Anda di halaman 1dari 76

BAB IV

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Perdagangan internasional adalah perdagangan yg dilakukan suatu


negara dng negara lain atas dasar saling percaya dan saling
menguntungkan. Perdagangan internasional ini dilakukan melalui
kegiatan ekspor dan impor. Ibrahim, et al, (2010), paling tdk terdapat
5(lima) keuntungan dng adanya perdagangan ini :
Pertama, adanya pertukaran (ekses demand-impor, ekses supply-
ekspor) ;
Kedua, timbulnya spesialisasi ;
Ketiga, adanya keragaman preferensi pilihan individu ;
Keempat, keragaman endowment maka pemenuhan kebutuhan
atas jenis barang tertentu dpt dipenuhi ;
Kelima, timbul adanya transfer teknologi modern. Perdagangan
internasional membuka peluang untuk mempelajari teknik produksi
yg lebih efisien dan modern.
Teori perdagangan internasional menjelaskan arah serta
komposisi perdagangan antara beberapa negara serta bgmana
efeknya terhadap struktur perekonomian suatu negara. Teori
perdagangan internasional juga dapat menunjukkan adanya
keuntungan yg timbul karena perdagangan internasional (gains
from trade). Beberapa teori yg menerangkan timbulnya
perdagangan internasional pada dasarnya sebagai berikut :
A. Teori Klasik
1. Kemanfaatan Absolut (Absolute Advantage) Adam Smith.
Teory ini lebih mendasarkan pada besaran (variabel) riil,
bukan moneter sehingga sering dikenal dng nama teori
murni (pure theory) perdagangan internasional. Teori ini
memusatkan perhatiannya pada variabel riil spt misal nilai
sesuatu barang diukur dng banyaknya tenaga kerja yg
digunakan untuk menghasilkan barang.
Teori absolute advantage Adam Smith secara sederhana
dapat dijelaskan dng contoh sbb : misal ada 2(dua) negara
Amerika dan Inggris yg memiliki faktor tenaga kerja yg
homogen, menghasilkan dua barang yaitu gandum dan
pakaian sbgmana digambarkan dalam tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1. Banyaknya Tenaga Kerja yg diperlukan untuk
menghasilkan per unit
Amerika Inggris
Gandum 8 10
Pakaian 4 2

Dari tabel diatas tampak bahwa Amerika lebih efisien ......


dalam memproduksi gandum, sedang Inggris dalam
memproduksi pakaian. Keadaan yg demikian ini dpt dikatakan
bahwa Amerika memiliki absolute advantage pada gandum
dan Inggris memiliki absolute advantage pada produksi
pakaian. Dikatakan absolute advantage krn masing2 negara
menghasilkan satu macam barang dengan beaya (diukur dng
unit tenaga kerja) yg secara absolut lebih rendah dari negara
lain.
Sebelum terjadi pertukaran, nilai tukar (terms of trade) di
Amerika adalah 1 unit gandum = 2 unit pakaian (8 dibanding
4). Sedang di Inggris, nilai tukar (terms of trade) adalah 1 unit
gandum = 5 unit pakaian (10 dibanding 2). Menurut Adam
Smith, kedua negara akan memperoleh keuntungan dengan
melakukan spesialisasi dan kemudian berdagang (Amerika =
gandum, Inggris = pakaian).
Untuk menunjukkan besarnya keuntungan ini, misal
saja Amerika mengalokasikan 16 unit tenaga kerja (TK)
dari produksi Pakaian ke Gandum, dan Inggris
mengalokasikan 10 unit TK dari produksi Gandum ke
Pakaian. Dng demikian, produksi gandum di Amerika
akan naik 2 unit (16/8) dan produksi Pakaian akan turun
dng 4 unit (16/4). Demikian pula dng Inggris, produksi
Gandum akan turun dng 1 unit (10/10) dan produksi
Pakaian akan naik dengan 5 unit (10/2). Dari alokasi ini
nampak bahwa output total (gandum dan pakaian) akan
bertambah, Gandum akan bertambah dng 1 unit sebab
di Amerika produksi naik 2 unit dan di Inggris turun dng
1 unit. Pakaian akan naik 1 unit sebab di Inggris naik 5
unit dan di Amerika turun 4 unit. Oleh karena itu Adam
Smith menganjurkan adanya spesialisasi untuk
meningkatkan output dunia.
Tabel 2.2 Produksi Total Gandum dan Pakaian Setelah
Spesialisasi

Amerika Inggris
Gandum 10 9
Pakaian 0 7
2. Kemanfaatan Relatif (Comparative Advantage : J.S Mill)
Menyatakan bahwa suatu negara akan menghasilkan
kemudian mengekspor suatu barang yg memiliki
comparative advantage terbesar dan mengimpor barang
yg memiliki comparative disadvantage, yaitu mengekspor
suatu barang yg dapat dihasilkan dng lebih murah dan
mengimpor barang yg kalau dihasilkan sendiri memakan
ongkos yg besar.
Teori ini pada dasarnya menyatakan bahwa nilai suatu
barang ditentukan oleh banyaknya tenaga kerja yg dicurahkan
untuk memproduksi barang tsb. Makin banyak tenaga yg
dicurahkan, makin mahal barang tsb. JS. Mill memberikan
contoh sbb :

