Anda di halaman 1dari 41

EKSTRAKSI

EVA PAHLANI
EKSTRAK

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, Ekstrak adalah


sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia
hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian
semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa
atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian
sehingga memenuhi baku yang telah ditentukan.
Ekstraksi adalah suatu proses penyarian senyawa
kimia yang terdapat didalam bahan alam atau berasal
dari dalam sel dengan menggunakan pelarut dan
metode yang tepat.
Tujuan ekstraksi
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik
komponen kimia yang terdapat pada bahan alam.
Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan
massa komponen zat ke dalam pelarut, dimana
perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka
kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.
Prinsip Ekstraksi
Pada prinsipnya ekstraksi adalah melarutkan dan menarik
senyawa dengan menggunakan pelarut yang tepat. Ada tiga
tahapan proses pada waktu ekstraksi yaitu:
Penetrasi pelarut kedalam sel tanaman dan pengembangan sel
Disolusi pelarut ke dalam sel tanaman dan pengembangan sel
Difusi bahan yang terekstraksi ke luar sel
Proses diatas diharapkan terjadinya kesetimbangan antara linarut dan
pelarut. Kecepatan untuk mencapai kesetimbangan umumnya
tergantung pada suhu, pH, ukuran partikel dan gerakan partikel.
Prinsip yang utama adalah yang berkaitan dengan kelarutan, yaitu
senyawa polar lebih mudah larut dalam pelarut polar dan senyawa
nonpolar akan mudah larut dalam pelarut nonpolar.
Metode - metode Ekstraksi

Ada beberapa macam cara untuk melakukan ekstraksi berdasarkan bahan yang akan kita
ambil diantaranya:
Berdasarkan energy yang digunakan
Terbagi menjadi ekstraksi cara panas dan ekstraksi cara dingin.Ekstraksi cara
panas antara lain reflukx, soxhlet, destilasi, infusa, dekokta. Sedangkan ekstraksi cara
dingin antara lain pengocokan, maserasi, perkolasi.
Ekstraksi cara panas lebih cepat untuk mendapatkan senyawa yang diinginkan karena
panas akan memperbesar kelarutan suatu senyawa. Sedangkan untuk ekstraksi cara
dingin dikhususkan untuk senyawa yang tidak tahan terhadap pemanasan.
Kelemahan ekstraksi cara panas terkadang akan terbentuk suatu senyawa baru akibat
peningkatan suhu menjadi senyawa yang berbeda. Maka daripada itu untuk senyawa
yang diperkirakan tidak stabil maka digunakanlah ekstraksi cara dingin.
Berdasarkan bentuk fase
Ekstraksi ini didasarkan berdasarkan pada larutan yang bercampur dan pelarut yang
tidak bercampur. Berdasarkan bentuk fasenya ekstraksi dibagi menjadi beberapa
golongan yaitu ekstraksi cair - cair dan ekstraksi cair - padat.
c. Ekstraksi secara maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara memasukkan 10
bagian simplisia dengan derajat yang cocok ke dalam
bejana, kemudian dituangi dengan penyari 75 bagian,
ditutup dan dibiarkan selama 5 hari, terlindung dari
cahaya sambil diaduk sekali - kali setiap hari lalu
diperas dan ampasnya dimaserasi kembali dengan
cairan penyari. Penyarian diakhiri setelah pelarut tidak
berwarna lagi, lalu dipindahkan ke dalam bejana
tertutup, dibiarkan pada tempat yang tidak bercahaya,
setelah dua hari lalu endapan dipisahkan.
• Maserasi
Cara - cara ekstraksi
a. Ekstraksi secara soxhletasi
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara
berkesinambungan. Cairan penyari dipanaskan sampai
mendidih. Uap penyari akan naik melalui pipa samping,
kemudian diembunkan lagi oleh pendingin tegak. Cairan
penyari turun untuk menyari zat aktif dalam simplisia.
Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon, maka
seluruh cairan akan turun ke labu alas bulat dan terjadi
proses sirkulasi. Demikian seterusnya sampai zat aktif
yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang
ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon.
Soxhletasi
d. Ekstraksi secara refluks
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah
ekstraksi berkesinambungan. Bahan yang akan
diekstraksi direndam dengan cairan penyari dalam labu
alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin
tegak, lalu dipanaskan sampai mendidih. Cairan
penyari akan menguap, uap tersebut akan diembunkan
dengan pendingin tegak dan akan kembali menyari zat
aktif dalam simplisia tersebut, demikian seterusnya.
Ekstraksi ini biasanya dilakukan 3 kali dan setiap kali
diekstraksi selama 4 jam.
• Refluks
PEMEKATAN EKSTRAK
PEMEKATAN EKSTRAK

