Anda di halaman 1dari 21

Teori integrasi ekonomi

Alasan integrasi ekonomi didasarkan pada teori perdagangan bebas tanpa hambatan baik
berupa tarif maupun non tariff yang bertujuan meningkatkan volume perdagangan,
peningkatan efisiensi produksi, peningkatan pertumbuhan ekonomi memiliki prinsip dan
mekanisme yang sama dengan perdagangan bebas atas dasar suatu kesepakatan diantara
anggota yang melakukan perjanjian diantara Negara-negara yang berbada dalam satu
kawasan maupun atas kepentingan tertentu.

Secara teoritis integrasi ekonomi mengacu pada suatu kebijakan komersial atau
kebijakanperdagangan yang secara diskriminatif menurunkan atau menghapuskan
hambatan-hambatan perdagangan hanya diantara Negara-negara anggota yang sepakat
untuk membentuk suatu ntegrasi ekonomi. Semua untuk hambatan perdagangan baik
tariff maupun non tarif sengaja diturunkan atau bahkan dihapuskan, sedangkan Negara-
negara yang bukan anggota masih berhak untuk menerapkan kebijakan secara sendiri,
baik mereka menerapkan tariff maupun non-tarif. Dalam integrasi ekonomi terjadi
perlakuan diskriminatif antara Negara-negara anggota dengan Negara-negara diluar
anggota integrasi ekonomi dalam melakukan perdagangan, sehingga akan memberikan
dampak kreasi dan dampak diversi bagi Negara-negara anggota. Krugman (1991)
memperkenalkan suatu anggapan bahwa blok perdagangan yang secara alami didasarkan
pada pendekatan geografis dapat memberikan efisiensi dan meningkatkan kesejahteraan
anggotanya.

Menurut Suprima (2010), definisi integrasi ekonomi secara umum adalah pencabutan
(penghapusan hambatan-hambatan ekonomi diantara dua atau lebih perekonomian
(Negara). Secara operasional integrasi ekonomi didefinisikan sebagai pencabutan
(penghapusan) diskriminasi dan penyatuan politik (kebijaksanaan) seperti norma,
peraturan, prosedur, instrumennya meliputi bea masuk, pajak, mata uang, undang-undang,
lembaga, standardisasi, dan kebijakan ekonomi.

Integrasi ekonomi secara teoretis menurut Salvatore (1997 : 383) terdiri dari beberapa
bentuk :

1. Pengaturan perdagangan preferensial (Preferential Trade Arrangements)


dibentuk oleh Negara-negara yang sepakat menurunkan hambatan-hambatan
perdagangan yang berlangsung diantara mereka yang membedakannya dengan
Negara-negara yang bukan anggota.
2. Kawasan perdagangan bebas (Free Trade Area) dimana semua hambatan
perdagangan tarif maupun non-tarif diantara Negara-negara anggota dihilangkan
sepenuhnya, namun masing-masing Negara anggota tersebut masih berhak
menentukan sendiri apakah mempertahankan atau menghilangkan hambatan-
hambatan perdagangan yang diterapkan terhadap Negara-negara diluar anggota.
3. Persekutuan pabean (customs union) mewajibkan semua Negara anggota untuk
tidak hanya menghilangkan semua bentuk hambatan perdagangan diantara
mereka, namun juga menyeragamkan kebijakan perdagangan mereka terhadap
Negara luar yang bukan Negara anggota.
4. Pasaran bersama (Common market) yaitu suatu bentuk integrasi dimana bukan
hanya perdagangan barang saja yang dibebaskan, namun arus faktor produksi
seperti tenaga kerja dan modal juga dibebaskan dari semua hambatan.
5. Uni ekonomi (economic union) yaitu dengan menyeragamkan kebijakan-
kebijakan moneter dan fiskal dari masing-masing negara anggota yang berada
dalam suatu kawasan atau bagi Negara-negara yang melakukan kesepakatan.

Perjanjian perdagangan preferensial (PTAs) adalah keepakatan diantara dua Negara atau
lebih yang mana tarif yang dikenakan pada barang yang diperdagangkan bagi Negara
anggota lebih rendah dibanding dengan tariff yang diperdagangkan dengan Negara diluar
anggota. PTAs dapat diartikan secara luas meliputi Regional trading Arrangements
(RTAs) yang merupakan kesepakatan yang dibentuk dalam satu kawasan, kesepakatan
perdagangan antar Negara berkembang, kesepakatan perdagangan antar kawasan yang
bertujuan untuk memperlancar arus barang dan jasa. Bentuk kesepakatan perdagangan
yang telah dibentuk yang telah mengarah pada perdagangan bebas seperti World Trade
Organization (WTO), Associaton of Southeast Asean Nation (ASEAN) and South Asian
Association for Regional Coorperation (SAARC), ASEAN Free Trade Area (AFTA), dan
SAARC (Preferential Trading Agrement (SAPTA).

Tahapan integrasi ekonomi menurut intensitas integrasi (Suprima, 2010):

1. Free Trade Area (FTA)


Dua Negara atau lebih dikatakan membentuk FTA apabila mereka sepakat untuk
menghilangkan semua kewajiban impor atau hambatan-hambatan perdagangan,
baik dalam bentuk tarif maupun non-tarif terhadap semua barang yang
diperdagangkan di antara mereka, sedangkan terhadap Negara-negara lain yang
bukan merupakan anggota masih tetap diperlukan menurut ketentuan di masing-
masing negara. Setiap Negara anggota bebas menentukan tarifnya terhadap arus
perdagangan internasional dari Negara-negara bukan anggota.
2. Customs Union (CU)
Dua Negara atau lebih dikatakan membentuk CU apabila mereka sepakat untuk
menghilangkan kewajiban impor atau hambatan-hambatan perdagangan
dalambentuk tariff maupun non-tarif terhadap semua barang atau jasa yang
diperdagangkan diantara sesama mereka; sedangkan terhadap Negara-negara lain
yang bukan anggota juga akan diperlakukan penyeragaman ketentuan.
3. Common Market (CM)
Dua Negara atu lebih akan dikatakan CM jika terpenuhi kondisi CU plus
mengizinkan adanya perpindahan yang bebas seluruh faktor produksi di antara
sesama Negara anggota
4. Economic Union
Dua Negara atau lebih dikatakan membentuk EU jika terpenuhi kondisi CM plus
adanya harmonisasi dalam kebijakan-kebijakan makroekonomi nasional diantara
sesame Negara anggota. Dengan begitu dapat dihindari adanya kebijakan-
kebijakan yang saling bertentangan dan kontroversional satu sama lain
5. Total Economic Integration (TEI)
Terwujud apabila telah terjadi penyatuan kebijakan makro ekonomi maupun
social dan memfungsikan suatu badan atau lembaga yang bersifat “supra natural”
dengan kewenangan yang cukup luas dan sangat mengikat semua Negara
anggotanya.