Tabel 2.3 Produksi 10 orang dalam 1 minggu


Amerika Inggris
Gandum 6 bakul 2 bakul
Pakaian 10 yard 6 yard

Menurut teori absolute advantage, tidak akan timbul


perdagangan antara Amerika dan Inggris krn absolute
advantage untuk produksi gandum dan pakaian ada pada
Amerika semua.
Bagi JS. Mill, yg penting bukan absolute advantage,
tetapi comparative advantage. Besarnya comparative
advantage adalah :
Amerika : - dalam produksi gandum 6 bakul, dibanding 2
bakul dari Inggris, atau = 3 : 1.
- dalam produksi pakaian 10 yard, dibanding 6
yard dari Inggris, atau 5/3 : 1.
Disini Amerika mempunyai comparative advantage pada
produksi gandum yakni 3 : 1 lebih besar daripada 5/3 : 1.
Inggris : - dalam produksi gandum 2 bakul dibanding 6
bakul dari Amerika atau 1/3 : 1.
- Dalam produksi pakaian 6 yard dibanding 10
yard dari Amerika atau 3/5 : 1.
Disini Inggris memiliki comparative advantage pada
produksi pakaian, yakni 3/5 : 1 lebih besar dari 1/3 : 1. oleh
karena itu perdagangan akan timbul antara Amerika
dengan Inggris. Amerika berspesialisasi pada produksi
gandum, dan menukarkan sebagian gandumnya dengan
pakaian dari Inggris.
Dasar nilai pertukaran (terms of trade) ditentukan dng
batas2 nilai tukar masing2 barang di dalam negeri yakni,
untuk Gandum harga dalam negeri di :
- Amerika adalah 6 bakul = 10 yard, jadi 1b = 5/3y
- Inggris adalah 2 bakul = 6 yard, jadi 1b = 3y
Dengan demikian untuk gandum terms of trade-nya adalah
5/3 < n < 3.
Untuk pakaian, harga dalam negeri di :
- Amerika adalah 10 yards = 6 bakul, atau 1 y = 3/5 b
- Inggris adalah 6 yards = 2 bakul, atau 1 y = 1/3 b
Jadi untuk pakaian, terms of tradenya adalah 1/3 < n < 3/5
Dng demikian, pertukaran akan menguntungkan kedua belah
pihak bila nilai tukar untuk :
Gandum 5/3 < n < 3 dan Pakaian 1/3 < n < 3/5
Sebagai contoh, dalam pertukaran nilai tukarnya 1 bakul = 2
yard, maka keuntungan karena perdagangan (gains from
trade) untuk tiap,
1 bakul gandum, Amerika adalah 2y – 5/3y = 1/3y dan Inggris
adalah 2y = 3y atau 3y – 2y = 1y.
1 yards pakaian, Amerika adalah 3/5b – 1/2b = 1/10 b dan
Inggris adalah ½ b – 1/3 b = 1/6 b.
Bila nilai tukar dalam perdagangan itu sama dengan
harga di dalam negeri salah satu negara, maka
keuntungan karena perdagangan (gains from trade) hanya
ada pada satu negara saja. Dengan demikian, teori
comparative advantage dapat menerangkan berapa nilai
tukar dan berapa keuntungan krn pertukaran, dimana
kedua hal ini tidak dapat diterangkan oleh teori absolute
advantage.
3. Biaya Relatif (Comparative Cost : David Ricardo)
Titik pangkal D. Ricardo tentang perdagangan
internasional adalah teorinya tentang nilai/value.
Menurutnya, nilai/value sesuatu barang tergantung
dari banyaknya tenaga kerja yg dicurahkan untuk
memproduksi barang tsb (labour cost value theory).
Perdagangan antar negara akan timbul bila masing-
masing negara memiliki comparative cost yg terkecil. Sebagai
contoh digambarkan sebagai berikut :
Tabel 2.4 Banyaknya hari kerja yang dibutuhkan untuk
memproduksi
Anggur (1 botol) Pakaian (1 yard)

Portugis 3 hari 4 hari

Inggris 6 hari 5 hari

Besarnya comparative cost adalah :


Portugis untuk Anggur 3/6 < 4/5 atau 3/4 < 6/5
Inggris untuk pakaian 5/4 < 6/3 atau 5/6 < 4/3
Dalam hal ini, Portugis akan berspesialisasi pada produksi
Anggur, sedangkan Inggris pada produksi Pakaian. Bila
nilai tukar 1 botol Anggur = 1 yard Pakaian, maka
Portugis akan mengorbankan 3 hari kerja untuk 1 yard
pakaian, yg kalau diprodusirnya sendiri memerlukan
waktu 4 hari kerja.
Inggris juga akan beruntung dari pertukaran. Dengan
spesialisasi pada produksi pakaian dan ditukar dengan
anggur, maka untuk memperoleh 1 botol anggur hanya
dikorbankan 5 hari kerja yg kalau diproduksinya sendiri
memerlukan waktu 6 hari kerja.
Dng demikian, prinsip Comparative Cost dari D.Ricardo
dapat dirumuskan sebagai berikut : .......
Jika a1 dan b1 adalah unit labour cost untuk produksi
barang A dan B di negara I, serta a2 dan b2 adalah unit
labour cost di negara II, maka negara I akan mengekspor
barang A dan impor barang B jika :
a1/b1 < a2/b2 atau a1/b1 < b1/b2
Artinya sebelum berdagang, barang A relatip lebih murah di
negara I dan barang B lebih murah di negara II.
Pada dasarnya teori comparative advantage dng
comparative cost itu sama, perbedaannya : - Comparative
advantage untuk sejumlah tertentu tenaga kerja di masing2
negara outputnya berbeda. sedangkan comparative cost,
untuk sejumlah output tertentu, waktu yg dibutuhkan
berbeda antara satu negara dengan negara lain.
Teori-teori klasik tersebut diatas disusun berdasarkan
anggapan antara lain :
- hanya ada 2 negara,
- 2 barang,
- keadaan full employment,
- persaingan sempurna,
- mobilitas dalam negara yg tinggi dari faktor2 produksi
(tenaga kerja dan kapital) tetapi immobil secara internasional.

4. Kelemahan Teori Klasik


Teori klasik menjelaskan, bahwa keuntungan dari
perdagangan internasional timbul karena adanya comparative
advantage yg berbeda antara dua negara. Teori nilai tenaga kerja
menjelaskan mengapa terdapat perbedaan dalam comparative
advantage itu karena adanya perbedaan di dalam fungsi produksi
antara dua negara atau lebih.
Jika fungsi produksinya sama, maka kebutuhan tenaga kerja
juga akan sama, nilai produksinya sama, sehingga tidak
akan terjadi perdagangan internasional. Oleh karena itu,
syarat timbulnya perdagangan antar negara adalah
perbedaan fungsi produksi diantara kedua negara tersebut.
Namun teori klasik tdk dapat menjelaskan mengapa
terdapat perbedaan fungsi produksi di kedua negara. Teori
modern mulai dengan anggapan bahwa fungsi produksi itu
sama dan menjelaskan faktor penyebab terjadinya
perbedaan dalam comparative advantage adalah proporsi
pemilikan faktor produksi. Teori ini kemudian dikenal
dengan faktor “proportions theory” oleh Hecksher dan
Ohlin.
B. Teori Modern
1. Faktor Proporsi (Hecksher & Ohlin).
Kaum klasik menerangkan bahwa comparative
advantage/kemanfaatan relatip dalam bentuk
produktivitas dari tenaganya (labour productivity).
Teori yang lebih modern dikemukakan oleh Hecksher
dan Ohlin menyatakan bahwa perbedaan dlm
oportunity cost (beaya alternatip) suatu negara
dengan negara lain karena adanya perbedaan dalam
jumlah faktor produksi yang dimilikinya.
Suatu negara memiliki tenaga kerja lebih banyak dari
pada negara lain, sebaliknya negara lain memiliki
kapital lebih banyak dari pada negara tersebut
sehingga dapat menyebabkan terjadinya pertukaran.
Suatu negara misal A, memiliki tenaga kerja yg besar
dan relatip sedikit kapital...maka unt sejumlah pengeluaran
uang tertentu akan memperoleh jumlah tenaga kerja yang
lebih banyak dari pada kapital. Misal uang 100Rp dpt
membeli 20 unit tenaga atau 5 unit mesin, artinya 20 unit
tenaga sama dengan 5 unit mesin.