• Pemekatan : peningkatan jumlah senyawa


terlarut secara penguapan pelarut tanpa
sampai menjadi kental atau pekat

• Evaporator adalah sebuah alat yang berfungsi


mengubah sebagian atau keseluruhan sebuah
pelarut dari sebuah larutan dari bentuk cair
menjadi uap
• Rotary vakum evaporator adalah instrumen
yang menggunakan prinsip destilasi
(pemisahan). Prinsip utama dalam instrumen
ini terletak pada penurunan tekanan pada
labu alas bulat dan pemutaran labu alas bulat
hingga berguna agar pelarut dapat menguap
lebih cepat dibawah titik didihnya.
• Instrumen ini lebih disukai, karena hasil yang diperoleh sangatlah akurat.
Bila dibandingkan dengan teknik pemisahan lainnya, misalnya
menggunakan teknik pemisahan biasa yang menggunakan metode
penguapan menggunakan oven. Maka bisa dikatakan bahwa instrumen ini
akan jauh lebih unggul. Karena pada instrumen ini memiliki suatu teknik
yang berbeda dengan teknik pemisahan yang lainnya. Dan teknik yang
digunakan dalam rotary vakum evaporator ini bukan hanya terletak pada
pemanasannya tapi dengan menurunkan tekanan pada labu alas bulat
dan memutar labu alas bulat dengan kecepatan tertentu. Karena teknik
itulah, sehingga suatu pelarut akan menguap dan senyawa yang larut
dalam pelarut tersebut tidak ikut menguap namun mengendap. Dan
dengan pemanasan dibawah titik didih pelarut, sehingga senyawa yang
terkandung dalam pelarut tidak rusak oleh suhu tinggi.
PEMEKATAN EKSTRAK

Tiga bagian evaporator :


- penukar panas
- bagian evaporasi (tempat di mana cairan mendidih
lalu menguap),
- pemisah untuk memisahkan uap dari cairan lalu
dimasukkan ke dalam kondenser (untuk
diembunkan/kondensasi)

Hasil dari evaporator (produk yang diinginkan) biasanya


dapat berupa padatan atau larutan berkonsentrasi
Rotary Evaporator
Pada gambar diatas, akan saya jelaskan beberapa nama beserta fungsinya :
1.    Hot plate : berfungsi untuk mengatur suhu pada waterbath dengan temperatur
yang diinginkan (tergantung titik didih dari pelarut)
2.    Waterbath : sebagai wadah air yang dipanaskan oleh hot plate untuk labu alas
yang berisi “sampel”
3.    Ujung rotor “sampel” : berfungsi sebagai tempat labu alas bulat sampel
bergantung.
4.    Lubang kondensor : berfungsi pintu masuk bagi air kedalam kondensor yang
airnya disedot oleh pompa vakum.
5.    Kondensor : serfungsi sebagai pendingin yang mempercepat proses perubahan
fasa, dari fasa gas ke fasa cair.
6.    Lubang kondensor : berfungsi pintu keluar bagi air dari dalam kondensor.
7.    Labu alas bulat penampung : berfungsi sebagai wadah bagi penampung pelarut.
8.    Ujung rotor “penampung” : berfungsi sebagai tempat labu alas bulat penampung
bergantung.
penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan menggunakan hot plate
yang dibantu dengan penurunan tekanan pada labu alas bulat “sampel” yang
dipercepat dengan pemutaran pada labu alas bulat “sampel”. Dengan
bantuan pompa vakum yang mengalirkan air dingin (es) dari suatu wadah
kedalam kondensor dan dikeluarkan lagi oleh kondensor kepada wadahnya
lagi dan dimasukkan lagi dan seterusnya, karena proses ini berjalan secara
kontinyu. sehingga ketika uap dari pelarut mengenai dinding-dinding
kondensor, maka pelarut ini akan mengalami yang proses yg dinamakan
proses kondensasi, yaitu proses yang mengalami perubahan fasa dari fasa gas
ke fasa cair. Adapun demikian, proses penguapan ini dilakukan hingga
diperoleh pelarut yang sudah tidak menetes lagi pada labu alas bulat
penampung dan juga bisa dilihat dengan semakin kentalnya zat yang ada
pada labu alas bulat sampel dan terbentuk gelembung-gelembung pecah
pada permukaan zatnya.
PENGERINGAN EKSTRAK
PENGERINGAN EKSTRAK

Ekstrak kering : Sediaan tanaman yang


diperoleh dengan cara pemekatan dan
pengeringan ekstrak cair sampai mencapai
konsentrasi yang diinginkan menurut cara –
cara yang memenuhi syarat.
Teknik pengeringan
• Pengeringan di bawah pengaruh tekanan
atmosfir
• Pengeringan vakum
• Pengeringan Beku
Standardisasi ekstrak
• serangkaian parameter yang dibutuhkan sehingga ekstrak persyaratan
produk kefarmasian sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Ekstrak
terstandar berarti konsistensi kandungan senyawa aktif dari setiap
batch yang diproduksi dapat dipertahankan, dan juga dapat
mempertahankan pemekatan kandungan senyawa aktif pada ekstrak
sehingga dapat mengurangi secara signifikan volume permakaian per
dosis, sementara dosis yang diinginkan terpenuhi, serta ekstrak yang
diketahui kadar senyawa aktifnya ini dapat dipergunakan sebagai
bahan pembuatan formula lain secara mudah seperti sediaan cair ,
kapsul, tablet, dan lain-lain.
• Kegunaan ekstrak obat terstandar antara lain memepertahankan
konsistensi kandungan senyawa aktif batch yang diproduksi,
pemekatan kandungan senyawa aktif pada ekstrak.
Pentingnya standarisasi pada ekstrak