Pembentukan integrasi ekonomi akan menciptakan dampak meningkanya


kesejahteraan Negara-negara anggota keseluruhan karena akan mengarah pada
peningkatan spesialisasi produksi, yang didasarkan pada keuntungan komparatif.
Perdagangan adalah salah satu jaringan utama untuk perwujudan keuntungan dari
integrasi di satu sisi dan biaya-biaya disintegrasi pada sisi lain. Integrasi
ekonomi, dalam wujud kawasan perdagangan bebas, custom union yang
menurunkan atau menghapuskan hambatan perdagangan seperti tariff dan non-
tarif, biaya-biaya transaksi dan ketidakpastian nilai tukar. Disintegrasi, pada sisi
lain, membawa pembatasan nasional baru, dan menciptakan hambatan
perdagangan.

UKURAN DERAJAT INTEGRASI


Beberapa literature, di antaranya Arribas (2006), menjelaskan bahwa integrasi
ekonomi dapat diukur melalui beberapa metode, di antaranya mengukur tingkat
keterbukaan (openness) yang dijelaskan sebagai berikut.
Derajat keterbukaan (degree of openness). Jika 𝑋𝑧𝑗 adalah aliran ekonomi antara
ekonomi z ke j, maka
𝑋𝑧𝑗
𝐷(𝑋)𝑧𝑗 =
𝑌̂𝑧
Adalah aliran relatif derajat keterbukaan antara ekonomi 𝑧 dan j. 𝑌̂𝑧 adalah
sebagai aliran dari ekonomi 𝑧 ke dunia, secara formal dinyatakan dalam
hubungan 𝑌̂𝑧 = 𝑌𝑧 − 𝑟𝑌𝑧 . Derajat keterbukaan pada ekonomi 𝑧 (yaitu 𝐷𝑂𝑧 )
dinyatakan sebagai
𝑁
∑𝑁
𝑗=1 𝑋𝑧𝑗
DO𝑧 = ∑ DO𝑧𝑗 =
𝑌̂𝑧
𝑗=1

Derajat keterbukaan bernilai 0 sampai 1. Perbedaan DO diantara Negara-negara


dapat disebabkan oleh rintangan yang menghambat integrasi (biaya transportasi
faktor politik, dll), salah satunya adalah skala ekonomi.
Degree of balance connection. Dalam jaringan ekonomi (economic network),
aliran relative ekonomi dari 𝑧 ke ekonomi 𝑗 dalam bentuk total aliran ekonomi 𝑧
dihitung menggunakan rumus:
𝑋𝑧𝑗
𝑎𝑧𝑗 = 𝑁
∑𝑗=1 𝑋𝑧𝑗

Kita perhatikan bahwa jaringan ekonomi secara sempurna terhubungkan jika


aliran antara dua ekonomi proporsional dengan bobot relatifnya. Ekonomii dunia
terhubungkan secara sempurna jika aliran ekonomi 𝑧 ke ekonomi 𝑗 sama dengan
𝑏𝑧𝑗 𝑌𝑧 dimana

Yj
𝛽𝑧𝑗 = N
∑j=1 Yz
Adalah bobot relatif dari ekonomi 𝑗 dalam dunia dimana ekonomi 𝑧 tidak
dipertimbangkan. Perlu dicatat

bahwa ∑𝑁
𝑗=1 𝛽𝑧𝑗 = 1 dan 𝑏𝑧𝑗 adalah derajat keterbukaan antara ekonomi 𝑧 dan 𝑗

dalam dunia yang terhubungan dengan sempurna (perfectly connected world).

Degree of total connection diberikan melalui persamaan:

∑𝑁
𝑗=1 𝛼𝑧𝑗 𝛽𝑧𝑗
𝐷𝐶𝐶𝑧 =
√∑𝑁 2 𝑁
𝑗=1(𝛼𝑧 ) √∑𝑗=1(𝛽𝑧 )
2

Nilai 𝐷𝐶𝐶𝑧 akan mendekati 1 jika ekonomi 𝑧 terhubungkan semakin sempurna.


Akhirnya, disapatkan derajat integrasi (DI) dinyatakan sebagai

DI𝑧 = √min(DO𝑧 , 1⁄DO ) . DCC𝑧


𝑧

TEORI FREE TRADE AREA

Ide penyatuan ekonomi kawasan dimunculkan oleh Mundell (1961). Mundell (1961)
dalam Kaboub (2006) berpendapat bahwa beberapa kawasan dapat bergabung menjadi
satu dan mengadopsi satu mata uang yang sama (single currency. Mundell mengusulkan
suatu system dimana mata uang tidak digambarkan oleh karakter suatu Negara, tetapi
oleh suatu area dimana mobilitas faktor-faktor produksi memiliki derajat mobilitas yang
tinggi. Keuntungan dari mata uang ini adalah harga yang lebih transparan. Meskipun
demikian, semenjak awal Mundell menyadari bahwa teorinya secara politis tidak
mungkin karena kedaulatan suatu Negara tidak akan pernah meninggalkan mata uang
nasional mereka untuk suatu mata uang tunggal.

Dalam kawasan perdagangan bebas terjadi perlakuan diskriminatif antara negara-negara


anggota dengan Negara-negara diluar anggota blok perdagangan dalam melakukan
perdagangan, sehingga akan memberikan dampak kreasi dan dampak difersi bagi Negara-
negara anggota. Krugman (1991) memperkenalkan suatu anggapan bahwa blok
perdagangan yang secara alami didasarkan pada pendekatan geografis dapat memberikan
efisiensi dan meningkatkan kesejahteraan bagi anggotanya.
Perkembangan terbaru tentang blok-blok perdagangan regional adalah dengan banyaknya
perjanjian kesepakatan baru yang di tandatangani sejak tahun 1990 tentang kesepakatan
perdagangan preferensial (Preferential Trade Arrangement /PTA). PTA adalah suatu
persetujuan diantara dua Negara atau lebih dimana tariff yang berlaku diantara mereka
adalah lebih rendah dari produk yang diperdagangkan dengan Negara luar.

Secara teoritis, Salvatore (1997:383) dan Grifin dan Pustay (2002) mendefinisikan
Kawasan Perdagangan Bebas (Free Trade Area), yaitu dimana semua hambatan
perdagangan tarif maupun non tarif diantara Negara-negara anggota dihilangkan
sepenuhnya, namun masing-masing Negara anggota tersebut masih berhak menentukan
sendiri apakah mempertahankan atau menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan
yang di terapkan terhadap Negara-negara diluar anggota.