Dalam gambar 10a


, dng uang sebanyak 100Rp dpt
dibeli kombinasi mesin (sumbu
horisontal) dng tenaga (sumbu
vertikal). Kalau kedua titik
dihubungkan dengan garis lurus,
akan membentuk kurva yg disebut
Isocost, yaitu berbagai kombinasi
dua faktor produksi yg dpt dibeli
dng sejumlah uang tertentu.
Sudut arah Isocost menunjukkan perbandingan harga antara
tenaga kerja dan mesin, yaitu 20 : 5 atau 4 : 1, artinya 4 unit
tenaga nilainya sama dengan 1 mesin. Dalam gambar 10b
berikut terlihat Isocost unt negara B. Negara B lebih banyak
memiliki kapital/mesin dan relatip sedikit tenaga.
Konsekuensinya, di negara B pengeluaran 100Rp akan
memperoleh 10 unit tenaga atau 20 unit mesin.
Harga 1 unit tenaga sama dengan 2 unit
mesin sehingga perbandingan harga
tenaga dng mesin adlh 1 : 2. Jadi sngat
jelas bahwa negara A akan lebih murah
bila memproduksi barang dng bnyak
menggunakan tenaga dan sedikit kapital
(labour intensif), sedang negara B lebih
murah memproduksi barang dng
menggunakan banyak kapital (capital
intensif). Gambar 10b
Teori faktor proporsi
tdk hanya mengenai barang
yg akan dihasilkan oleh suatu
negara, tetapi juga bgmana
barang tsb dihasilkan. Hal ini
dpt diterangkan dng kurva
Isoquant negara A dan B unt
barang X dan Y. Lihat gambar
11 berikut :

Isoquant negara A terletak dekat sumbu vertikal (tenaga) yg


menunjukkan bhw barang X yg dihasilkannya bersifat padat tenaga
kerja (labour intensif) krn negara A lebih banyak memiliki faktor
produksi tenaga. Sedang Isoquant negara B mendekati sumbu
horisontal (kapital) yg menunjukkan bhw barang Y yg dihasilkan
bersifat padat modal (capital instensif) krn negara B relatif lebih banyak
memiliki kapital.
2. Kesamaan Harga Faktor Produksi (Factor Price Equalization).
Bahwa perdagangan bebas cenderung mengakibatkan harga
faktor2 produksi sama dibeberapa negara. Dari teori faktor proportions
Hecksher-Ohlin, selama negara A memperbanyak produksi barang X
akan mengakibatkan bertambahnya permintaan tenaga kerja,
sebaliknya makin berkurangnya produksi barang Y berarti makin sedikit
permintaan akan kapital. Hal ini cenderung menurunkan upah tenaga
kerja dan menaikkan harga kapital.

Sebelum adanya
perdagangan, upah dan harga
kapital di negara A adlh S1 dan R1
dng kurva penawaran-permintaan S
dan D1...sdang di negara B adlh S1
dan R1 dng kurva penawaran-
permintaan S dan D1. Upah di
negara A lbih rendah dan harga
kapital lbih tinggi dari pada di
negara B. Lihat gambar 12
Setelah kedua negara tsb
mengadakan perdagangan
produksi barang X (labour
intensive product) bertambah
dan barang Y berkurang.
Konsekuensinya, bagi negara
A permintaan TK bertambah
dan permintaan kapital
berkurang.

Slanjutnya dng berkurangnya permintaan kapital, maka


kurva permintaan akan kapital bergeser ke D2 shgga harga kapital
turun menjadi R2 dan jml kapital yg digunakan adalah C1. Negara
B yg yg memiliki lebih banyak faktor produksi kapital, dng makin
banyaknya produksi barang Y, permintaan akan kapital bertambah
shgga harga kapital cenderung naik. Sbaliknya makin sdikitnya
produksi barang X, permintaan akan TK berkurang shgga
harga/upah TK turun.
Sebelum adanya perdagangan, upah lebih tinggi di
negara B tetapi harga kapital lebih tinggi di negara A.
Dengan adanya perdagangan, tendensi upah dan harga
kapital akan sama di kedua negara tsb.
3. Teori Permintaan dan Penawaran.
Pada prinsipnya, perdagangan antara 2 negara itu
timbul karena adanya perbedaan dalam permintaan
maupun penawaran. Permintaan ini berbeda, misal
karena perbedaan pendapatan dan selera. Perbedaan
penawaran misal dikarenakan perbedaan didalam jumlah
dan kualitas faktor produksi, tingkat teknologi dan
eksternalitas.
Secara sderhana dpt
dijelaskan dlm gambar 13
. Anggapan yg digunakan
dlm analisis gambar adalah :
persaingan sempurna, faktor
produksi tetap, kesempatan
kerja penuh, tdk ada perubh
teknologi, produksi dng ongkos
menaik/increasing cost, tdk
ada pemindahan kapital.

Sebelum terjadinya perdagangan, harga wool di Australia


adalah Pa, dimana kurva penawaran berpotongan dng kurva
permintaan...sdg harga wool di Inggris adalah Pe. Harga di Inggris lbih
tinggi daripada di Australia. Jika produksi dng konstan cost, maka
Australia dpt menjual Woolnya dlm jumlah yg tdk terbatas pd harga
Pa, sedangkan Inggris tdk dpt menjual Wool satu unitpun pd harga yg
lebih rendah daripada Pe.
Jadi dng berdagang, kalau keadaannya itu kostan cost maka
akan terjadi spesialisasi. Wool hanya akan dihasilkan di
Australia, dan Inggris akan mengimpor sejumlah wool pada
harga Pa.
Tetapi apabila produksi dng increasing cost, maka
produksi di Australia akan naik unt memenuhi permintaan dari
Inggris. Kenaikan produksi ini akan mengakibatkan kenaikan
ongkos per unit sehingga harga akan naik. Sebaliknya bagi
Inggris, produksi akan turun krn sebagian wool akan diimpor
dari Australia, sehingga harga akan turun. Proses penyesuaian
ini akan berjalan terus sampai jumlah yg diekspor oleh
Australia (AB) sama dng jumlah yg diimpor oleh Inggris (FG)
dan harga yg terjadi adalah P.
Apabila faktor ongkos angkut dipertimbangkan,
akan menyebabkan harga yg akan terjadi di kedua
negara tsb tdk sama, perbedaannya adalah sebesar
ongkos angkut tersebut.

Pembebanan ongkos angkut sebesar PaPe akan


menyebabkan volume perdagangan menjadi lebih kecil
yakni ekspor Wool Australia (A’B’) sama dng impor oleh
Inggris (F’G’). Jadi dpt disimpulkan bahwa ongkos
angkut akan menyebabkan harga tidak sama di kedua
negara dan volume perdagangan menjadi semakin
kecil.
4. Kurva Kemungkinan Produksi dan Indifference
(Production Possibilities and Indifference Curve)
Production Possibilities Curve (PPC) adalah kurva yg
menunjukkan berbagai kombinasi output yg dapat
dihasilkan dng sejumlah tertentu faktor produksi yang
dikerjakan dengan sepenuhnya (full employment).
Bentuk daripada kurva ini bergantung kepada
anggapan tentang ongkos alternatip (opportunity cost)
yg digunakan.
a. Costant cost.
Keadaan constant cost dapat dijelaskan dengan
tabel berikut :
Tabel 2.5 : Alternatip kombinasi barang N dan T yg dapat
dihasilkan dng sejumlah tertentu faktor produksi
Kombinasi N T Marginal rate of
transformation

a 40 0 -
b 32 1 8/1
c 24 2 8/1
d 16 3 8/1
e 8 4 8/1
f 0 5 8/1

Setiap tambahan 1 unit T, pengorbanan barang N (barang N tidak


diprodusir lagi) adlh tetap, yakni 8. sejumlah ttntu faktor produksi yg
dpt menghasilkan 8 unit N harus dialihkan untuk menambahkan
produksi T sebesar 1 unit
Ini berarti Marginal Rate of Transformation-nya 8. Constant Cost
berarti Marginal Rate of Transformation-nya tetap, sbg akibat
bahwa efisiensi faktor produksi tsb sama baiknya untuk
produksi barang N maupun T. Dari tabel 1 tsb kemudian dapat
digambarkan secara grafis sbg berikut

(Gambar 14 Kurva
Kemungkinan Produksi/Negara
W).
Lereng kurva kemungkinan
produksi adalah Marginal Rate of
Transformation, yakni sebesar
8/1. Selama Marginal Rate of
Transformation tetap, maka kurva
kemungkinan produksi-nya
berupa garis lurus.
Dalam keadaan constant cost, dpt juga terjadi pertukaran
antara 2 negara, asal masing2 negara memiliki marginal rate of
transformation yg berbeda. Misal negara Z memiliki Marginal
Rate of Transformation unt barang N dan T sebesar 1/1, maka
pertukaran antara negara W dan Z dapat dijelaskan dalam
gambar sebagai berikut :

Gambar 15 Pertukaran Dalam


Konstant cost.....Misal negara W
menetapkan harus memiliki 4 unit T,
maka faktor produksi selebihnya
dapat digunakan untuk menghasilkan
N sebanyak 8 unit (pd titik e). Dlm
pertukaran, negara W akan
berspesialisasi pd barang N dan dpt
menghasilkan sebanyak 40 unit.
Seandainya harga dlm pertukaran tsb 6N = 1T, maka
unt memperoleh 4T negara W cukup menukarkan 24N
shingga sisanya yg dpt dimiliki adlh 16N. Jadi dengan
pertukaran, negara W dpt mempunyai 4T dan 16N (titik j),
sedangkan tanpa pertukaran hanya memiliki 4T dan 8N.
Disini terlihat kalau negara W untung 8 N dari pertukaran
tersebut.
b. Increasing Cost
Dalam Increasing Cost, setiap tambahan 1 unit barang
T, pengorbanan W selalu bertambah besar. Keadaan tsb dpt
dilihat dalam tabel berikut (Alternatip Kombinasi Barang N
dan T Yg Dapat Dihasilkan Dengan Sejumlah Tertentu
Faktor Produksi).
Tabel 2.6 : Alternatip kombinasi barang N dan T yg dapat
dihasilkan dng sejumlah tertentu faktor produksi

Kombinasi N T Marginal Rate of


Transformation
a 40 0 -
b 36 1 4/1
c 30 2 6/1
d 20 3 10/1
e 0 4 20/1

Tabel tsb kemudian dapat digambarkan dng suatu kurva


sebagaimana dalam Gambar 16 berikut :
Lereng kurva tsb adalah Marginal
Rate of Transformation yg dlm hal
ini smakin besar dng semakin
banyaknya barang T yg dihasilkan.
Dari berbagai kombinasi tersebut
mana yg akan dipilih tergantung
dari harga barang2 tsb di pasar.

Misal harga N adalah 25Rp dan T adalah 50Rp maka


kombinasi yg dipilihnya adalah 40N dan 0T, dimana
kombinasi ini memberikan pendapatan yg paling besar.
Tetapi bila harga N 25Rp dan harga T 800Rp maka kombinasi
yg dipilih adlh 0N dan 4T dimana kombinasi ini memberikan
pendapatan yg paling besar.
Secara grafis, harga ini dapat
digambarkan dengan sebuah garis
harga (price line). Dengan
menggabungkan garis harga
dengan kurva PPC, dapat
ditentukan kombinasi yg dipilihnya,
yakni kombinasi dimana garis
harga tersebut menyinggung PPC
dan dapat ditunjukkan sebagaimana
dalam Gambar 17 berikut :

Titik D menunjukkan kombinasi yg akan dipilihnya, yakni


barang N sebanyak n1 dan T sebanyak t1.
Untuk analisis selanjutnya, selalu dipakai PPC dng
keadaan Increasing Cost krn keadaan ini lebih mendekati
realita. Bersama dng penggunaan Indefference Curve/IC dpt
digunakan unt menjelaskan tentang terjadinya perdagangan
internasional.
Perdagangan internasional dapat timbul apabila
antara 2 negara memiliki :
- PPC yg sama dan IC berbeda,
- PPC yg berbeda dan IC sama,
- PPC dan IC berbeda.
Prinsip ketiga keadaan ini sama saja, disini hanya
dijelaskan salah satu diantaranya, yakni PPC sama dan
IC berbeda. Perbedaan IC disebabkan oleh perbedaan
dalam pendapatan, rasa atau preferensi/selera,
sedang PPC yang sama menunjukkan kesamaan dalam
penggunaan faktor produksi serta teknik produksi. Hal
ini dpt dijelaskan dalam Gambar 18 berikut :
Gambar 18.
Indifference Curve (IC) negara Z
lebih mendekati sumbu vertikal N,
menunjukkan bahwa penduduk
negara Z lebih suka pada barang N.
Sebaliknya penduduk negara W
lebih menyukai barang T, maka IC-
nya digambarkan lebih mendekati
sumbu horisontal/T.
Perbedaan preferensi ini menimbulkan perbedaan dalam
permintaan akan barang2 tsb. Negara Z menghargai barang N lebih
tinggi dari pada T, shingga sebelum berdagang harga N relatip lebih
tinggi di negara Z drpd di negara W. Pada garis harga pz, jumlah N dan
T yg dikonsumsi dan diproduksi adalah nz1 dan tz1. Garis harga di
negara W adlh pw. Jumlah N dan T yg dikonsumsi dan diproduksi
adalah nw1 dan tw1.
Dng terjadinya perdagangan
antara negara Z dan W,
terjadilah perubahan harga di
masing2 negara. Harga
Internasional yg akan terjadi
adlh PI dimana ekspor suatu
negara sm dng yg diimpor oleh
negara lain.
Karena PPC sama di kedua negara, maka jumlah barang N
dan T yg diproduksi adlh sama, yakni n2 dan t2. Kombinasi
konsumsi yg baru bagi negara W adlh n3 dan t3 pada IC yg lebih
tinggi (Iw4). Produksi barang N melebihi konsumsinya yakni nw3
nw1. Kelebihan ini merupakan ekspornya. Sebaliknya konsumsi
barang T melebihi produksinya yakni sebesar tw3 t2, yg
merupakan impornya.
Di Negara Z, garis PI
menyinggung IC/Iz4 yg
menunjukkan bahwa jumlah
N dan T yg dikonsumsi adalah
nz3 tz3. Konsumsi barang N
melebihi produksinya yakni
nz3 n2, yg jumlah ini
merupakan impornya.
Produksi barang T melebihi
konsumsinya yakni tz3 t2, yg
jumlah ini merupakan Keuntungan
ekspornya. Pada harga perdagangan (gains from
internasional PI, ekspor trade) adlh bhw masing2
negara Z sm dengan impor negara dpt mencapai
negara W dan ekspor negara indifference curve yg lebih
W sama dngan impor negara tinggi, menggambarkan
Z (tz3 t2 = tw3 t2 dan nw3 n2 tingkat kepuasan yg lebih
= nz3 n2). tinggi.
5. OFFER CURVE
Alat analisa Offer Curve dikemukakan oleh James
Meade, seorang ahli ekonomi dari Inggris. Analisis ini untuk
menjelaskan terjadinya keseimbangan harga internasional.
Namun sebelumnya, terlebih dahulu perlu memahami apa
yg dimaksud dng Trade Indifference Curve.
Penjelasan tentang konsep Trade Indifference Curve
menggunakan asumsi :
- Terdapat 2 negara (relatip sama basarnya),
- Mempunyai faktor produksi tenaga dan modal yg
digunakan untuk menghasilkan kedua macam barang
(digambarkan dng Production Possibility Curve). Kepuasan
(welfare) masyarakat diwujudkan dng Indifference Curve
(community indifference cost curves).
Analisisnya dimulai dng penurunan trade and offer
curves unt negara B, kemudian dng proses yg sama
dilakukan unt negara A. Akhirnya kedua offer curve
digabungkan guna menentukan harga serta volume
perdagangan dalam keadaan keseimbangan.

- Trade Indifference Curve


Gambar 19 berikut
menjelaskan cara penurunan
trade indifference curve.
Berbagai kombinasi barang
X dan Y yg dihasilkan oleh
negara B ditunjukkan oleh PPC
OML (digambarkan tdk spt
biasanya, yakni menghadap ke
kiri atas).
Demikian juga
Indifference Curve II’
digambarkan pada bidang
quadrant yg sama. Titik C
merupakan posisi
keseimbangan negara B
sebelum terjadinya
perdagangan internasional .

Kemudian Production Possibility Curve/PPC digeser2 keatas


dan kebawah dng sumbu horizontal sejajar dng sumbu OX dan sumbu
vertikal sejajar dng sumbu OY. Hasilnya, titik pangkal O
menghubungkan garis TITI’ yg kemudian disebut Trade Indifference
Curve, sebab garis ini menunjukkan tingkat kepuasan yg sama bagi
negara B sebelum dan sesudah mengadakan perdagangan
sinternasional.
Penjelasan lebih lanjut, kita
bandingkan titik C dng C1 yg
terletak pada garis IC II’. Titik C
merupakan titik keseimbangan yg
berpangkal pada O, sedangkan titik
C1 berpangkal pada O1. Pada titik
C1 ini, negara B menghasilkan
barang X sbanyak C1 a dan hanya
mengkonsumsi X sebanyak C1 b,
sehingga dpt mengekspor sebanyak
b a.

Untuk barang Y, negara B menghasilkan sbanyak C1 d,


mengkonsumsi sebanyak C1 e, shingga impornya sebesar d e. Dng
dmikian negara B menukarkan barang X sbanyak b a dng Y
sebanyak e d. Dng berdagang, negara B tetap pada posisi
Indifference Curve yg sama dng sebelum berdagang. Titik O, O1
dan O2 terletak pada Trade Indifference Curve TITI’.
Dengan
menggeser-geser PPC
kekiri atau kekanan
bawah ,dpt diperoleh
sekumpulan trade
indifference curve spt
terlihat dalam
Gambar 20 berikut :

- OfferCurve
Over curve dapat diperoleh dng menggunakan trade
indifference curve sbgmana diatas dilengkapi dng garis
harga. Gambar berikut menjelaskan cara memperoleh offer
curve.
Garis OW1, OW2 dan
seterusnya menggambarkan
harga relatip dari barang X
dan Y, atau sering disebut
dng terms of trade. Makin
tegak garis ini, berarti harga
barang X semakin tinggi.

Titik O, D, E dan F merupakan titik singgung antara


garis harga dng trade indifference curve. Garis OB yg
menghubungkan titik2 tsb disebut offer curve,
menunjukkan kesediaan negara B unt menukar barang X
dan Y pada berbagai kemungkinan harga. Misal pada
harga OW4, negara B bersedia menukarkan X sebanyak
OX4 dengan Y sebanyak OY4.
Kesejahteraan
negara B makin
bertambah bila
letaknya kian jauh dari
O pd offer curves tsb.
Pada harga X yg
rendah (garis OW kian
datar), negara B hanya
memperoleh barang Y
dalam jumlah kecil,
shingga volume
Bahkan kalau harganya
perdagangan mengecil.
dibawah OW1, negara B tdk
Konsekuensinya
mendapatkan keuntungan.
keuntungan dari
Offer curvenya tdk ada pada
perdagangan juga harga dibawah OW1.
makin kecil.
Offer curve seperti halnya kurva permintaan,
menunjukkan berapa jumlah suatu barang yg ingin
ditukarkan dng barang lain pada harga tertentu. Harga
keseimbangan ditentukan oleh perpotongan antara
permintaan dan penawaran. Dalam hal ini penawarannya
adalah offer curve dari negara lain (negara A).
Offer curve negara A dpt diperoleh dng
menggunakan cara yg sama dng negara B. Agar offer
curve negara A dpt disatukan (dlm satu diagram dng
negara B), maka PPC negara A diletakkan berbalikan dng
negara B sehingga diperoleh offer curve yg berkaitan.
Keseimbangan Dalam
Perdagangan
Dng menggunakan
kedua offer curve tsb, dpt
ditentukan volume
perdagangan serta harga
dlm keseimbangan, yakni
pada titik potong kedua
kurva tsb. lihat Gambar

Titik E merupakan titik kseimbangan. Ekspor barang Y sebesar


Ye sm dng impor barang Y oleh negara A sebesar Ye dan impor barang
X oleh negara B sbesar Xe sm dng ekspor barang X oleh negara B
sebesar Xe. Keseimbangan dalam perdagangan ditunjukkan oleh garis
harga OT melalui titik E dimana barang X sebanyak Xe ditukarkan dng
barang Y sebanyak Ye.
Secara lebih
terinci, keseimbangan
perdagangan
tersebut dapat
dilihat/dijelaskan dlm
Gambar sbb :

Pada harga P1, negara A bersedia menukarkan X


sebanyak X nB2 unt ditukarkan dng Y sbanyak O tA1.
Sedangkan negara B bersedia menukarkan Y sebanyak Y tB1
untuk X sbanyak O nB1. Dlm hal ini (pd hrga P1), kesediaan
menukarkan barang X oleh negara A lebih kecil drpd
kesediaan menerima oleh negara B shingga disini ada
kelebihan permintaan barang X dng tendensi harga X akan
naik.
Sebaliknya untuk barang Y,
ksediaan menukarkan oleh B lebih Harga akan
besar drpd kesediaan menerima merupakan harga
oleh negara A hingga ada equilibrium bila garis
kelebihan penawaran barang Y harga tsb melalui titik
dng tendensi harga Y akan turun. potong kedua offer curve
Naiknya harga X dan turunnya
harga Y menyebabkan garis P1
tsb. Dapat dimaknai
bergeser keatas. bahwa ekspor suatu
negara sama dng impor
negara lain atau dng kata
lain kesediaan
menukarkan/menawarka
n sesuatu barang oleh
suatu negara sama
dengan kesediaan
menerima barang tsb
oleh negara lain.
BAB V
KEBIJAKAN EKONOMI INTERNASIONAL
A. Definisi
Dalam arti luas, kebijakan ekonomi internasional
adalah tindakan/kebijakan ekonomi pemerintah yang
secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi komposisi, arah serta bentuk dari
perdagangan dan pembayaran internasional.
Kebijakan ini tdk hanya berupa tarif, quota dan
sebagainya, tetapi juga meliputi kebijakan pemerintah
di dalam negeri yg secara tidak langsung mempunyai
pengaruh terhadap perdagangan serta pembayaran
internasional seperti misal kebijaksanaan moneter dan
fiskal.
Sedangkan definisi dalam arti sempit,
kebijakan ekonomi internasional adalah
tindakan/kebijakan ekonomi pemerintah yang
secara langsung mempengaruhi perdagangan
dan pembayaran internasional.
B. Instrumen Kebijakan Ekonomi Internasional
Instrumen ini meliputi :
1. Kebijakan perdagangan internasional
2. Kebijakan pembayaran internasional
3. Kebijakan bantuan luar negeri
Kebijakan Perdagangan Internasional mencakup
tindakan pemerintah terhadap rekening yg sedang berjalan
(current account) dari neraca perdagangan internasional
khususnya tentang ekspor dan impor barang/ jasa. Jenis
kebijakan seperti ini misal : tarif terhadap impor, bilateral
trade agreement, state trading dsb.
Kebijakan Pembayaran Internasional meliputi
tindakan/kebijakan pemerintah terhadap rekening modal
(capital account) dlm Neraca Pembayaran Internasional
yang berupa pengawasan terhadap pembayaran
internasional. Dapat dilakukan misal dng pengawasan
terhadap lalulintas devisa/exchange controll, atau
pengaturan/pengawasan lalulintas modal jangka panjang.
Kebijaksanaan Bantuan Luar Negeri adalah
tindakan/kebijakan pemerintah yang berhubungan
dengan bantuan (grants), pinjaman (loans), bantuan yang
bertujuan untuk rehabilitasi serta pembangunan dan
bantuan militer terhadap negara lain.
C. Tujuan Kebijakan Ekonomi Internasional
Secara umum tujuan kebijakan ekonomi
internasional sebagai berikut :
1. Autarki. Tujuan ini sebenarnya bertentangan dng
prinsip perdagangan internasional. Tujuan autarki
bermaksud menghindarkan dari pengaruh-pengaruh
negara lain baik pengaruh ekonomi, politik atau
militer.
2. Kesejahteraan (welfare). Dengan mengadakan
perdagangan internasional, suatu negara akan
memperoleh keuntungan dari adanya spesialisasi.
Untuk mendorong perdagangan internasional,
maka halangan dalam perdagangan internasional
seperti tarif, quota dll harus dihilangkan, atau
paling tidak dikurangi. Hal ini berarti harus ada
perdagangan bebas.
3. Proteksi. Bertujuan melindungi industri dalam
negeri dari persaingan barang impor. Hal ini dpt
dijalankan misal dengan menerapkan tarif, quota
dll.
4. Keseimbangan neraca pembayaran. Bila suatu negara
mempunyai kelebihan cadangan valuta asing, maka
kebijakan pemerintah untuk mengadakan stabilisasi
ekonomi dalam negeri tdk akan banyak menimbulkan
problem dalam neraca perdagangan internasionalnya.
Tetapi sangat sedikit negara yg mempunyai posisi demikian
terutama negara-negara yg sedang berkembang yg posisi
cadangan valuta asingnya lemah, sehingga memaksa
pemerintah negara-negara tsb mengambil kebijakan
ekonomi internasional guna menyeimbangkan neraca
pembayaran internasionalnya. Kebijkan ini umumnya
berbentuk pengawasan devisa (exchange controll) yg tdk
hanya mengatur/mengawasi laulintas barang, tetapi juga
modal.
5. Pembangunan ekonomi. Kebijakan yang ditempuh
oleh Pemerintah misalnya memberikan perlindungan
terhadap industri dalam negeri dan mengurangi
impor barang konsumsi yang non essensial serta
mendorong/ menumbuhkembangkan ekspor.

