output total (yg diukur dng luas bidang dibawah
kurva MPV) di negara I adlh OADN2 dan negara II
sebesar O’BEN2. Tingkat upah di negara I dlm keadaan
persaingan faktor faktor produksi adalah OW3 sedang
di negara II sebesar O’W2.
Bila tenaga kerja bebas pindah dan dng beaya yg relatip
rendah maka akan terjadi perpindahan dari negara I ke
negara II sampai tingkat upah sama, yakni OW1 dng jumlah
tenaga kerja yg pindah sebesar N1N2.

Output total dari


negara I turun dari
OADN2 menjadi
OACN1 dan di
negara II naik dari
O’BEN2 menjadi
O’BCN1.
Kenaikan produksi
di negara II
(N2ECN1) lebih
besar dari pada
turunnya produksi
di negara I
(N1CDN2) yakni
sebesar CED.

Tingkat upah untuk tenaga kerja yg tetap


tinggal di negara I naik dari OW3 menjadi OW1
sedangkan di negara II turun dari O’W2
menjadi O’W1.
Disamping itu, perpindahan tenaga kerja mempunyai
efek terhadap distribusi pendapatan dari pemilik modal
dan tanah, serta tenaga kerja di negara I dan sebaliknya
redistribusi di negara II.

Di negara I, dari
output sebesar
OADN2, sejumlah
OW3DN2 untuk
tenaga kerja dan
sisanya W3AD untuk
faktor produksi
lainnya (modal dan
tanah).
Setelah terjadi
perpindahan tenaga
kerja ke negara II,
output total sebesar
OACN1, sejumlah
OW1CN1 untuk
tenaga kerja dan
sisanya sebesar
W1AC untuk faktor
produksi lainnya.
Bagian yang
diterima oleh
tenaga kerja
meningkat.
Di negara II, pada output total O’BEN2, bagian tenaga
kerja dan faktor produksi lainnya masing2 sebesar O’W2EN2
dan W2BE. Setelah terjadi perpindahan tenaga kerja dari
negara I, bagian yg diterima oleh tenaga kerja dan faktor
produksi lainnya berubah masing2 menjadi O’W1CN1 dan
W1CB.
Sebagai hasil migrasi, di
negara I tenaga kerja
semakin berkurang dan di
negara II semakin besar
sehingga bagian yg
diterima oleh faktor
produksi tenaga kerja juga
semakin berkurang (tapi di
negara I meningkat).
Migrasi antar negara tdk hanya dipengaruhi oleh
faktor ekonomi saja tetapi juga oleh faktor non
ekonomi spt misalnya faktor agama, ras dan politik.

Untuk faktor ekonomi biasanya


migrasi didasarkan pada perhitungan
pendapatan dan beaya. Harapan untuk
memperoleh pendapatan yg lebih
tinggi/standard hidup yg lebih baik
merupakan tujuan utamanya.
Secara demografis, efek yg nampak dari
migrasi adalah apa yg disebut “brain drain”,
human capital tdk bisa dipisahkan dari
orangnya yang pindah. Tentu saja negara yg
ditinggalkan akan rugi, sebaliknya yang
kedatangan akan merasa diuntungkan.
Tentu saja dalam kenyataannya msih
banyak faktor yang mempengaruhi
perpindahan faktor produksi antar negara,
misal perbedaan dalam teknis produksi, pola
permintaan dan kenyataannya tenaga kerja
tidak sepenuhnya mudah pindah.
B. Modal.
Seperti halnya tenaga kerja, modal
merupakan sumber pertumbuhan ekonomi suatu
negara, baik modal yang berasal dari dalam
maupun luar negeri.
Namun bedanya, modal relatif mudah pindah
dari suatu negara ke negara lain dengan tujuan
memperoleh pendapatan. Tentu saja
perpindahan ini harus didukung adanya
kebijakan pemerintah yang tdk melarang arus
modal masuk dan keluar.
Modal asing sangat perlu manakala negara
belum bisa membuat barang modal sendiri.
Meskipun barang modal itu harus diimpor,
tdk berarti hanya bisa dibeayai dng pinjaman
luar negeri saja, tapi juga dpt dibeayai dari
sumber dalam negeri yg diarahkan untuk
produksi ekspor yg dng devisa yg diperoleh
dpt dipakai untuk membeayai impor barang
modal.
Perpindahan Modal Antar Dua Negara.
Implikasi ekonomi transfer modal antar dua negara
yakni negara I (maju) dan II (negara berkembang)
sbgmana penjelasan dalam gambar berikut.
Modal keseluruhan yg dimiliki oleh kedua negara adalah
OO’ dimana negara I (maju) memiliki sebanyak OC dan negara
II (berkembang) sebanyak O’C. Kurva nilai produk marginal
masing2 adalah MVP1 dan MVP II. Dalam keadaan
persaingan, pendapatan faktor produksi (return) akan sama
dng nilai produk marginal.