Namun apabila dinegara – Negara anggota FTA tidak terjadi hubungan dagang yang
insentif didalam kawasan tersebut tetapi lebih banyak berdagang dengan Negara diluar
kawasan FTA, akan terjadi penurunan voume perdagangan sehingga akan menurunkan
kesejahteraan masyarakat Negara anggota dalam kawasan FTA. Singkatnya bahwa
kawasan perdagangan bebas dapat menimbulkan dampak kreasi dan difersi perdagangan.

Secara umum, indicator yang digunakan untuk mengetahui integrasi ekonomi ada 2 cara,
yaitu dengan menggunakan :

1. Pendekatan yang memfokuskan pada harga. Metode pengukuran integrasi


ekonomi berdasarkan harga lebih disukai oleh para cendekiawan untuk
mempertimbangkan suatu ukuran secara aksioma, yaitu pemenuhan dengan
hukum satu harga (law of one price / LOP) didalam pasar yang secara geografis
berbeda. Asumsi dari LOP memungkinkan kita untuk mengukur kemampuan dari
integrasi dengan cara menghapuskan perbedaan harga, komoditas dan modal
(asset) diwilayah yang berbeda pada pasar persaingan sempurna. Akan tetapi,
metode ini terkadang menyesatkan karena banyaknya jenis barang yang beredar
diantara satu wilayah dengan wilayah lainnya (heterogenous goods) yang
menimbulkan kesulitan dalam menentukan harga
2. Pendekatan yang memfokuskan pada kualitas.
Cara yang paling umum atau cara yang biasa digunakan untuk mengukur
integrasi ekonomi berdasarkan kuantitas adalah tingkat keterbukaan (degree of
openness). Metode ini menggunakan total perdagangan antara satu wilayah dan
wilayah lainnya sebagai indicator keterbukaan dan dibagi dengan GDP (gross
domestic product). Walaupun metode ini menyediakan pendekatan yang
sederhana, namun metode ini tidak lepas dari kekurangan. Pertama, metode ini
tidak memperdulikan adanya perbedaan ukuran ekonomi. Misalnya suatu daerah
yang luas pasti memiliki peranan sector ekonomi yang lebih besar terhadap PDB
(produk domestic bruto) daripada daerah yang memiliki wilayah yang kecil
dimana peranan sector-sektor ekonominya kecil terhadap PDB. Kedua, tingkat
keterbukaan menjadi lebih tepat keetika jumlah dan segi penting dari koneksi
perdagangan masing-masing Negara dan mempunyai aspek integrasi yang
relavan denngan dunia lainnya, karena indicator keterbukaan tidak
memperdulikan permasalahan ini.

Trade creation dan trade diversion


Asumsi klasik dalam teori custom union adalah wilayah perdagangan bebas (free
trade area) atau custom union akan mengurangi tarif sehingga Negara-negara
akan terdorong kearah perdagangan bebas, sehingga kerja sama ini akan
meningkatkan kemakmuran. Namun, hal ini bisa dikoreksi dengan menyatakan
bahwa pengurangan bahkan penghilangan tariff akan mendorong suatu Negara
kearah perdagangan bebas sehingga membuat perokonomian menjadi lebih baik.
Kreasi perdagangan (trade creation) terjadi apabila sebagian produksi domestic
disuatu Negara yang menjadi anggota perserikatan pabean atau dari Negara luar
yang bukan Negara anggota lainnya (dengan kata lain biaya semakin efisien)
dengan asumsi bahwa sumber daya ekonomi telah digunakan secara penuh (full
employment dan competitive advantage) sebelum dan sesudah pembentukan
custom union ini. Akibatnya, kemakmuran Negara meningkat dan mendorong
spesialisasi yang lebih luas dan mendalam. Analisis trade creation dapat
dilakukan secara matematis dengan asumsi dasar dari data sebagai berikut
Ilustrasi kreasi Perdagangan
Harga/Tarif Indonesia ($) Singapura ($) Eropa($)
Harga Computer 300 280 280
Tarif Bea Masuk 0 30 30
Harga Komputer sebelum 300 310 310
FTA
Harga computer setelah FTA 300 280 310

Sebelum FTA antara Indonesia dan Singapura terbentuk, tidak ada


perdagangan atau impor computer, baik dari Singapura maupun Indonesia, karena
dengan pengenaan tarif bea masuk sebesar $30, maka harga computer buatan
Indonesia akan selalu lebih murah daripada buatan Singapura atau Amerika
Serikat. Setelah FTA antara Indonesia dan Singapura terbentuk, impor computer
dari Singapura tidak lagi dikenakan tarif bea masuk sehingga tercipta
perdagangan (impor) computer dari singapura dengan harga yang lebih murah
($280). Timbulnya perdagangan dalam bentuk impor merupakan dampak trade
creation dari pembentukan FTA antara Indonesia dan Singapura.
Sedangkan trade diversion terjadi ketika impor berbiaya rendah dari
negara-negara diluar custom union digantikan oleh impor yang berbiaya lebih
tinggi dari Negara anggota union. Hal ini disebabkan oleh perlakuan preferential
trade yang diberikan pada Negara-negara anggota. Trade diversion ini sendiri
akan mengurangi kemakmuran karena produksi akan bergeser dari produsen yang
lebih efisien diluar union ke produsen yang kurang efisien dalam union. Jadi bisa
dikatakan bahwa trade diversion memperburuk alokasi sumber daya internasional
yang menggeser produksi menjauh dari keunggulan komparatifnya. Custom
union yang memindahkan perdagangan (trade-diverting custom union) akan
mengakibatkan trade creation dan trade diversion sehingga bisa menaikan atau
menurunkan kemakmuran Negara anggota union, tergantung pada kekuatan
relative dari kedua hal yang berlawanan ini.
Dampak kreasi yang muncul karena selisih harga dunia dengan harga
dalam kawasan perdagangan bebas sangat kecil, sehingga memberikan
kesejahteraan yang tinggi bagi Negara-negara anggota. Sedangkan dampak
diversi muncul karena selisih antara harga dunia dan harga yangada dalam
kawasan perdaggangan bebas sangat besar sehingga dapat mengurangi
kesejahteraan Negara anggota.

Ilustrasi Diversi Perdagangan


Harga/Tarif Indonesia ($) Singapura ($) Eropa ($)
Harga Komputer 300 280 260
Tarif Bea Masuk 0 30 30
Harga computer sebelum FTA 300 310 290
Harga computer setelah FTA 300 280 290

Sebelum FTA antara Indonesia dan Singapura terbentuk, tidak ada


perdagangan atau impor computer dari Singapura, hanya dengan AS. Denga tariff
bea masuk sebesar $30, maka harga computer buatan AS lebih murah daripada
buatan Indonesia dan Singapura. Setelah FTA antara Indonesia dan Singapura
terbentuk, impor computer dari singapura tidak lagi dikenakan tariff bea masuk
sehingga tercipta perdagangan (impor) computer dari Singapura dengan harga
yang lebih murah ($280). Timbulnya perdagangan dalam bentuk impor ini
merupakan dampak trade diversion dari pembentukan free trade area antara
Indonesia dan Singapura.
Salvatore dalam Lapipi (2005:42) mengatakan bahwa kreasi perdagangan
(trade creation) terjadi apabila sebagian produksi domestic disuatu Negara yang
menjadi anggota perserikatan pabean (integrasi ekonomi) atau dari Negara luar
yang bukan anggota digantikan dengan impor yang harganya lebih murah dari
Negara luar yang bukan anggota perserikatan pabean, tergusur oleh impor yang
harganya lebih murah dari Negara anggota lainnya. Sedangkan diversi
perdagangan (trade diversion) terjadi apabila impor yang murah dari Negara luar
yang bukan anggota perserikatan pabean tergusur oleh impor yang harganya lebih
mahal dari Negara anggota.
Dampak kreasi muncul karena selisih harga dunia dengan harga kawasan
integrasi ekonomi sangat kecil, sehingga memberikan kesejahteraan yang tinggi
bagi Negara-negara anggota. Sedangakan dampak diversi muncul karena selisih
harga antara harga dunia dan harga yang ada dalam kawasan integrasi ekonomi
sangat besar, sehingga dapat mengurangi kesejahteraan anggota.

Bentuk Lembaga Integrasi Ekonomi di Dunia


Uni Eropa (European Union)
Uni eropa yang merupakan nama baru bagu Masyarakat Eropa, atau yang dahulu
lebih dikenal sebagai Masyarakan Ekonomi Eropa, memiliki sejarah yang cukup panjang.
Lembaga yang menjadi cikal bakalnya, yakni Masyarakat Ekonomi Eropa (European
Economic Community) dibentuk melalui Pakta Roma pada bulan Maret 1957. Adapun
Negara-negara yang membentuk adalah Jerman Barat, Prancis, Italia, Belanda, dan
Luxemburg. Secara resmi lembaga tersebut mulai beroprasi pada tanggal 1 Januari 1958.
Pada saat itu, Negara-negara anggota sepakat untuk menurunkan hambatan perdagangan
diantara mereka dan memberlakukan kebijakan tariff yang seragam untuk Negara-negara
non-anggota. Selanjutnya, Negara-negara tersebut sepakat untuk membebaskan arus
perdagangan produk industry diantara mereka an menerapkan suatu harga yang seragam
untuk produk-produk pertanian sjak 1968. Lebih jauh, Negara-negara Eropa tersebut
mulai mengurangi berbagai macam hambatan bagi berlangsungnya arus pergerakan faktor
produksi tenaga kerja dan modal di antara mereka sejak tahun 1970. Pada tahun 1973,
sejumlah Negara lainnya bergabung. Inggris, Denmark, dan Irlandia bergabung pada
tahun 1973. Yunani menyusul pada tahun 1981, diikuti oleh Spanyol dan Portugal pada
tahun 1986.
Catatan terakhir menunjukan jumlah anggota penuh Uni Eropa mencapai 12
negara, disamping sejumlah Negara Eropa lainnya yang menjadi pengamat atau calon
anggota. Pada tanggal 1 Januari 1993, secara resmi Uni Eropa menghapuskan semua
bentuk hambatan yang masih tersisa demi menciptakan arus perdagangan serta
penggerakan sumber daya secara bebas (termasuk tenaga kerja) dikalangan Negara
anggotanya. Dengan demikian, Uni Eropa merupakan pasar tunggal (integrasi ekonomi
dalam tahap pasaran bersama) yang pertama di dunia, dan sekaligus merupakan blok
perdagangan yang terbesar di dunia. Hubungan perdagangan diantara Negara-negara Uni
Eropa terus berkembang dan diperkirakan telah mencapai peningkatan dua kali lipat
berkat dihilangkannya berbagai hambatan perdagangan itu. Lebih dari separuh
peningkatan perdagangan tersebut merupakan perdagangan intra-industri.
Pembentukan Uni Eropa tersebut juga meningkatkan perdagangan diantara
Negara-negara anggota dengan pihak non-anggota. Adapun peningkatan perdagangan
eksternal Uni Eropa dikarenakan:
1. Tumbuhnya perekonomian Uni Eropa secara keseluruhan secara drastic sehingga
meningkatkan permintaannya terhadap impor atas berbagai produk industry dari
Negara-negara luar bukan anggota;
2. Turunnya tingkat tariff untuk berbagai produk industriimpor di berbagai Negara
berkat tercapainya kesepakatan penting seri perundingan multilateral dalam
kerangka GATT, yakni Putaran Kennedy dan Putaran Tokyo, yang dipelopori oleh
Amerika Serikat (pemerintah di Washington itu sendiri sengaja mendukung dan
menyelenggarakan seri perundingan perdagangan tersebut karena ia khawatir
perkembangan di Uni Eropa akan mengakibatkan diversi perdagangan yang
merugikan kepentingan ekspornya). Akan tetapi di sisi lain, pembentukan Uni Eropa
ternyata juga mengakibatkan diversi perdagangan khususnya dalam komoditi
pertanian, terutama produk-produk musiman seperti biji-bijian yang biasa diimpor
dari Amerika Serikat
Pada tahun 1986, Negara-negara anggota Uni Eropa menyepakati
dijadikannya undang-undang Eropa Tunggal (Single European Act) sebagai
amandemen terhadap Pakta Roma (Treaty of Rome) yangmerupakan “konstitursi”
Uni Eropa undang-undang itu mewajibkan dihapuskannya semua hambatan yang
masih tersisa bagi berlangsungnya perdagangan barang dan jasa serta penggerakan
faktor-faktor produksi (modal, tenaga kerja), secara bebas di antara Negara-negara
anggota paling lambat pada awal 1993. Terlepas dari hal itu, investasi dari berbagai
Negara mengalir deras ke Eropa karena mereka khawatir begitu pasar tunggal Eropa
benar-benar tidak sesuai dengan “program 1992”, maka proteksionismen Uni Eropa
akan meningkat dan mereka mengalami kesulitan dalam memasuki pasarnya.
Beberapa perkembangan dan kelembagaan terpenting Uni Eropa antara lain:
1. Negara-negara anggota Uni Eropa telah sepakat memberlakukan suatu system
pajak nilai tambah (value added tax) bersama. Pajak nilai tambah adalah suatu
pajak untuk tahapan produksi (dari bahan menjadi bahan setengah jadi dan dari
bahan setengah jadi menjadi produk final, yang biasanya masing-masing terbagi
lagi menjadi sejumlah yang banyaknya tergantung pada kompleksitas produk
yang bersangkutan) yang akhirnya akan dibebankan kepada konsumen (dalam
bentuk harga jual).
2. Komisi Eropa (European Commission), yakni lembaga eksekutif Uni Eropa
yang berada di Brusel, kian aktif menjalankan perannya. Belum lama ini Komisi
Eropa telah merancang serangkaian rancangan undang-undanng yang jika
diterapkan secara optimal akan mempercepat penyatuan Eropa.
3. Dewan Menteri (The Cuoncil of Miniters) Uni Eropa, yang para anggotanya
mewakili masing-masing pemerintah nasional Negara anggota, juga semakin
berfungsi karena dewan ini berwenang mengambil keputusan final.
4. Disamping lembaga-lembaga tersebut, terdapat pula Parlemen Eropa (European
Parliament) yang beranggotakan 518 orang yang masing-masing dipilih melalui
pemilihan langsung di semua Negara anggota setiap 5 tahun sekali . sampai
sejauh ini, kekuasaan dan peranan Parlemen Eropa masih sangat terbatas.
5. Lembaga Pengadilan (Court of Justice) Eropa yang berwenang untuk
menentukan konstitusional atau tidaknya keputusan-keputusan yang diambil
Komisi Eropa atau Dewan Menteri.

Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa (EFTA)

Pada tahun 1960, sebuah kawasan perdagangan bebas yang dikenal sebagai Asosiasi
Perdagangan Bebas Eropa (EFTA, European Free Trade Association), dibentuk oleh
tujuh Negara yang pada saat itu belum satu pun yang bergabung kedalam Uni Eropa
yakni Inggris, Austria, Denmark, Norwegia, Portugal, Swedia, dan Swiss. Pada tahun
1961, Finlandia ikut bergabung meskipun terbatas sebagai anggota asosiasi. Selanjutnya
di tahun 1967, EFTA telah mewujudkan perdagangan bebas (menghapuskan semua tarif
di antara Negara anggota) untuk produk-produk industri, namun sampai sejauh ini EFTA
belum mencapai kemajuan yang cukup berarti dalam penghapusan hambatan-hambatan
perdagangan untuk produk pertanian.

Pada tahun 1973, Inggris dan Denmark melepaskan keanggotaannya dalam EFTA, dan
selanjutnya bersama Irlandia kedua Negara itu bergabung di dalam Uni Eropa. Tindakan
yang sama juga dilakukan oleh Portugal pada tahun 1986. Sementara itu Islandia justru
bergabunng kedalam EFTA pada tahun 1970, dan Finlandia mengubah statusnya dari
Negara asosiasi menjadi anggota penuh pada tahun 1982, disusul oleh Lichtenstein, yang
merupakan bagian dari wilayah pabean Swiss, pada tahun 1991. Jadi, jumlah anggota
EFTA tetap adalah 7 negara, dan kini bermarkas di Janewa. Perkembangan penting
terjadi pada tanggal 1 Januari 1994, ketika EFTA bergabung dengan Uni Eropa untuk
membentuk Kawasan Ekonomi Eropa (EEA, European Economic Area). Dengan
terbentuknya EEA, maka terciptalah sebuah perekonomian gabungan yang lebih besar
lagi di Eropa. Potensi pasarnya pun lebih besar, karena wilayah EEA dihuni oleh 370juta
manusia. Austria, Finlandia, Norwegia dan Swedia bahkan diperkirakan akan melepaskan
keanggotaannya dalam EFTA dan bergabung sebagai anggota penuh Uni Eropa pada
tahun 1995.

Amerika Serikat dan Perdagangan Bebas Amerika Utara


perkembangan penting terjadi pada bulan November 1993, ketika Amerika Serikat,
Kanada, dan Meksiko menandatangani Perjanjian Perdagangan Bebas Utara (NAFTA,
North American Free Trade Agrrement) yang mulai berlaku secara efektif tanggal 1
Januari 1994. Diharapkan perjanjian tersebut akan dapat membebaskan perdagangan
barang dan jasa di seluruh kawasan Amerika Utara. NAFTA juga dapat menghilangkan
berbagai bentuk hambatan non-tarif seperti kuota impor.

Meksiko merupakan mitra dagang terbesar ketiga Amerika Serikat setelah


Kanada dan Jepang. Setiap tahunnya, Meksiko mengekspor produknya senilai 36 miliar
dollar ke AS, dan menimpor berbagai produk tetangganya yang jauh lebih kya itu hingga
senilai 40 miliar dollar. Dampak terbesar nampaknya akan terjadi pada hubungan dagang
antara AS dan Meksiko. AS tidak akan memperoleh banyak manfaat dari dibebaskannya
perdagangan dengan Meksiko. Meskipun demikian, AS tetap bergabung dalam NAFTA
dan ingin memastikan kepentingan bisnisnya terlindungi.

Akses perdagangan bebas ke Meksiko akan memungkinkan industry-industri AS


menimpor berbagai komponen padat karya yang murah dari Meksiko sehingga AS dapat
melangsungkan kegiatan operasinya dan akan lebih mudah mempertahankan lapangan
kerja bagi penduduk Amerika. Sebenarnya, keuntungan berupa panciptaan lapangan kerja
baru bagi meksiko dalam jangka pendek tidak berasal dari Amerika Serikat, melainkan
dari Negara-negara lain seperti sejumlah perekonomian industri baru di Asia (Korea
Selatan, Tiawan, Hongkong, dan Singapura), yang tingkat upahnya kurang lebihsetara
yang ada di meksiko. Meksiko berkesempatan memetik banyak keuntungan dari NAFTA,
beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

1. NAFTA akan mendorong tumbuhnya sektor ekspor karena NAFTA membuka


pasar yang sangat besar bagi para pengusaha, khususnya para pengekspor di
Meksiko.
2. NAFTA akan mencegah terjadinya pelarian modal dari Meksiko ke negara-
negara tetangganya di Utara. Tanpa adanya NAFTA, sejumlah besar modal dari
meksiko akan terbang ke tempat-tempat lain yang dianggap lebih aman dan
menguntungkan, khususnya AS.
3. NAFTA juga akan mendorong reformasi struktural yang lebih cepat dalam
perekonomian domestik Meksiko. Struktur dasar perekonomian Meksiko
memang perlu direformasi secara besar-besaran setelah mengalami kelumpuhan
sepanjang dasawarsa 1980-an akibat pukulan krisis utang internasional dan
melonjaknya proteksionisme di berbagai Negara yang menjadi pasar tujuan
ekspornya.