D.Macam-macam Restriksi dalam Perdagangan


Internasional
1. Tarif
Tarif adalah pembebanan pajak atau custom duties
terhadap barang-barang yang melewati batas suatu
negara.
a. Penggolongan Tarif
1). Bea Ekspor (Export Duties) adalah pajak/bea yg
dikenakan terhadap barang yang diangkut menuju ke
negara lain. Pajak ini dikenakan untuk barang-barang
yang keluar dari custom area suatu negara yang
memungut pajak. Custom area adalah daerah dimana
barang-barang bebas bergerak dengan tidak dikenai
bea pabean.
2). Bea Transito (transit duties). Adalah pajak/bea yang
dikenakan terhadap barang-barang yang melalui
wilayah suatu negara dengan ketentuan bahwa barang
tersebut sebagai tujuan akhirnya adalah negara lain.
3). Bea Impor (impor duties). Adalah pajak/bea yg
dikenakan terhadap barang-barang yg masuk dalam
custom area suatu negara dengan ketentuan bahwa
negara tersebut sebagai tujuan terakhir.
b. Tarif Menurut Jenisnya
1). Ad Valorem duties, yakni bea pabean yg tingginya
dinyatakan dalam prosentase dari nilai barang yg
dikenakan.
2). Specific Duties, yakni bea pabean yg tingginya
dinyatakan untuk tiap ukuran fisik drpd barang.
3). Specific Ad Valorem atau Compound Duties,
merupakan kombinasi antara specific dan ad valorem.
Misal barang tsb dikenakan 10% tarif ad valorem
ditambah 20Rp/unit.
c. Sistem Tarif
1). Single-Column Tariffs, yaitu sistem dimana unt
masing2 barang hanya mempunyai satu macam tarif.
Biasanya sifatnya autonomous tariffs (tarif yg
tingginya ditentukan sendiri oleh sesuatu negara
tanpa persetujuan dengan negara lain). Kalau
tingginya tarif ditentukan dengan perjanjian dengan
negara lain disebut confentional tariffs.
2). Double-Colomn Tariffs, yaitu sistem dimana untuk
setiap barangmempunyai 2 (dua) tarif. Bila kedua tarif
tersebut ditentukan sendiri dengan Undang Undang,
namanya “bentuk maksimum dan minimum”.
Jika tarip maksimum sebagai normal duties, maka tarip
minimumnya digunakan untuk barang dari negara2
tertentu yg mengadakan perjanjian tarip dng negara
ttersebut. Tetapi apabila tarip minimum sebagai normal
duties, maka tarip maksimum digunakan untuk membalas
tindakan negara lain yg membebankan tarif barang yg
lebih tinggi.
3). Triple-Column Tariffs. Biasanya sistem ini digunakan oleh
negara penjajah dan sistem ini sbenarnya hanya
perluasan daripada double-column tariffs yakni dng
menambah satu macam tariff preference untuk negara-
negara bekas jajahan atau afiliasi politiknya. Sistem ini
sering disebut dng nama “preferential system”.
d. Efek Tarif
Pembebanan tarif terhadap sesuatu barang dapat
mempunyai efek terhadap perekonomian suatu
negara, khususnya terhadap pasar barang tersebut.
Beberapa macam efek tarif tsb adalah :
- efek terhadap harga (price effect),
- efek terhadap konsumsi (consumption effect),
- efek thd produk (protective/import substitution
effect).
- efek thd redistribusi pendapatan (redistribution
effect).
Efek tersebut secara grafis sebagaimana dlm
gambar berikut (lihat gambar).
Anggapan analisis dari gambar P ini
adalah :
- constant opportunity cost produksi,
- tak ada tarif terhadap bahan
mentah.
- Constant opportunity cost berarti
produsen luar negeri mau menerima
harga yang tetap berapapun jumlah
yang akan diminta oleh konsumen di
dalam negeri. s

Sebelum pembebanan tarif, OP merupakan harga konstan yg


ditetapkan produsen di luar negeri, sehingga produsen di dalam
negeripun harus menjual pada harga yg sama sbg akibat dari
persaingan dng produsen luar negeri. Produksi di dalam negeri
adalah OQ1 dan konsumsinya O Q0 sehingga Q1 Q0 adalah
impornya.
Thdp impor (Q1 Q0), negara A
kemudian membebankan tarif
sebesar P PT, maka efeknya
adalah :
- harga barang tsb didalam
negeri naik dari OP menjadi O
PT (price effect),

- adanya pendapatan yg
- jumlah barang yg diminta diterima pemerintah dr tarif tsb
berkurang dari O Q0 menjadi sebesar b c d e (revenue effect),
O Q2 (consumption effect), - adanya ekstra pendapatan yg
- produksi didalam negeri naik dibayarkan konsumen didalam
dari OQ1 menjadi O Q3 negeri kpd produsen didalam
(protective/import negeri sebesar P PT a b
substitution effects), (redistribution effect).
Bagi konsumen, tarif ini Adanya tarif menyebabkan impor
merugikan sebab harus berkurang dari Q1 Q0 menjadi Q3
membayar harga yg Q2. Pembebanan tarif ini tdk dapat
lebih tinggi. Kerugian ini menaikkan harga lebih tinggi dari
sebagian diimbangi O PT’ yaitu harga keseimbangan
dengan adanya tanpa adanya tarif perdagangan
pendapatan pemerintah internasional.
sebesar BCDE dan ekstra
pendapatan yang
diterima oleh produsen
dalam negeri sebesar P
PT b a. Sehingga
kerugian netto
masyarakat akibat tarif
tersebut adalah sebesar
a b e dan c d f.
Dalam keadaan increasing cost production, dng turunnya impor
maka produksi di luar negeri turun sehingga ongkos per unit juga
turun. Tarif akan menyebabkan harga di dalam negeri lebih
tinggi daripada harga di luar negeri sebesar tarif, tetapi harga ini
tdk setinggi harga luar negeri sebelum dikenakan tarif dng
sejumlah yg sama.
Secara grafis dapat dijelaskan dalam Gambar sbb :

Gambar (a) adalah


kurva penawaran
produsen luar negeri
dlm keadaan increasing
cost (Sf), sedang gambar
(b) adalah kurva
penawaran produsen
dalam negeri (Sd) dan
kurva permintaan (D).
Kurva penawaran total
adlh penjumlahan
daripada penawaran luar
negeri dng penawaran di
dalam negeri (Sf+d).
Harga equilibrium
sebelum tarif (free trade
equilibrium price) adalah
OP1 dan impornya
sebesar Q1 Q2 (=OX1).

Pembebanan tarif berarti pajak bagi setiap unit barang impor,


sehingga kurva penawaran luar negeri bergeser keatas menjadi
Sf’ dan Sd sekarang adlh S’f+d. Harga equilibrium yg baru
adalah OP2, impor turun menjadi Q3Q4 (=OX2) dan harga
barang bagi produsen luar negeri adalah OP2-t.
e. Alasan Pembebanan Tarif.
Ada beberapa alasan pembebanan tarip baik yg secara
ekonomis dpt dipertanggung jawabkan, misal unt mencapai
kenaikan penghasilan riil maupun yg scr ekonomis tidak dapat
dipertanggung jawabkan.
1). Yg secara ekonomis dapat dipertanggung jawabkan
diantaranya adalah :
- Memperbaiki Dasar Tukar (Terms of Trade).
Suatu negara dpt mempengaruhi dasar pertukaran
antara ekspor dan impornya melalui pembebanan
tarif. Pembebanan tarif ini akan berhasil
memperbaiki terms of trade apabila negara itu
mempunyai kedudukan monopoli dalam
perdagangan.
- Infant Industri.
Industri-industri yg sedang tumbuh perlu
mendapat perlindungan terhadap industri-industri
luar negeri yg lebih besar dan maju. Pada
umumnya industri-industri yg sedang tumbuh ini
efisiensinya belum tinggi dan belum menikmati
adanya economic scale. Oleh karena itu,
pembebanan tarif barang luar negeri dapat
memberikan perlindungan terhadap industri dalam
negeri yg sedang tumbuh. Perlindungan ini sifatnya
hanya sementara saja, dan setelah industri-industri
dalam negeri kuat, maka tarif dihapuskan.
- Diversifikasi.
Alasan ini sangat erat dengan alasan infant
industri, tetapi lebih dititik beratkan pada negara yg
hanya menghasilkan satu atau beberapa macam
barang saja. Negara semacam ini akan mengalami
kesulitan bila barang-barang hasil produksinya di
pasaran dunia goncang. Dengan pembebanan tarif,
industri dalam negeri dapat berkembang sehingga
dapat memperbanyak jumlah serta jenis barang yg
dihasilkan. Makin banyak jenis barang yang
dihasilkan, ekonomi negara itu akan semakin stabil
karena penurunan harga suatu jenis produk akan
diimbangi dengan kenaikan harga barang lain.
- Employment.
Pembebanan tarip akan mengakibatkan turunnya
impor dan menaikkan produksi dalam negeri. Kenaikan
produksi ini berarti pula kenaikan kesempatan kerja.
Dalam hal ini, kebijakan pembebanan tarif dapat
digunakan untuk memperluas kesempatan kerja.
- Anti Dumping.
Dumping berarti menjual barang diluar negeri jauh
lebih murah daripada menjual didalam negeri. Ini tidak
berarti harga yg murah tersebut dibawah harga pokok.
Negara yg menjalankan politik dumping pada
umumnya bermaksud untuk menguasai pasar.
Untuk mencegah politik yg demikian, suatu negara dapat
membebankan tarif terhadap barang yg berasal dari negara
yg menjalankan politik dumping supaya tidak terkena akibat
jelek dari politik tersebut.
2). Yg scr ekonomis tdk dapat dipertanggungjawabkan.
- To Keep Money At Home.
Alasan ini mengemuka, apabila penduduk suatu negara
membeli barang dr luar negeri, maka negara tersebut
memperoleh barang dan negara lain memperoleh uang.
Namun bila membeli barang produksi dalam negeri,
maka uang tersebut tidak lari keluar negeri. Jadi dengan
pembebanan tarif impor, impor akan berkurang sehigga
akan mencegah larinya uang ke LN.
- The Low-Wage.
Negara yg tingkat upahnya tinggi tdk akan mengadakan
hubungan dng negara yg tingkat upahnya rendah tanpa
menanggung resiko akan turunnya tingkat upah. Turunnya
tingkat upah berarti turunnya standard hidup, oleh krn itu
untuk melindungi tenaga kerja yg upahnya tinggi dari
persaingan para pekerja yg upahnya rendah, maka negara yg
tingkat upahnya tinggi tersebut perlu membebankan tarif bagi
barang yg berasal dari negara yg tingkat upahnya rendah.

- Home Market.
Alasan ini menyatakan bahwa produsen dalam negeri
mempunyai hak terhadap pasar dalam negeri.
Tarif mengakibatkan turunnya atau hilangnya impor dan diganti dng
produksi dalam negeri. Kenaikan produksi dalam negeri berarti
tambahnya kesempatan kerja yang akhirnya berarti pula
peningkatan kegiatan ekonomi.

2. Quota dan Subsidi


Quota adalah pembatasan jumlah pisik terhadap barang yg
masuk (quota impor) dan keluar (quota ekspor).

a. Quota Impor
1). Absolute/Unilateral Quota adalah quota yg besar kecilnya
ditentukan sendiri oleh suatu negara tanpa persetujuan
negara lain (menimbulkan tindakan balasan dari negara lain).
2).Negotiated/Bilateral Quota adalah quota yang
besar-kecilnya ditentukan berdasarkan perjanjian
antara 2 negara atau lebih.
3). Tarif Quota adalah gabungan antara Tarif dan
Quota. Untuk sejumlah tertentu barang diijinkan
masuk (impor) dng tarif tertentu, tambahan impor
masih diijinkan tapi dikenakan tarif yang lebih tinggi.
4). Mixing Quota adlh membatasi penggunaan bahan
mentah yang diimpor dalam proporsi tertentu
dalam produksi barang akhir. Pembatasan ini untuk
mendorong berkembangnya industri dalam negeri.
Subsidi
Bila pemerintah bertujuan menaikkan produksi dalam
negeri atau menurunkan impor, maka dng subsidi lebih baik
dari pada dengan tarif. Konsumen dapat menikmati harga yg
lebih rendah serta tidak kehilangan surplus konsumen.
Subsidi biasanya dibeayai pemerintah dengan kenaikan
pajak, sehingga manfaat subsidi diatas tarif tidak sama
dengan berkurangnya kerugian surplus konsumen dan
produsen. Subsidi secara periodik harus dianggarkan dalam
anggaran belanja pemerintah, oleh karena itu manfaatnya
harus ditinjau setiap tahun sejalan dengan
perkembangan/perubahan keadaan sosial ekonomi.
Sedangkan tarif sangat jarang ditinjau kembali dan dapat
menaikkan penerimaan pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai