Anda di halaman 1dari 41

T A

A
IS
W
U K
D O
R
P AL
A R AL
N T H
A /
G
N I A H
E
P AR
SY
HALAL TREND

J B J F O R P E R A N H O T E L H A L A L - D I S PA R K O TA
MAKASSAR
HALAL TREND

“Halal style sudah menjadi trend global dan memiliki peluang bisnis. Bukan hanya
di ASEAN dan Indonesia, tetapi secara global,” - Dr. H. Sapta Nirwandar - Ketua
Indonesia Halal Lifestyle Center

J B J F O R P E R A N H O T E L H A L A L - D I S PA R K O TA
MAKASSAR
WISATA HALAL ??????
A. EVOLUSI INDUSTRI HALAL
1. Berawal dari sektor makanan dan minuman
kemudian berkembang ke sektor keuangan pada
tahun 1970-an disebabkan booming petrodollar,
yaitu melesatnya bisnis minyak dan gas bumi
khususnya di negara Timur Tengah, sehingga pada
masa tersebut timbul kebutuhan akan tersedianya
jasa Islamic Banking sebagai tempat penyimpanan
uang tanpa bunga dan riba hingga menyebar di
Inggris, Swiss, dan bagian dunia lainnya.
2. Tahun 2000-an industri halal mulai bergerak
ke sektor gaya hidup (lifestyle industry)
termasuk di dalamnya sektor pariwisata,
hospitaliti, rekreasi, perawatan medis,
hingga mode (fashion), kosmetik, dan lain
sebagainya. Hal tersebut dilatarbelakangi
adanya pertumbuhan populasi muslim yang
besar dan peningkatan kemampuan daya
beli mereka yang tinggi.
3. Berdasarkan data dari PEW Research, populasi Muslim
adalah terbesar di dunia yang mencapai angka 1,7 miliar
jiwa, dan menurut Thomson Reuters Global Islamic
Economy Report (2017/2018), konsumsi Muslim adalah
terbesar di dunia di 6 sektor yaitu makanan, pariwisata,
pakaian, farmasi, media/rekreasi, dan kosmetik sebesar US
$ 2 triliun atau 11,9% dari konsumsi masyarakat di dunia
dan angka tersebut di atas konsumsi masyarakat Tiongkok
di 6 sektor tersebut sebesar US $ 1,8 triliun atau 11,3%
dari konsumsi masyarakat di dunia.
4. Tercatat sedikitnya 1,2 miliar Muslim adalah pelanggan
seluler dengan demografi 60% berusia di bawah 30 tahun
yang merupakan usia produktif dan konsumtif pada saat
yang bersamaan. Berdasarkan data tersebut, dapat
diketahui bahwa Global Halal Market adalah High
Growth Market dan bukan lagi sebagai ceruk pasar,
melainkan menjadi salah satu pasar utama.
5. Sejalan dengan Booming Global Halal Market, Industri
Pariwisata Dunia beberapa dekade terakhir ini
mengalami perkembangan yang fenomenal.
KONSEP PARIWISATA HALAL
1. PROSES PENGINTEGRASIAN NILAI-NILAI KEISLAMAN KE DALAM
SELURUH ASPEK KEGIATAN WISATA. NILAI SYARIAT ISLAM SEBAGAI
SUATU KEPERCAYAAN DAN KEYAKINAN YANG DIANUT UMAT
MUSLIM MENJADI ACUAN DASAR DALAM MEMBANGUN KEGIATAN
PARIWISATA. PARIWISATA HALAL MEMPERTIMBANGKAN NILAI-NILAI
DASAR UMAT MUSLIM DI DALAM PENYAJIANNYA MULAI DARI
AKOMODASI, RESTORAN, HINGGA AKTIFITAS WISATA YANG SELALU
MENGACU KEPADA NORMA-NORMA KEISLAMAN (Tourism Review,
2013)
2. Konsep Pariwisata Halal merupakan
aktualisasi dari konsep keislaman dimana
nilai halal dan haram menjadi tolak ukur
utama, hal ini berarti seluruh aspek
kegiatan wisata tidak terlepas dari
sertifikasi halal yang harus menjadi acuan
bagi setiap pelaku pariwisata (Chookaew,
2015)
3. Konsep Pariwisata Halal dapat juga diartikan sebagai kegiatan wisata yang berlandaskan