• Keuntungan :
1.Karena prosesnya terstandar, maka hasil
yang diperoleh tetap dengan kandungan kimia
yang sama untuk beberapa kali proses
2.Lebih cepat, karena prosesnya terstandar.
3.Alat yang dibutuhkan lebih sedikit karena
hanya satu kali proses
• Kerugian :
1. Perlu ketrampilan khusus
2. Membutuhkan biaya yang besar
3. Membutuhkan waktu yang lama untuk
melakukan proses
Parameter Ekstraksi
Dalam memperoleh ekstraksi yang baik harus diperhatikan
parameter - parameter sebagai berikut;
1. Parameter Nonspesifik
a.Parameter susut pengeringan
Adalah pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur
105oC selama 30 menit atau sampai berat konstan, yang
dinyatakan sebagai nilai prosen. Dalam hal khusus (jika bahan
tidak mengandung minyak menguap/atsiri dan sisa pelarut
organic menguap) identik dengan kadar air, yaitu kandungan air
karena berada di atmosfer/lingkungan udara terbuka. Tujuannya
adalah untuk memberikan batasan maksimal (rentang) tentang
besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan.
b. Parameter bobot jenis
Adalah masa per satuan volume pada suhu kamar tertenru
(25oC) yang ditentukan dengan alat khusus piknometer
atau alat lainnya. Tujuannya untuk memberikan batasan
tentang besarnya masa per satuan volume yang merupakan
parameter khusus ekstrak cair sampai 14 ekstrak pekat
(kental) yang masih dapat dituang.
c. Kadar air
Pengukuran kandungan air yang berada didalam bahan,
dilakukan dengan cara yang tepat diantara cara titrasi,
destilasi atau gravimetrik. Tujuannya untuk memberikan
batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan
air didalam bahan.
d. Kadar abu
Bahan dipanaskan pada temperature dimana senyawa organik dan
turunannya terdestruksi dan menguap, sehingga menyisakan unsur
mineral dan anorganik. Tujuannya adalah untuk memberikan
gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal
dari proses awal sampai terbentuk ekstrak.
e. Sisa pelarut
Menentukan kandungan sisa pelarut tertenru (yang memang
ditambahkan) yang secara umum dengan kromatografi gas. Untuk
ekstrak cair berarti kandungan pelarutnya, misalnya kadar alkohol.
Tujuannya adalah memberikan jaminan bahwa selama proses tidak
meninggalkan sisa pelarut yang memang seharusnya tidak boleh
ada. Sedangkan untuk ekstrak cair menunjukkan jumlahh pelarut
(alkohol) sesuai dengan yang ditetapkan.
f. Residu pestisida
Menentukan kandungan sisa pestisida yang mungkin
saja pernah ditambahkan atau mengkontaminasi pada
bahan simplisia pembuat ekstrak. Tujuannya untuk
memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak
mengandung pestisida melebihi nilai yang ditetapkan
karena berbahaya bagi kesehatan.
g. Cemaran logam berat
Menentukan kandungan logam berat secara
spektroskopi serapan atom atau lainnya yang lebih
valid. Tujuannya untuk memberikan jaminan bahwa
ekstrak tidak mengandung logam berat tertentu (Hg,
Pb, Cd, dll) melebihi nilai yang ditetapkan karena
berbahaya bagi kesehatan.
h. Cemaran mikroba
Menentukan adanya mikroba yang pathogen secara
analisis mikrobiologis. Tujuannya untuk memberikan
jaminan bahwa ektrak tidak boleh mengandung
mikroba pathogen dan tidak mengandung mikroba non
pathogen melabihi batas yang ditetapkan karena
berpengaruh pada stabilitas ekstrak dan berbahaya bagi
kesehatan.
2. Parameter Spesifik
a. Identitas
Meliputi deskripsi tata nama (nama ekstrak, nama latin tumbuhan, bagian
tumbuhan yang digunakan, nama tumbuhan indonesia) dan dapat
mempunyai senyawa identitas. Tujuannya untuk memberikan identitas
objektif dari nama dan spesifik dari senyawa identitas.
b. Organoleptik
Meliputi penggunaan panca indra untuk mendeskripsikan bentuk (padat,
serbuk - kering, kental, cair, dll), warna (kuning, coklat, dll), bau (aromatik,
tidak berbau, dll), rasa (pahit, manis, kelat, dll). Dengan tujuan untuk
pengenalan awal yang sederhana.
c. Senyawa terlarut dalam pelarut tertentu
Melarutkan pelarut ekstrak dengan pelarut (alcohol atau air) untuk
ditetapkan jumlah solute yang identik dengan jumlah senyawa kandungan
secara gravimetrik. Dalam hal tertentu dapat diukur senyawa terlarut dalam
palarut lain misalnya heksana, diklormetan, metanol. Tujuannya untuk
memberikan gambaran awal jumlah senyawa kandungan.
3. Uji Kandungan Kimia Ekstrak
a. Pola kromatogram
Ekstrak ditimbang, diektraksi dengan pelarut dan cara
tertentu, kemudian dilakukan analisis kromatografi
sehingga memberikan pola kromatogram yang khas.
Tujuannya adalah memberikan gambaran awal
komposisi kandungan kimia berdasarkan pola
kromatografi (KLT, KCKT, KG)
POLA KROMATOGRAFI
EKSTRAK KENTAL DAUN JAMBU BIJI
• Fase gerak : Kloroform P-aseton P asam formiat
(10:2:1)
• Fase diam : Silika gel 60 F254
• Larutan uji : 1% etanol P,
• Lerutan Pembanding : Kuersetin 0,1% dalam etanol
P
• Volume penotolan : Totolkan 20 µL Larutan uji dan
2 µL larutan pembanding
• Deteksi : Aliminium klorida LP
• S : Sampel
• P : Pembanding
• R1 : 0,10 R4: 0,70
• R2: 0,25 R5: 0,90
• R3: 0,45
EKSTRAK KENTAL DAUN JAMBU BIJI
• Identitas ekstrak
• Pemerian : Ekstrak kental, warna cokelat tua, bau khas,
rasa kelat
• Senyawa identitas : Kuersetin
• Susut pengeringan : Tidak lebih dari 10%
• Kadar air : Tidak lebih dari 10%
• Abu total : Tidak lebih dari 0,8 %
• Abu tidak larut asam : Tidak lebih dari 0,2%
• Kandungan kimia: tidak kurang dari 1,4% dihitung sebagai
kuersetin
b. Kadar total golongan kandungan kimia
Dengan penerapan metode spektrofotometri, titrimetri,
volumetrik, gravimetrik atau lainnya. Dapat ditetapkan
kadar golongan kandungan kimia. Metode harus sudah
teruji validitasnya, terutama selektivitas dan batas linieritas.
Ada beberapa golongan kandungan kimia yang dapat
dikembangkan dan ditetapkan metodenya, yaitu golongan:
minyak atsiri, steroid, tannin, flavonoid, triterpenoid
(saponin), alkaloid, antrakinon. Tujuannya adalah untuk
memberikan informasi kadar golongan kandungan kimia
sebagai parameter mutu ekstrak dalam kaitannya dengan
efek farmakologis.
c. Kadar kandungan kimia tertentu
Dengan tersedianya suatu kandungan kimia yang
berupa senyawa identis atau senyawa kimia utama
ataupun kandungan kimia lainnya, maka secara
kromatografi instrumental dapat dilakukan penetapan
kadar kandungan kimia tertentu. Instrument yang
dapat digunakan adalah Densitometer, Kromatografi
Gas, Kromatografi Cair Kinerja Tinggi atau instrument
lain yang sesuai. Metode penetapan kadar harus diuji
dahulu validitasnya, yaitu batas deteksi, selektivitas,
linieritas, ketelitian, ketepatan dan lain - lain.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai