Alasan integrasi ekonomi didasarkan pada teori perdagangan bebas tanpa hambatan baik
berupa tarif maupun non tariff yang bertujuan meningkatkan volume perdagangan,
peningkatan efisiensi produksi, peningkatan pertumbuhan ekonomi memiliki prinsip dan
mekanisme yang sama dengan perdagangan bebas atas dasar suatu kesepakatan diantara
anggota yang melakukan perjanjian diantara Negara-negara yang berbada dalam satu
kawasan maupun atas kepentingan tertentu.
Secara teoritis integrasi ekonomi mengacu pada suatu kebijakan komersial atau
kebijakanperdagangan yang secara diskriminatif menurunkan atau menghapuskan
hambatan-hambatan perdagangan hanya diantara Negara-negara anggota yang sepakat
untuk membentuk suatu ntegrasi ekonomi. Semua untuk hambatan perdagangan baik
tariff maupun non tarif sengaja diturunkan atau bahkan dihapuskan, sedangkan Negara-
negara yang bukan anggota masih berhak untuk menerapkan kebijakan secara sendiri,
baik mereka menerapkan tariff maupun non-tarif. Dalam integrasi ekonomi terjadi
perlakuan diskriminatif antara Negara-negara anggota dengan Negara-negara diluar
anggota integrasi ekonomi dalam melakukan perdagangan, sehingga akan memberikan
dampak kreasi dan dampak diversi bagi Negara-negara anggota. Krugman (1991)
memperkenalkan suatu anggapan bahwa blok perdagangan yang secara alami didasarkan
pada pendekatan geografis dapat memberikan efisiensi dan meningkatkan kesejahteraan
anggotanya.
Menurut Suprima (2010), definisi integrasi ekonomi secara umum adalah pencabutan
(penghapusan hambatan-hambatan ekonomi diantara dua atau lebih perekonomian
(Negara). Secara operasional integrasi ekonomi didefinisikan sebagai pencabutan
(penghapusan) diskriminasi dan penyatuan politik (kebijaksanaan) seperti norma,
peraturan, prosedur, instrumennya meliputi bea masuk, pajak, mata uang, undang-undang,
lembaga, standardisasi, dan kebijakan ekonomi.
Integrasi ekonomi secara teoretis menurut Salvatore (1997 : 383) terdiri dari beberapa
bentuk :
Perjanjian perdagangan preferensial (PTAs) adalah keepakatan diantara dua Negara atau
lebih yang mana tarif yang dikenakan pada barang yang diperdagangkan bagi Negara
anggota lebih rendah dibanding dengan tariff yang diperdagangkan dengan Negara diluar
anggota. PTAs dapat diartikan secara luas meliputi Regional trading Arrangements
(RTAs) yang merupakan kesepakatan yang dibentuk dalam satu kawasan, kesepakatan
perdagangan antar Negara berkembang, kesepakatan perdagangan antar kawasan yang
bertujuan untuk memperlancar arus barang dan jasa. Bentuk kesepakatan perdagangan
yang telah dibentuk yang telah mengarah pada perdagangan bebas seperti World Trade
Organization (WTO), Associaton of Southeast Asean Nation (ASEAN) and South Asian
Association for Regional Coorperation (SAARC), ASEAN Free Trade Area (AFTA), dan
SAARC (Preferential Trading Agrement (SAPTA).
Yj
𝛽𝑧𝑗 = N
∑j=1 Yz
Adalah bobot relatif dari ekonomi 𝑗 dalam dunia dimana ekonomi 𝑧 tidak
dipertimbangkan. Perlu dicatat
bahwa ∑𝑁
𝑗=1 𝛽𝑧𝑗 = 1 dan 𝑏𝑧𝑗 adalah derajat keterbukaan antara ekonomi 𝑧 dan 𝑗
∑𝑁
𝑗=1 𝛼𝑧𝑗 𝛽𝑧𝑗
𝐷𝐶𝐶𝑧 =
√∑𝑁 2 𝑁
𝑗=1(𝛼𝑧 ) √∑𝑗=1(𝛽𝑧 )
2
Ide penyatuan ekonomi kawasan dimunculkan oleh Mundell (1961). Mundell (1961)
dalam Kaboub (2006) berpendapat bahwa beberapa kawasan dapat bergabung menjadi
satu dan mengadopsi satu mata uang yang sama (single currency. Mundell mengusulkan
suatu system dimana mata uang tidak digambarkan oleh karakter suatu Negara, tetapi
oleh suatu area dimana mobilitas faktor-faktor produksi memiliki derajat mobilitas yang
tinggi. Keuntungan dari mata uang ini adalah harga yang lebih transparan. Meskipun
demikian, semenjak awal Mundell menyadari bahwa teorinya secara politis tidak
mungkin karena kedaulatan suatu Negara tidak akan pernah meninggalkan mata uang
nasional mereka untuk suatu mata uang tunggal.
Secara teoritis, Salvatore (1997:383) dan Grifin dan Pustay (2002) mendefinisikan
Kawasan Perdagangan Bebas (Free Trade Area), yaitu dimana semua hambatan
perdagangan tarif maupun non tarif diantara Negara-negara anggota dihilangkan
sepenuhnya, namun masing-masing Negara anggota tersebut masih berhak menentukan
sendiri apakah mempertahankan atau menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan
yang di terapkan terhadap Negara-negara diluar anggota.
Namun apabila dinegara – Negara anggota FTA tidak terjadi hubungan dagang yang
insentif didalam kawasan tersebut tetapi lebih banyak berdagang dengan Negara diluar
kawasan FTA, akan terjadi penurunan voume perdagangan sehingga akan menurunkan
kesejahteraan masyarakat Negara anggota dalam kawasan FTA. Singkatnya bahwa
kawasan perdagangan bebas dapat menimbulkan dampak kreasi dan difersi perdagangan.
Secara umum, indicator yang digunakan untuk mengetahui integrasi ekonomi ada 2 cara,
yaitu dengan menggunakan :
Pada tahun 1960, sebuah kawasan perdagangan bebas yang dikenal sebagai Asosiasi
Perdagangan Bebas Eropa (EFTA, European Free Trade Association), dibentuk oleh
tujuh Negara yang pada saat itu belum satu pun yang bergabung kedalam Uni Eropa
yakni Inggris, Austria, Denmark, Norwegia, Portugal, Swedia, dan Swiss. Pada tahun
1961, Finlandia ikut bergabung meskipun terbatas sebagai anggota asosiasi. Selanjutnya
di tahun 1967, EFTA telah mewujudkan perdagangan bebas (menghapuskan semua tarif
di antara Negara anggota) untuk produk-produk industri, namun sampai sejauh ini EFTA
belum mencapai kemajuan yang cukup berarti dalam penghapusan hambatan-hambatan
perdagangan untuk produk pertanian.
Pada tahun 1973, Inggris dan Denmark melepaskan keanggotaannya dalam EFTA, dan
selanjutnya bersama Irlandia kedua Negara itu bergabung di dalam Uni Eropa. Tindakan
yang sama juga dilakukan oleh Portugal pada tahun 1986. Sementara itu Islandia justru
bergabunng kedalam EFTA pada tahun 1970, dan Finlandia mengubah statusnya dari
Negara asosiasi menjadi anggota penuh pada tahun 1982, disusul oleh Lichtenstein, yang
merupakan bagian dari wilayah pabean Swiss, pada tahun 1991. Jadi, jumlah anggota
EFTA tetap adalah 7 negara, dan kini bermarkas di Janewa. Perkembangan penting
terjadi pada tanggal 1 Januari 1994, ketika EFTA bergabung dengan Uni Eropa untuk
membentuk Kawasan Ekonomi Eropa (EEA, European Economic Area). Dengan
terbentuknya EEA, maka terciptalah sebuah perekonomian gabungan yang lebih besar
lagi di Eropa. Potensi pasarnya pun lebih besar, karena wilayah EEA dihuni oleh 370juta
manusia. Austria, Finlandia, Norwegia dan Swedia bahkan diperkirakan akan melepaskan
keanggotaannya dalam EFTA dan bergabung sebagai anggota penuh Uni Eropa pada
tahun 1995.
Namun dalam praktiknya, sebagian besar lembaga yang telah disebutkan diatas
lebih banyak mengakibatkan diversi perdagangan ketimbang kreasi perdagangan
sehingga pada akhirnya justru menjadi penghambat bagi berlangsungnya pembangunan
dan industrialisasi di Negara yang bersangkutan. Nampaknya, hambatan terbesar bagi
berlangsungnya integrasi ekonomi diantara Negara-negara berkembang tersebut adalah
tidak meratanya distribusi keuntungan yang dihasilkan oleh pembentukan asosiasi
perdagangan regional itu sendiri di kalangan para anggotanya. Berdaasarkan pengamatan
terhadap kenyataan yang ada, sebagian besar keuntungan yang bersumber dari
pembentukan integrasi ekonomi itu mengalir hanya ke segelintir negra yang relative
dominan. Hal ini mendorong Negara-negara relative kecil yang merasa dirugikan untuk
menarik diri sehingga integrasi ekonomi itu pun mengalami kegagalan, bahkan bubar.
Sumber kegagalan lainnya adalah kuatnya ego dari masing-masing Negara
berkembang. Namun hal tersebut merupakan suatu hal yang mudah dipahami mengingat
sebagian besar Negara berkembang itu baru saja memperoleh kedaulatan dan
kemerdekaannya. Mereka enggan mendudukan kebijakan nasionalnya dibawah kebijakan
supranasionalnya dalam kerangka organisasi regional, sehingga usaha-usaha integrasi
ekonomi yang benar-benaar nyata sangat sulit dilakukan. Serta terbatasnya sarana
transportasi dan komunikasi diantara mereka. Disamping itu, satu sama lain saling
berjauhan secara geografis dan pada dasarnya perekonomian mereka bersifat
komplementer satu sama lain (bukannya kompetitif)
Perkembangan ASEAN memasuki babak baru dengan diapdosinya Visi ASEAN 2020 di
Kuala Lumpur tahun 1997 yang mencita-citakan ASEAN sebagai Komunitas Negara-
negara Asia Tenggara yang terbuka, damai, stabil, sejahtera, saling peduli, diikat bersama
dalam kemitraan yang dinamis di tahun 2020. Selanjutnya ASEAN juga mengadopsi Bali
Concord II pada KTT ke-9 ASEAN di Bali tahun 2003 yang menyetujui pembentukan
Komunitas ASEAN. Pembentukan Komunitas ASEAN ini merupakan bagian dari upaya
ASEAN untuk lebih mempererat ointegrasi ASEAN.
Pencapaian Komunitas ASEAN semakin kuat dengan ditandatanganinya “Cebu
Declaration on the Estabilishment of an ASEAN Community by 2015” oleh para
pemimpin ASEAN pada KTT ke-12 ASEAN di Cebu Filipina, 13 Januari 2007. Dengan
ditandatanganinya deklarasi ini, para pemimpin ASEAN menyepakati percepatan
pembentukan Komunitas ASEAN dari tahun 2020 menjadi 2015.
Komitmen tersebut khususnya di bidang ekonomi, dilanjutkan dengan
penandatanganan ASEAN Charter beserta cetak biru AEC 2015 pada KTT ASEAN ke-13
di Singapura, pada tanggal 20 November 2007, merupakan babak baru kerja sama
ASEAN di bidang ekonomi di usianya yang ke 40 tahun. Secara umum AEC memiliki 12
sektor prioritas, yakni produk-produk berbasis pertanian, otomotif, elektronik, perikanan,
produk berbasis karet, tekstil, dan pakaian, produk berbasis kayu, perjalanan udara, e-
ASEAN, kesehatan, pariwisata, dan logistik.
AEC merupakan salah satu dari tiga pilar utama dalam ASEAN Community
2015, yang ingin membentuk integrasi ekonomi di kawasan ASEAN. AEC memiliki lima
pilar utama, yakni: aliran bebas barang, aliran bebas jasa, aliran bebas investasi, aliran
bebas tenaga kerja terampil, dan aliran bebas modal.
OPEN REGIONALISM
Salah satu bentuk yang bisa di gunakan adalah peraturan “FTA-Plus” yang
meliputi beberapa unsure pasar umum, misalnya aliran bebas modal dan aliran
bebas tenaga kerja. Bentuk lain adalah pengaturan “common market minus” yang
bertujuan untuk menciptakan pasar yang terintegrasi secara penuh tetapi memiliki
area di mana anggota ASEAN akan terintegrasi lebih dalam untuk tahap
selanjutnya. Yang jelas adalah kenyataan bahwa tidak seperti integrasi ekonomi
Eropa yang tampak sebagai pendekatan inward-looking dalam rehionalisme,
integrasi ekonomi ASEAN telah terarah pada open regionalism (regionalism
terbuka) mengingat bahwa betapa pentingnya menjalin mitra ekonomi diluar
kawasan. Hal ini terbukti dengan terbentuknya proliferasi FTA di kawasan,
terutama dengan China, Jepang dan Republik Korea, yang secara kolektif disebut
ASEAN +3.
ASEAN juga dibayangi oleh China dan India dari segi produk domestic bruto
dan jumlah penduduk. Ukuran sebenarnya tidak menjadi masalah, karena Negara-
negara ASEAN secara kolektif lebih kuat dan lebih tangguh daripada mereka
secara individual, namun terdapat batasan dalam kekuatan ekonomi yang dimiliki
ASEAN. Oleh sebab itu ASEAN tidak bisa bersikap autarki atau eksklusif.
ASEAN perlu menjaga batas luar regionalnya. Hubungan eksternal ASEAN jauh
lebih kuat disbanding hubungan internal, seperti yang di manifestasikan dalam
perdagangan dan jaringan investasi. Arus masuk FDI ekstra-regional ke ASEAN
jauh lebih penting bagi Negara-negara anggotanya dari daerah aliran FDI-intra.
ASEAN diharapkan menjadi puncak arsitektur regional, sebuah pasar tunggal
tanpa batas, memastikan alokasi sumber daya yang efisien ASEAN dengan
spesialisasi intra-ASEAN dan pembagian kerja. Untuk koordinasi kebijakan
makro ekonomi, moneter dan kerja sama keuangan yang efektif dan berarti,
ASEAN perlu bekerja sama dengan China, Jepang dan Korea dibawah payung
ASEAN Plus Three (APT). APT berevolusi untuk memasukkan Taiwan dan
Korea Utara. Sedangkan India sudah menjadi anggota EAS dan sangat mungkin
bahwa APEC juga dapat diperluas untuk mencakup India.
India merupakan mitra dagang ketujuh terbesar bagi ASEAN. Dari sisi
investasi, FDI dari India ke ASEAN pada tahun 2007 mencatan nilai USD 641
juta, tertinggi sejak tahun 2000. Perdagangan ASEAN-India cenderung
meningkat. Dari tahun 2005-2007, perdagangan ASEAN-India meningkat sebesar
28% per tahun. Ekspor ASEAN ke India antara 2005-2007 meningkat sebesar
31%, peningkatan terbesar yang dialami ASEAN dengan mitr dagangnya. Para
Kepala Negara/Pemerintah ASEAN dan India telah menandatangani Framework
Agreement on Comprehensive Economic Coorperation between ASEAN and
India pada bulan Oktober 2003.
Setelah dihentikan 2 kali, perundingan perdagangan barang telah dapat
diselesaikan pada bulan Agustus 2008. Persetujuan Perdagangan Barang AIFTA
ditandatangani pada pertemuan ke-41 Tingkat Menteri Ekonomi ASEAN pada 13
Agustus 2009 di Bangkok. Perundingan perdagangan jasa dan investasi dimulai
kembali pada bulan Oktober 2009 dan ditargetkan untuk dituntaskan pada akhir
tahun 2010 sebagai Single Undertaking.