Anda di halaman 1dari 29

By : Ns. Clara Nadia, M.

Kep
DEFINISI

• Suatu keadaan dimana kuman


penyakit berhasil menyerang alat-alat
tubuh yang dipergunakan untuk
bernafas yaitu mulai dari hidung, hulu
kerongkongan, tenggorokan, batang
tenggorokan sampai ke paru-paru dan
berlangsung tidak lebih dari 14 hari.
• ISPA sering disalah artikan
sebagai infeksi saluran
pernapasan atas. Yang benar
ISPA merupakan singkatan dari
Infeksi Saluran Pernapasan
Akut.
• ISPA meliputi saluran
pernapasan bagian atas dan
saluran pernapasan bagian
bawah
SISTEM RESPIRASI
ANATOMI TENGGOROKAN
(THROAT ANATOMY)
PARU- PARU
EPIDEMIOLOGI
• Prevalensi ISPA tertinggi pada balita (>35%), sedangkan
terendah pada kelompok umur 15 - 24 tahun.
• Prevalensi cenderung meningkat lagi sesuai dengan
meningkatnya umur.
• Prevalensi antara laki-laki dan perempuan relatif
sama, dan sedikit lebih tinggi di pedesaan.
Prevalensi ISPA cenderung lebih tinggi pada kelompok
dengan pendidikan dan tingkat pengeluaran RT per
kapita lebih rendah.
EPIDEMIOLOGI
• ISPA merupakan penyebab kematian terbesar
baik pada bayi maupun pada anak balita 
survei mortalitas subdit ISPA pada tahun 2005 di
10 provinsi, diketahui bahwa pneumonia
merupakan penyebab kematian bayi terbesar di
Indonesia, yaitu sebesar 22,30% dari seluruh
kematian bayi.
• Survei yang sama juga menunjukkan bahwa
pneumonia merupakan penyebab kematian
terbesar pada anak balita yaitu sebesar 23,60%.
EPIDEMIOLOGI
• Studi mortalitas pada Riskesdas 2007
menunjukkan bahwa proporsi kematian
pada bayi (post neonatal) karena
pneumonia sebesar 23,8% dan pada anak
balita sebesar 15,5%.
EPIDEMIOLOGI
• Empat belas dari 33 provinsi mempunyai
prevalensi di atas angka nasional.
• Kasus pneumonia pada umumnya terdeteksi
berdasarkan diagnosis gejala penyakit, kecuali di
Sumatera Selatan dan Papua.
• Provinsi dengan prevalensi ISPA tinggi juga
menunjukkan prevalensi pneumonia tinggi,
antara lain Nusa Tenggara Timur,Nanggroe
Aceh Darussalam, Papua Barat, Gorontalo, dan
Papua.
EPIDEMIOLOGI
• Rata‐rata cakupan penemuan pneumonia pada balita
tahun 2010 sebesar 23%, yang berarti masih jauh dari
target tahun 2010 yang sebesar 60%. Provinsi dengan
cakupan tertinggi adalah NTB (64,49%), Kalimantan
Selatan (49,60%) dan Jawa Barat (48,65%
• Kasus ISPA pada umumnya terdeteksi berdasarkan
gejala penyakit, kecuali di Sumatera Selatan lebih
banyak didiagnosis oleh tenaga kesehatan.
• Prevalensi pneumonia tahun 2007 di Indonesia adalah
2,1% (rentang: 0,8% - 5,6%).
Klasifikasi ISPA

Bukan
Pneumonia

Pneumonia
• Pneumonia dibagi atas derajat
beratnya penyakit yaitu
Pneumonia berat dan
Pneumonia tidak berat.

• Penyakit batuk pilek seperti


rinitis, faringitis, tonsilitis dan
penyakit jalan napas bagian atas
lainnya digolongkan sebagai
bukan Pneumonia.
Tingkat Keparahan
ISPA RINGAN

• Batuk
• Pilek
• Demam
ISPA SEDANG

• Batuk
• Pilek
• Demam
• Pernafasan cepat
• Keluar cairan dari telinga
• campak
ISPA BERAT
• Batuk
• Pilek
• Demam
• Pernafasan cepat
• Keluar cairan dari telinga
• Campak
• Penarikan dinding dada
• Kesadaran menurun
• Bibir atau kulit pucat kebiruan
• Suara nafas seperti mengorok
Gejala & Tanda Umum
• Demam
• Sakit kepala
• Nyeri tenggorokan
• Hidung buntu, pilek
• Batuk • Suhu tubuh
• Nafas cepat & dalam meningkat
• Retraksi intercostal
• Gambaran paru
abnormal
• Pemeriksaan darah
abnormal
Cara Penularan
Patogenesis
• ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin,
udara pernapasan yang mengandung kuman yang
terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya
• ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi
pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang
dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak
hygienis.
• Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena
meningkatnya
• kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya
terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan
cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya
pemakaian antibiotik
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Status gizi
d. Status
imunisasi
e. Pemberian
vitamin A
f. Pemberian ASI

a. Pencemaran
udara
b. Tempat tinggal
c. Geografis
d. Lingkungan
e. iklim
f. Kebiasaan
merokok
Pengkajian
Fokus utama pada pengkajian pernafasan
adalah :
1.Pola : cepat/normal
2.Kedalaman : nafas normal, dangkal atau
terlalu dalam
3.Usaha : kontinyu, terputus-putus atau tiba-tiba
berhenti disertai dengan adanya bersin
4.Irama pernafasan : bervariasi tergantung
pada pola dan kedalaman pernafasan
Observasi lainnya adalah terjadinya
infeksi yang biasanya ditandai dengan
peningkatan suhu tubuh, adanya batuk,
suara nafas wheezing.
Bisa juga didapati adanya cyanosis, nyeri
rongga dada dan peningkatan produksi
dari sputum
Diagnosa Keperawatan

1.Ketidakefektifan pola nafas berhubungan


dengan proses inflamasi pada saluran
pernafasan
2.Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
berhubungan dengan obstruksi mekanik dari
jalan nafas oleh sekret, proses inflamasi,
peningkatan produksi sekret
3.Cemas berhubungan dengan penyakit yang
dialami oleh anak, hospitalisasi
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
proses inflamasi pada saluran pernafasan

1.Berikan posisi yang nyaman


2.Ciptakan dan pertahankan jalan nafas yang
bebas
3.Observasi tanda vital, adanya cyanosis
serta pola, kedalaman dalam pernafasan
4.Berikan O2 dan nebulizer sesuai dengan
instruksi dokter
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan obstruksi mekanik dari jalan nafas oleh
sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi
sekret

1.Lakukan penyedotan sekret jika diperlukan


2.Cegah jangan sampai terjadi posisi
hiperextensi pada leher
3.Berikan posisi yang nyaman dan mencegah
terjadinya aspirasi sekret
4.Berikan nebulizer sesuai instruksi dokter
5.Berikan kelembaban udara yang cukup
6.Observasi pengeluaran sekret dan tanda vital
Cemas berhubungan dengan penyakit yang
dialami oleh anak, hospitalisasi

1.Berikan informasi yang jelas kepada keluarga


tentang perawatan dan pengobatan yang
diberikan
2.Jelaskan terapi yang diberikan dan respon
anak terhadap terapi yang diberikan
3.Anjurkan kepada keluarga agar bertanya jika
melihat hal-hal yang kurang jelas
Terima Kasih 

Anda mungkin juga menyukai