Integrasi Ekonomi di Negara-negara Berkembang


Keberhasilan Uni Eropa telah mendorong dilakukannya upaya integrasi
ekonomi di Negara berkembang sebagai salah satu cara untuk memacu tingkat
pertumbuhan dan bangunan ekonomi mereka. Namun, sebagian besar usaha
tersebut ternyata membuahkan banyak kegagalan ketimbang keberhasilan.
Beberapa contohnya:
1. Asosiasi Perdagangan Bebas Amerika Latin (LAFTA, Latin American Free
Trade Association) yang dibentuk pada tahun 1960 oleh Meksiko dan sebagian
besar Negara Amerika. Lembaga ini memiliki subkelompok yang disebut Pakta
Andean (Andean Pact). Pakta Andean dibentuk tahun 1969 dan semula
diharapkan dapat mempercepat berlangsungnya proses pertumbuhan ekonomi
dan terwujudnya suatu pasaran bersama diantara Negara-negara tersebut. Tahun
1980, LAFTA digantikan oleh Asosiai Integrasi Amerika Latin dan dibebani
dangan harapan yang lebih tinggi lagi yakni lembaga konsultatif dalam berbagai
bidang, termasuk politik, diantara para anggota.
2. Asosiasi Perdagangan Bebas Karibia (CARIFTA, Caribbean Free Trade
Association) dibentuk pada tahun 1968 oleh sejumlah Negara yang berasal di
kawasan kepulauan Karibia dan kemudian ditransformasikan menjadi sebuah
lembaga pasar bersama yaitu Pasar Bersama Karibia (CARICOM, Caribbean
Common Market) pada tahun 1973.
3. Masyarakat Ekonomi Afrika Timur (EAEC, East African Economic Community)
yang dibentuk tahun 1967 oleh Kenya, Tanzania dan Uganda. Namun keberadaan
lembaga ini tidak lama, hanya satu dekade. Pada tahin 1977 lembaga ini
dibubarkan.
4. Masyarakat Ekonomi Afrika Barat (WEAC, West African Economic
Community) yang dibentuk oleh Negara-negara yang terletak dibelahan barat
Afrika pada tahun 1973.
5. Kawasan Perdagangan Preferensial Afrika Timur dan Selatan (Preferential Trade
Area Eastern and Southern Africa) yang beranggotakan 19 negara, mulai dari
Sudan di Utara hingga Mozambique disebelah Selatan. Lembaga ini didirikan
pada tahun 1981 dan dijadwalkan menjadi sebuah persekutuan pabean sebelum
berakhirnya decade 1980-an.
6. Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN, Association of South East
Asia), yaitu Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Vietnam, Singapura, dan
Thailand. Meskipun awalnya ASEAN merupakan sebuah asosiasi politik, sejak
tahun 1976 disepakati bahwa ASEAN juga akan mengarah pada integrasi
ekonomi dan menjadi kawasan perdagangan bebas yang dikenal dengan sebutan
AFTA (Asean Free Trade Area).

Namun dalam praktiknya, sebagian besar lembaga yang telah disebutkan diatas
lebih banyak mengakibatkan diversi perdagangan ketimbang kreasi perdagangan
sehingga pada akhirnya justru menjadi penghambat bagi berlangsungnya pembangunan
dan industrialisasi di Negara yang bersangkutan. Nampaknya, hambatan terbesar bagi
berlangsungnya integrasi ekonomi diantara Negara-negara berkembang tersebut adalah
tidak meratanya distribusi keuntungan yang dihasilkan oleh pembentukan asosiasi
perdagangan regional itu sendiri di kalangan para anggotanya. Berdaasarkan pengamatan
terhadap kenyataan yang ada, sebagian besar keuntungan yang bersumber dari
pembentukan integrasi ekonomi itu mengalir hanya ke segelintir negra yang relative
dominan. Hal ini mendorong Negara-negara relative kecil yang merasa dirugikan untuk
menarik diri sehingga integrasi ekonomi itu pun mengalami kegagalan, bahkan bubar.
Sumber kegagalan lainnya adalah kuatnya ego dari masing-masing Negara
berkembang. Namun hal tersebut merupakan suatu hal yang mudah dipahami mengingat
sebagian besar Negara berkembang itu baru saja memperoleh kedaulatan dan
kemerdekaannya. Mereka enggan mendudukan kebijakan nasionalnya dibawah kebijakan
supranasionalnya dalam kerangka organisasi regional, sehingga usaha-usaha integrasi
ekonomi yang benar-benaar nyata sangat sulit dilakukan. Serta terbatasnya sarana
transportasi dan komunikasi diantara mereka. Disamping itu, satu sama lain saling
berjauhan secara geografis dan pada dasarnya perekonomian mereka bersifat
komplementer satu sama lain (bukannya kompetitif)

INTEGRASI EKONOMI ASEAN


Sejarah Singkat ASEAN Economic Community (EAC)
Penghimpunan Bnagsa Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967,
ketika 5 anggota awal—Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand—
menandatangani Deklarasi Bangkok. ASEAN sekarang terdiri dari 10 negara anggota,
dengan bergabungnya Brunei Darussalam (1984), Vietnam (1995), Laos (1997),
Myanmar(1997), dan Kamboja (1999). Namun secretariat ASEAN baru didirikan pada
tahun 1976, tepat setelah perang Vietnam berakhir dan hamper 10 tahun setelah pendirian
ASEAN itu sendiri. Secretariat ASEAN berkantor di Jakarta, Indonesia.
Pada awalnya, ASEAN didirikan untuk tujuan politik, dari akhir 1970-an dan
seterusnya, Negara-negara ASEAN mulai memikirkan untuk mengembangkan kerja sama
ekonomi, tapi hal ini sulit untuk diwujudkan dalam waktu yang lama. Meskipun
Preferential Trading Agreement (PTA) telah disepakati pada tahun 1977, namun
dampaknya terbatas. Konsesi tarif yang diberikan Negara-negara ASEAN dalam
kerangka PTA terlalu kecil, atau terkait dengan produk yang hanya mewakili sebagian
marjinal perdagangan intra ASEAN.
Dalam kerja sama ASEAN di bidang ekonomi, pada awalnya kerja sama
difokuskan dengan pemberian preferensi perdagangan (prudential trade), usaha patungan
(joint venture) dan skema saling melengkapi (complementation scheme) antar pemerintah
Negara-negara anggota maupun pihak swasta di kawasan ASEAN, seperti Industrial
Project Plan (1976), Preferential Trading Area (1977), ASEAN Joint Venture Scheme
(1981) dan Enhanched Prefential Trading Arrangement (1987).
Pada decade 1980-an dan 1990-an, ketika antar-negara di berbagai belahan dunia
melakukan upaya untuk menghilangkan hambatan-hambatan ekonomi, Negara-negara
ASEAN menyadari bahwa cara terbaik untuk bekerja sama adalah dengan saling
membuka perekonomian mereka, guna menciptakan integrasi ekonomi kawasan. Pada
KTT ke-5 di Singapura tahun 1992 telah ditandatangani Framework Agreement
Enchanching ASEAN Economic Coorperation sekaligus menandai dicanangkannya
ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada tanggal 1 Januari 1993 dengan Common Effective
Preferential Tarif (CEPT) sebagai mekanisme utama. Pendirian AFTA memberikan
implementasi dalam bentuk pengurangan dan eliminasi. Dalam skema CEPT, setiap
Negara dimungkinkan untuk tidak melakukan liberalisasi perdagangan sepanjang hal
tersebut menurut pertimbangannya dapat membahayakan keamanan nasional, moral
masyarakat, kesehatan manusia, binatang dan tanaman, dan nilai-nilai seni, sejarah,
purbakala dan arkeologi.

Perkembangan ASEAN memasuki babak baru dengan diapdosinya Visi ASEAN 2020 di
Kuala Lumpur tahun 1997 yang mencita-citakan ASEAN sebagai Komunitas Negara-
negara Asia Tenggara yang terbuka, damai, stabil, sejahtera, saling peduli, diikat bersama
dalam kemitraan yang dinamis di tahun 2020. Selanjutnya ASEAN juga mengadopsi Bali
Concord II pada KTT ke-9 ASEAN di Bali tahun 2003 yang menyetujui pembentukan
Komunitas ASEAN. Pembentukan Komunitas ASEAN ini merupakan bagian dari upaya
ASEAN untuk lebih mempererat ointegrasi ASEAN.
Pencapaian Komunitas ASEAN semakin kuat dengan ditandatanganinya “Cebu
Declaration on the Estabilishment of an ASEAN Community by 2015” oleh para
pemimpin ASEAN pada KTT ke-12 ASEAN di Cebu Filipina, 13 Januari 2007. Dengan
ditandatanganinya deklarasi ini, para pemimpin ASEAN menyepakati percepatan
pembentukan Komunitas ASEAN dari tahun 2020 menjadi 2015.
Komitmen tersebut khususnya di bidang ekonomi, dilanjutkan dengan
penandatanganan ASEAN Charter beserta cetak biru AEC 2015 pada KTT ASEAN ke-13
di Singapura, pada tanggal 20 November 2007, merupakan babak baru kerja sama
ASEAN di bidang ekonomi di usianya yang ke 40 tahun. Secara umum AEC memiliki 12
sektor prioritas, yakni produk-produk berbasis pertanian, otomotif, elektronik, perikanan,
produk berbasis karet, tekstil, dan pakaian, produk berbasis kayu, perjalanan udara, e-
ASEAN, kesehatan, pariwisata, dan logistik.
AEC merupakan salah satu dari tiga pilar utama dalam ASEAN Community
2015, yang ingin membentuk integrasi ekonomi di kawasan ASEAN. AEC memiliki lima
pilar utama, yakni: aliran bebas barang, aliran bebas jasa, aliran bebas investasi, aliran
bebas tenaga kerja terampil, dan aliran bebas modal.

Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN


Cetak Biru Komunitas Ekonomi ASEAN (AEC), yang secara resmi disepakati
dalam KTT ASEAN pada bulan November 2007 adalah perkembangan yang
sangat signifikan dalam upaya ASEAN, berdasarkan realisasi substansial ASEAN
Free Trade Area (AFTA), terhadap AEC. Cetak Biru AEC adalah titik awal bagi
ASEAN. Dengan menerapkan Cetak Biru, ASEAN telah bergerak dari proses
integrasi menuju pelaksanaan integrasi dengan terdapat batas waktu dan tujuan
akhir yang didefinisikan secara jelas. Cetak Biru AEC juga merupakan dokumen
yang mengikat komitmen seluruh anggota.
Terdapat empat karakteristik utama dalam Cetak Biru AEC, yaitu :
a. Pasar tunggal dan basis produksi
b. Kawasan ekonomi yang sangat kompetitif
c. Kawasan pengembangan ekonomi yang seimbang
d. Kawasan yang terintegrasi ke dalam ekonomi global.

Ciri keempat menunjukan “sifat terbuka” ASEAN yang ingin mengejar


integrasi ekonomi regional. Dari sudut pandang geografi ekonomi baru dan teori
perdagangan fragmentasi, Cetak Biru AEC merupakan sebuah paket kebijakan,
dirancang untuk mengurangi link layanan dan biaya jaringan, untuk mengejar
integrasi ekonomi yang lebih mendalam dan mempersempit kesenjangan
pembangunan di kawasan Asia Timur.

Tujuan strategis dan komitmennya adalah menyingkirkan semua hambatan


dan pengecualian ini, serta seluruh anggota harus memiliki komitmen yang sama.
Sebuah pasar tunggal dan basis produksi pada dasarnya adalah sebuah kawasan
yang secara keseluruhan dilihat oleh Negara-negara anggota ASEAN, bukan
sekedar pasar dan sumber daya yang berada dalam batas-batas nasional dan
hanya melibatkan para pelaku ekonomi di tingkat nasional. Hal ini berarti Negara
anggota akan memperlakukan barang dan jasa yang berasal dari mana saja di
ASEAN secara setara bagaimana perlakuan mereka atas barang (produk) nasional
mereka. Hal ini akan memberi keistimewaan dan akses yang sama kepada
investor-investor ASEAN seperti halnya investor nasional mereka, buruh
terampil, dan para professional akan bebas melakukan pekerjaan mereka di mana
saja di ASEAN.

Selain pasar tunggal, Komunitas Ekonomi ASEAN juga melihat sebuah


kawasan ekonomi dengan semangat kompetisi yang tinggi, pembangunan
ekonomi yang setara, dan integrasi penuh dalam ekonomi global. Pembangunan
kawasan kopetitif ini akan dilakukan dengan membuat beberapa kebijakan
bersama dan pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan. ASEAN akan
mendirikan sebuah jaringan transportasi terintegrasi (udara, laut dan darat),
mengembangkan system ICT yang dapat dihubungkan dan digunakan oleh semua
Negara di kawasan ini, mencari proyek-proyek untuk jaringan listrik dan pipa gas
yang terintegrasi, mempromosikan sektor penambangan, dan menarik sektor
swasta untuk menandai upaya-upaya tersebut.

OPEN REGIONALISM
Salah satu bentuk yang bisa di gunakan adalah peraturan “FTA-Plus” yang
meliputi beberapa unsure pasar umum, misalnya aliran bebas modal dan aliran
bebas tenaga kerja. Bentuk lain adalah pengaturan “common market minus” yang
bertujuan untuk menciptakan pasar yang terintegrasi secara penuh tetapi memiliki
area di mana anggota ASEAN akan terintegrasi lebih dalam untuk tahap
selanjutnya. Yang jelas adalah kenyataan bahwa tidak seperti integrasi ekonomi
Eropa yang tampak sebagai pendekatan inward-looking dalam rehionalisme,
integrasi ekonomi ASEAN telah terarah pada open regionalism (regionalism
terbuka) mengingat bahwa betapa pentingnya menjalin mitra ekonomi diluar
kawasan. Hal ini terbukti dengan terbentuknya proliferasi FTA di kawasan,
terutama dengan China, Jepang dan Republik Korea, yang secara kolektif disebut
ASEAN +3.

FTA ASEAN dengan Tiongkok-India


Negara Status Realisasi
China Perjanjian perdagangan barang, perjanjian 2010-ASEAN 6
mekanisme penyelesaian sengketa 2015-CLMV
diselesaikan; negosiasi mengenai layanan dan
investasi (aka dilaksanakan berlangsung)
India Negasiasi modalitas untuk pengurangan tariff 2011-Brunei,
dan penghapusan selesai; program panen Indonesia,
awal diharapkan akan dilaksanakan pada Malaysia,
bulan April 2015 Singapura, dan
Thailand

ASEAN juga dibayangi oleh China dan India dari segi produk domestic bruto
dan jumlah penduduk. Ukuran sebenarnya tidak menjadi masalah, karena Negara-
negara ASEAN secara kolektif lebih kuat dan lebih tangguh daripada mereka
secara individual, namun terdapat batasan dalam kekuatan ekonomi yang dimiliki
ASEAN. Oleh sebab itu ASEAN tidak bisa bersikap autarki atau eksklusif.
ASEAN perlu menjaga batas luar regionalnya. Hubungan eksternal ASEAN jauh
lebih kuat disbanding hubungan internal, seperti yang di manifestasikan dalam
perdagangan dan jaringan investasi. Arus masuk FDI ekstra-regional ke ASEAN
jauh lebih penting bagi Negara-negara anggotanya dari daerah aliran FDI-intra.
ASEAN diharapkan menjadi puncak arsitektur regional, sebuah pasar tunggal
tanpa batas, memastikan alokasi sumber daya yang efisien ASEAN dengan
spesialisasi intra-ASEAN dan pembagian kerja. Untuk koordinasi kebijakan
makro ekonomi, moneter dan kerja sama keuangan yang efektif dan berarti,
ASEAN perlu bekerja sama dengan China, Jepang dan Korea dibawah payung
ASEAN Plus Three (APT). APT berevolusi untuk memasukkan Taiwan dan
Korea Utara. Sedangkan India sudah menjadi anggota EAS dan sangat mungkin
bahwa APEC juga dapat diperluas untuk mencakup India.

FTA ASEAN dengan China (ACFTA)

ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) merupakan kesepakatan antara


Negara-negara anggota ASEAN dengan China untuk mewujudkan kawasan
perdagangan bebas dengan menghilangkan atau mengurangi hambatan-hambatan
perdagangan barang, baik tariff ataupun non-tarif, peningkatan akses pasar jasa,
peraturan dan ketentuan investasi, sekaligus peningkatan aspek kerja sama
ekonomi untuk mendorong hubungan perekonomian para pihak ACFTA dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat ASEAN dan China. Dalam
membentuk ACFTA, para Kepala Negara Anggota ASEAN dan China telah
menandatangani ASEAN-China Comprehensive Economic Coorperation pada
tanggal 6 November 2001 di Bandar Sri Begawan, Brunei Darusalam. Sebagai
titik awal proses pembentukan ACFTA, para Kepala Negara kedua pihak
menandatangani Framework Agreement on Comprehensive Economic
Cooperation between the ASEAN and People’s Republic of China di Phnom
Penh, Kamboja pada tanggal 4 November 2002. protokol perubahan Framework
Agreement ditandatangani pada tanggal 6 Oktobeer 2003, di Bali Indonesia.
Protocol kedua di tandatangani pada tanggal 8 Desember 2006.

FTA ASEAN dengan India (AIFTA)

India merupakan mitra dagang ketujuh terbesar bagi ASEAN. Dari sisi
investasi, FDI dari India ke ASEAN pada tahun 2007 mencatan nilai USD 641
juta, tertinggi sejak tahun 2000. Perdagangan ASEAN-India cenderung
meningkat. Dari tahun 2005-2007, perdagangan ASEAN-India meningkat sebesar
28% per tahun. Ekspor ASEAN ke India antara 2005-2007 meningkat sebesar
31%, peningkatan terbesar yang dialami ASEAN dengan mitr dagangnya. Para
Kepala Negara/Pemerintah ASEAN dan India telah menandatangani Framework
Agreement on Comprehensive Economic Coorperation between ASEAN and
India pada bulan Oktober 2003.
Setelah dihentikan 2 kali, perundingan perdagangan barang telah dapat
diselesaikan pada bulan Agustus 2008. Persetujuan Perdagangan Barang AIFTA
ditandatangani pada pertemuan ke-41 Tingkat Menteri Ekonomi ASEAN pada 13
Agustus 2009 di Bangkok. Perundingan perdagangan jasa dan investasi dimulai
kembali pada bulan Oktober 2009 dan ditargetkan untuk dituntaskan pada akhir
tahun 2010 sebagai Single Undertaking.

Tingkat liberalisasi perdagangan barang dalam AIFTA tidak setinggi


liberalisasi perdagangan barang yang dicapai antara ASEAN dengan mitra FTA
lainnya. Namun kedua pihak sepakat untuk meningkatkan komitmen liberalisasi
melalui proses “review” setelah perjanjian diimplementasikan.

Anda mungkin juga menyukai