ibadah dan dakwah disaat wisatawan muslim dapat berwisata serta mengagungi hasil
penciptaan Allah SWT (tafakur alam) dengan tetap menjalankan kewajiban sholat
sebanyak lima kali dalam satu hari dan semua ini terafiliasi dengan baik serta menjauhi
segala yang dilarang olehNya (Kamarudin, 2013).
KESIMPULAN
1.
D I
A L
A L
H
T A
S A
I IA
IW ES
A R N
P DO
IN
B. PARIWISATA HALAL DI INDONESIA
1. Bagi Indonesia Pariwisata merupakan
penyumbang PDB, Devisa dan Lapangan Kerja
yang paling mudah dan murah. Selain itu menurut
SICTA-WTO (Standard International
Classification of Tourism Activities-World Trade
Organization), Pariwisata memberikan dampak
ekonomi yang besar mencakup 185 kegiatan usaha
yang sebagian besar dalam jangkauan UKM.
2. Dalam era Kabinet Kerja di bawah
pimpinan Presiden Joko Widodo, yang telah
menetapkan pariwisata sebagai leading
sector pengembangan ekonomi di
Indonesia, pada tahun 2016, Pariwisata
sudah berada di posisi kedua terbesar
sumber penerimaan devisa negara setelah
CPO dan sektor ini diproyeksikan akan
menempati posisi pertama terbesar pada
tahun 2019.
3. Pasar
Pariwisata Halal termasuk Top 5 Pasar Pariwisata
terbesar di dunia. Dengan pengeluaran turis muslim
menurut Thomson Reuters SGIE Report 2017/2018 di
tahun 2016 mencapai US$ 169 miliar dengan tingkat
pertumbuhan 6,3% per tahun jika dibandingkan dengan
pengeluaran turis dari Tiongkok di tahun yang sama
sebesar US$ 179 miliar dengan tingkat pertumbuhan 3,5%
per tahun, pasar Pariwisata Halal termasuk TOP 3 sumber
wisatawan dunia.
4. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar yang
memiliki 88% populasi muslim, lebih dari 17.000
pulau, 300 suku, 746 jenis bahasa dan dialek, serta
mega biodiversity dan lebih dari 800.000 masjid,
merupakan negara yang memiliki potensi yang
sangat besar dalam pengembangan pariwisata
halal karena pada dasarnya budaya Indonesia
sudah memiliki DNA gaya hidup halal (halal
lifestyle).
5. Didukung oleh tingkat pertumbuhan Pasar
Pariwisata Halal yang pesat, diproyeksikan pada
tahun 2020 wisatawan Muslim meningkat 180 juta
wisatawan atau dengan tingkat pertumbuhan
rata-rata 9.08% (rate of growth forecast) sejak
tahun 2014, maka Kementerian Pariwisata
berkomitmen untuk mengembangkan Wonderful
Indonesia sebagai Destinasi Wisata Halal terbaik
di dunia.
3. PENDEKATAN PARIWISATA HALAL
Terdapat 2 pendekatan pariwisata halal :
Pendekatan pertama, secara umum yang masih
beranggapan bahwa pariwisata Halal merupakan
Wisata Religi. Namun sebenarnya besaran pasar
Wisata Religi menurut data dari Thomson Reuters
hanya sebesar US$ 22,7 miliar yaitu hanya sekitar 1/8
dari total pasar Pariwisata Halal yang sebesar US$
169 miliar di tahun 2016
Pendekatan Kedua, yang beranggapan bahwa
Pariwisata Halal adalah sama seperti
pariwisata pada umumnya hanya
menyiapkan Extended Service (layanan
tambahan) bagi wisatawan Muslim. Secara
generik, Pariwisata Halal di antaranya
adalah dapat berupa wisata alam, wisata
budaya, maupun wisata buatan dalam
bingkai wisata keluarga (halal lifestyle).
PSIKOGRAFI DAN TREND WISATAWAN ASAL TIMUR TENGAH

Dari aspek psikografis, wisatawan asal Timur Tengah yang berkunjung ke


Indonesia sangat bervariasi yakni Pelaku Bisnis dan Professional, Wisatawan
Kelas Menengah dan Atas, Pemuda dan Mahasiswa dan Pedagang (saudagar).
1. PELAKU BISNIS DAN PROFESIONAL
Wisatawan ini berasal dari beberapa Kota di Saudi Arabia dan Negara Timur
Tengah lainnya seperti Jedah, Riyadh, Damam, dll. Tipe wisatawan ini senang
dengan sesuatu yang simple dan serba cepat. Mereka sangat memperhatikan
waktu, disiplin dan kualitas pelayanan yang memuaskan. Kaum ini merupakan
wisatawan terdidik, sehingga mereka sangat memperhatikan manfaat dari
perjalanannya. Pola belanja wisatawan ini lebih selektif dan mereka memiliki
sedikit waktu luang untuk berekreasi atau bersantai.
2. WISATAWAN KELAS MENENGAH DAN ATAS
Tipe wisatawan ini berasal dari lingkungan kota besar di Timur Tengah. Rata-rata
pendapatan kelas ini per bulannya sangat tinggi. Wisatawan seperti ini biasanya
sangat selektif dalam memilikh destinasi, hiburan dan memilih daya tarik
lainnya. Mereka rata-rata sudah berpendidikan lebih baik sehingga mereka
akan memperhitungkan apa yang benar-benar mereka perlukan daripada apa
yang mereke inginkan. Kualitas pelayanan dan produk serta manfaatnya yang
biasanya diperhatikan oleh wisatawan tipe ini.
3. PEMUDA DAN MAHASISWA
Gaya sederhana dengan keuangan yang cukup juga merupakan tipe wisatawan
potensial asal Timur Tengah. Kaum muda dan kalangan mahasiswa yang
biasanya berprilaku mengikuti trend saat ini perlu diberikan sajian produk
wisata dengan harga terjangkau dan gaul.
PERBANDINGAN WISATA HALAL DAN KONVENSIONAL
No. Iterm Perbandingan Konvensional Halal /Syariah
1. Obyek Alam, Budaya, Heritage, Kuliner Semuanya
2. Tujuan Menghibur Meningkatkan spiritualitas dengan
cara menghibur
3. Target Menyentuh kepuasan dan Memenuhi keinginan dan kesenangan
kesenangan yang berdimensi nafsu, serta menumbuhkan kesadaran
semata-mata hanya untuk hiburan beragama
4. Guide Memahami dan menguasai Membuat turis tertarik pada obyek
informasi sehingga bisa menarik sekaligus membangkitkan spirit
wisatawan terhadap obyek wisata religius wisatawan. Mampu
menjelaskan fungsi dan peran syariah
dalam bentuk kebahagiaan dan
kepuasan batin dalam kehidupan
manusia
5. Fasilitas Ibadah Sekedar pelengkap Menjadi bagian yang menyatu
dengan objek pariwisata, ritual
ibadah menjadi bagian paket hiburan
SAMBUNGAN..
6. Kuliner Umum Spesifik yang halal

7. Relasi dengan Komplementar dan Integrated, interaksi


masyarakat hanya untuk berdasar pada prinsip
dilingkungan obyek keuntungan materi syariah
wisata

8. Agenda Perjalanan Setiap waktu Memperhatikan


waktu

Sumber : Ngatawi Al Zaztrow dalam Aan Jaelani, 2017


4. PARIWISATA HALAL DAN KEARIFAN LOKAL : POTENSI, INOVASI DAN AKSI

“ Tanpa dukungan kearifan lokal, destinasi pariwisata di suatu daerah akan


kehilangan ruhnya yang justru menjadi kekuatan karakter unik dan daya
tariknya yang spesifik. Inilah relevansinya, justru mengapa Presiden Jokowi
menekankan agar kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika di Lombok di
padukan dengan kearifan lokal yang diunggulkan sebagai pariwisata halal
tingkat dunia”
AL
A L
H
T A
A
IS
IW
A R
P IA
A R S
S N E
A
P D O
IN
KOMPONEN POTENSI KEARIFAN LOKAL
1. Budaya Nusantara : Beragam Potensi yang Butuh Aksi
2. Kuliner Nusantara : Beragam Jenis Makanan yang Butuh Inovasi
3. Wisata Religi : Ekspresi Wisata Spritual/Transenden yang perlu dilestarikan
4. Kekayaan Alam : Nikmat Tuhan yang perlu dieksplorasi
4. PEDAGANG
POSISI INDONESIA SEBAGAI DESTINASI HALAL
Berdasarkan data yang dimiliki Global Muslim Travel Index (GMTI) 2015 dalam
kelompok negara destinasi Organisation of Islamic Cooperation (OIC/OKI),
Indonesia hanya menempati peringkat ke enam sebagai negara tujuan wisata
halal setelah Qatar, Arab Saudi, Uni Emirat Arab/UEA, Turki, dan Malaysia.
Sedangkan Singapura menjadi tujuan utama untuk destinasi non – OKI
(Organisasi Konferensi Islam), dimana Thailand, Inggris, Afrika Selatan, dan
Prancis juga termasuk di dalamnya.
NEGARA TUJUAN WISATA OIC DAN NON OIC

Peringk Destinasi Negara OIC Skor Destinasi Negara Skor


at Non OIC
1 Malaysia 83,8 Singapura 65,1
2 Turki 73,8 Thailand 59,2
3 UEA 72,1 Inggris 55,0
4 Saudi Arabia 71,3 Afrika Selatan 51,1
5 Qatar 68,2 Prancis 48,2
6 Indonesia 67,5 Belgia 47,5
7 Oman 66,7 Hongkong 47,5
8 Jordania 66,4 Amerika Serikat 47,3
9 Maroko 64,4 Spanyol 46,5
10 Brunei 64,3 Taiwan 46,2

Sumber : Crescen Rating, GMTI Report, 2015


KRITERIA PENILAIAN
1. Kecocokan sebagai destinasi liburan keluarga dan keamanan, meliputi :
kunjungan wisatawan muslim, destinasi liburan keluarga, perjalanan yang
aman;
2. Ketersediaan layanan dan fasilitas muslim frendly di destinasi wisata, meliputi
: makanan halal, kemudahan akses untuk beribadah, layanan, fasilitas
bandara, dan pilihan akomodasi;
3. Halal awareness, meliputi : mengutamakan kehalalan dan kemudahan
komunikasi
FATWA DSN-MUI NOMOR 08/DSN-MUI/X/2016
Latar Belakang Lahirnya Fatwa MUI

1. Semakin berkembangnya sektor pariwisata halal di dunia termasuk


Indonesia, sehingga memerlukan pedoman penyelenggaraan pariwisata
berdasarkan prinsip syariah;
2. Belum adanya ketentuan Hukum mengenai pedoman penyelenggaraan
pariwisata berdasarkan prinsip syariah yang diatur dalam fatwa DSN-MUI
SUBSTANSI FATWA DSN-MUI
Fatwa 08/DSN-MUI/X/2016 mengatur tentang keseluruhan kegiatan pariwisata
syariah, dari ketentuan akad (perjanjian) yang dilakukan, ketentuan hotel,
destinasi wisata, SPA, Sauna, Massage, Biro Perjalanan, maupun ketentuan
mengenai pemanduan wisatanya.
ISTILAH-ISTILAH DALAM PENYELENGGARAAN PARIWISATA HALAL

a. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau


sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan
rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik
wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara;
b. Wisata Syariah adalah wisata yang sesuai dengan prinsip syariah;
c. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
pemerintah dan pemerintah daerah;
d. Pariwisata syariah adalah pariwisata yang sesuai dengan prinsip syariah;
e. Destinasi wisata syariah adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih
wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas ibadah dan
umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan
melengkapi terwujudnya kepariwisataan yang sesuai dengan prinsip syariah;
f. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata;
g. Biro Perjalanan Wisata Syariah (BPWS) adalah kegiatan usaha yang bersifat komersial
yang mengatur, dan menyediakan pelayanan bagi seseorang atau sekelompok orang,
untuk melakukan perjalanan dengan tujuan utama berwisata yang sesuai dengan
prinsip syariah;
h. Pemandu wisata adalah orang yang memandu dalam pariwisata syariah;
i. Pengusaha pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan
usaha pariwisatsa;
j. Usaha hotel Syariah adalah penyediaan akomodasi berupa kamar-kamar di dalam
suatu bangunan yang dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum,
kegiatan hiburan dan atau fasilitas lainnya secara harian dengan tujuan memperoleh
keuntungan yang dijalankan sesuai prinsip syariah;
k. Kriteria Usaha hotel Syariah adalah rumusan kualifikasi dan / atau klasifikasi yang
mencakup aspek produk, pelayanan, dan pengelolaan;
l. Terapis adalah pihak yang melakukan spa, sauna, dan/atau massage
m. Akad Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa
dalam waktu tertentu dengan pembayaran atau upah; Akad wakalah bil ujrah adalah
akad pemberian kuasa yang disertai dengan ujrah dari hotel syariah kepada BPWS
untuk melakukan pemasaran;
n. Akad Ju’alah adalah janji atau komitmen (iltizam) perusahaan untuk memberikan
imbalan (reward/’iwadh/ju’l) tertentu kepada pekerja (‘amil) atas pencapainan hasil
(prestasi/natijah) yang ditentukan dari suatu pekerjaan (obyek akad ju’alah).

Anda mungkin juga menyukai