Sebelum adanya
transfer modal,
negara I akan
menanamkan modal
seluruhnya (OC) di
dalam negeri dng
pendapatan sebesar
OK.
Output total OXGC dimana OKGC diterima oleh pemilik modal
dan KXG untuk faktor produksi lainnya (tanah dan tenaga kerja).
Sama halnya di negara II, semua modalnya (O’C) ditanam di
dalam negeri dng pendapatan sebesar O’J, output total O’YIC
dimana O’JIC diterima oleh pemilik modal dan sisanya JYI
diterima oleh pemilik faktor produksi lainnya.

Dengan adanya
transfer modal dari
negara I ke negara II,
maka negara I akan
menanamkan sebanyak
OD didalam negeri dan
DC ditransfer ke negara
II dng pendapatan
sebesar OE.
Output total negara I sebesar OXFD masih harus ditambah dng
yg diperoleh dari negara II sebesar DFHC sehingga diperoleh
pendapatan nasional sebesar OXFHC. Dng transfer modal ini,
pendapatan negara I naik sebesar FHG (yakni OXFHC – OXGC),
sehingga negara pemberi pinjaman (negara I) memperoleh
keuntungan. Pendapatan untuk faktor produksi non modal turun
dari KXG menjadi EXF dan pendapatan modal naik dari OKGC
menjadi OEHC.

Untuk negara
penerima pinjaman
(negara II), masuknya
modal sebesar CD
menyebabkan
pendapatan turun dari
O’J menjadi O’L.
Output naik dari O’YIC menjadi O’YFD atau sejumlah CIFD
(yakni O’YFD – O’YIC). Dari kenaikan ini, sejumlah CGFD
dibayarkan kpd pemilik modal/negara I sehingga keuntungan
yg berupa kenaikan pendapatan negara II adalah HIF (yakni
CIFD – CHFD). Pendapatan untuk pemilik modal dalam negeri
turun dari O’JIC menjadi O’LHC, sedang pendapatan pemilik
faktor produksi non modal naik dari JYI menjadi LYF. s
Secara keseluruhan (negara I dan II), produksi total
mengalami kenaikan dari OXGC+O’YIC menjadi OXFD + O’YFD
atau sejumlah FHG+HIF (daerah berarsir). Makin lambat
turunnya Nilai Produk Marjinal, maka akan makin besar
keuntungan yg diterima melalui pinjaman luar negeri.
C. Kesimpulan.
Ekonomi dunia akan memperoleh
keuntungan dengan adanya transfer faktor
produksi (tenaga kerja dan modal), yg ini
mirip dng keuntungan yg timbul karena
perdagangan internasional (barang) spt yg
dikemukakan oleh teori Klasik. Satu negara
yang tdk memiliki faktor produksi tenaga kerja
dalam jumlah banyak dpt mendatangkan
tenaga kerja dari negara lain atau mengimpor
barang modal yang padat tenaga kerja.
Sebaliknya negara yang banyak memiliki modal dapat
mengekspor barang yang padat modal atau menstranfer
modal untuk memperoleh pendapatan diluar negeri.

Output dunia akan naik dengan adanya realokasi


faktor produksi dari negara yg nilai produk
marginalnya rendah ke negara yg nilai produk
marginalnya tinggi, apakah melalui perdagangan
barang atau transfer faktor produksi. Seperti pada
perdagangan barang, perpindahan faktor produksi
dapat mempengaruhi distribusi pendapatan antar
negara dan harga faktor produksi cenderung sama di
berbagai negara.
B A B VIII
LIBERALISASI PERDAGANGAN DALAM PRAKTEK

Depresi dunia th 1930 menyebabkan banyak


negara melakukan tindakan proteksi. Setiap negara
berjuang mengurangi pengaruh jelek
perkembangan ekonomi dunia dengan mengurangi
ketergantungan dari luar negeri melalui tindakan
yang bersifat protektip.

Amerika Serikat adalah negara yang paling berpengaruh


pada waktu itu, melalui Smoot-Howley Tarif mengenakan
tarif terhadap ekspornya (sebanyak kurang lebih 25.000
jenis barang). Tindakan ini tentu saja diikuti oleh negara
lain sehingga perdagangan dunia menjadi tidak bebas.
Selang beberapa tahun kemudian AS
memulai dengan Reciprocal Agreement
Act yang membolehkan Presiden
mengadakan perundingan tentang
penurunan tarif.
Dan setelah berakhirnya Perang
Dunia II, usaha kearah liberalisasi
perdagangan makin mendapakan
dorongan dan dukungan dunia.
Havana Charter (tahun 1948)
bermaksud membentuk International
Trade Organization (ITO) yang bertujuan
mengurangi hambatan dalam
perdagangan serta mendorong
pertumbuhan ekonomi.
Namun usaha ini mendapat banyak
tantangan politik sehingga AS
menolaknya.
Kegagalan ITO, maka dibentuk GATT
(General Agreement on Tarrifs and Trade)
yang menjadi badan penyangga yang penting
sebagai badan dunia untuk membangun
kembali sesudah PD II. Dua badan lainnya
adalah IMF dan IBRD (world bank).
GATT adalah suatu persetujuan
multilateral yang menentukan peraturan-
peraturan bagi pelaksanaan perdagangan
internasional. s
Tujuannya (GATT) untuk
menciptakan suatu perdagangan
internasional yang terbuka, bebas dan
kompetitip.
Jumlah anggota sampai dengan
tahun 1988 ada 94 contracting parties,
yakni peserta penandatanganan penuh
dan 30 anggota luar biasa yg
menerapkan peraturan-peraturan GATT
dalam perdagangan mereka.
Prinsip dasar utama GATT adalah Most
Favoured Nation (MFN) yakni mengharuskan
setiap contracting parties memberikan
perlakuan yang sama dalam kebijakan
perdagangan internasional kpd negara
penandatanganan yang lain. Kelonggaran
yang diberikan kpd negara lain atas dasar
perjanjian bilateral haruslah diberikan pula
kepada semua anggota yang lain tanpa
perjanjian terlebih dahulu.
Disamping itu, GATT sejauh mungkin
menggunakan tarif sebagai hambatan
perdagangan dan bukan non tarif. Bila
terjadi perselisihan, agar diselesaikan
melalui proses konsultasi/ konsiliasi.
Dengan demikian GATT disamping
merupakan kumpulan peraturan juga
merupakan forum konsiliasi/ penyelesaian
perselisihan perdagangan.
Hingga tahun 1989, telah terselenggara bbrp
kali putaran perundingan/round GATT
diantaranya di :
- Jenewa/Dillond Round,
- Jenewa/Kennedy Round,
- Tokyo/Tokyo Round,
- Uruguay/Uruguay Round.
Uruguay Round sbg putaran GATT yg
diselenggarakan pd bulan Sept 1986 di Kota
Punta del Este menghasilkan deklarasi yg
meliputi 2 bagian.
Pertama, deklarasi yang menyangkut
barang yang dijamin tidak akan ada
tindakan proteksionis.
Kedua, deklarasi yang menyangkut
perdagangan jasa (trade in service).

Perundingan ini diawasi oleh Trade


Negotiations Commitee/TNC yang
dibawah TNC ini terdpt 2 commitee yakni :
- Group of Negotiation on Goods/GNG, dan
- Group of Negotiation on Service/GNS.

Anda mungkin juga menyukai